Monday, 6 January 2020

Kudeta AS di Venezuela Gagal Total, Bonekanya Diusir dari Parlemen

Indonesian Free Press -- Kudeta AS terhadap Presiden Venezuela Nicholas Maduro mengalami kegagalan total setelah boneka kepercayaannya yang mengklaim sebagai Presiden, Juan Guaido, tersingkir dari jabatannya sebagai Ketua Parlemen (National Assembly). Demikian laporan Veterans Today (VT), Ahad (5 Jan).

Seperti dilaporkan VT Juan Guaido tersingkir dari kursi Ketua Parlemen setelah dihalang-halangi memasuki Gedung Parlemen pada hari Ahad. Ia digantikan oleh pendukung Presiden Maduro, Luis Parra yang didampingi oleh Franklin Duarte dan Jose Gregorio Noriega sebagai Wakil.

Sebelumnya Guaido mengumumkan mengumumkan keinginannya untuk kembali menjadi Ketua ketika krisis politik akibat perebutan kekuasaan antara dirinya dengan Presiden Maduro berumur setahun. Namun ia gagal mempertahankan kursinya dengan cara menyakitnya saat polisi menghalanginya untuk memasuki gedung Parlemen. Para pendukungnya di parlemen juga mengalami nasib yang sama, sementara sebagian lainnya meninggalkannya dengan mendukung Luis Parra.



Guiado dan para pendukung setianya kemudian menyatakan pemilihan Luis Parra sebagai 'ilegal' karena tidak memenuhi kuorum. Ia juga menyebut aksi penghadangan terhadapnya sebagai 'kudeta parlemen yang tidak pernah terjadi' di Venezuela.

Guiado yang mengklaim sebagai ‘presiden interim' dikecam oleh sebagian pendukungnya sendiri menjelang pemilihan yang digelar di Caracas hari Ahad. Jose Brito, salah seorang bekas pendukungnya mengatakan kepada Guaido: “Pada tahun 2019, Anda adalah harapan negara, namun sekarang Anda adalah penipu besar. Anda adalah mimpin indah yang berubah menjadi mimpi buruk dan waktu Anda sudah habis.”

Guaido mengklaim dirinya sebagai ‘presiden interim’ pada Januari 2019 lalu, tidak lama setelah Presiden Nicolas Maduro disumpah sebagai presiden untuk jabatan keduanya yang oleh kubu oposisi dianggap ilegal. Ia langsung mendapat pengakuan dari AS, sejumlah negara Amerika Latian dan Uni Eropa. Presiden Maduro mengecam aksi Guaido dan menyebutnya sebagai agen asing untuk menguasai kekayaan alam Venezuela. Dalam upayanya merebut kekuasaan Guaido selaku Ketua Parlemen kemudian berusaha memecat Maduro dan mengubah konstitusi, sementara sejumlah personil militer pendukungnya merebut sebuah pangkalan militer. Namun Mahkamah Agung mendukung Maduro dengan membekukan Parlemen dan membentuk parlemen tandingan yang dikuasai kubu Maduro.

Sebagai bentuk dukungan, AS dan sekutu-sekutunya membekukan asset Venezuela di luar negeri dan memindahkan sebagian darinya ke rekening Guaido. Pada bulan Maret 2019 pemerintahan Maduro menyebutkan lebih dari $30 miliar asset milik Venezuela di luar negeri telah dicuri oleh Guaido dan pendukung2-nya dalam beberapa bulan saja.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Ketika Bolivia jatuh, Venezuela harus bertahan