Thursday 27 February 2020

Lieberman: Kepala Mossad ke Doha, Bujuk untuk Menyuap Hamas

Indonesian Free Press -- Sebuah pengakuan mengejutkan dilakukan politisi dan mantan Menlu Israel Avigdor Lieberman yang menyebutkan bahwa kepala Mossad telah melakukan kunjungan rahasia ke Doha, Qatar. Namun tidak kalah mengejutkan, agendanya adalah membujuk otoritas Qatar untuk membantu kelompok pejuang Palestina Hamas. Demikian seperti dilaporkan Veterans Today (VT) dengan mengutip media Israel Haaretz pekan ini.

Menurut laporan itu Lieberman mengatakan bahwa kepala Mossad Yossi Cohen bersama pejabat militer Jendral Herzl Halevi telah mengunjungi Doha pada 5 Februari lalu atas perintah PM Benjamin Netanyahu. Tujuannya adalah membujuk otoritas Qatar untuk meneruskan bantuan kepada Hamas.


"Kunjungan itu menjadi perhatian publik setelah Avigdor Lieberman dalam wawancara di Channel 12 News pada hari Sabtu, mengatakan bahwa PM Benjamin Netanyahu telah mengirim Cohen dan Panglima Komando Selatan Herzl Halevi untuk 'meminta Qatar meneruskan bantuan kepada Hamas'.” tulis VT.

Menurut laporan tersebut, langkah itu dilakukan setelah Qatar dan Mesir berencana akan memutuskan hubungan dan menghentikan bantuan kepada Hamas. Lieberman menyebut langkah Netanyahu tersebut sebagai 'menyerah pada tekanan teroris'.

Menurut situs Walla News, Cohen dan Halevi tinggal di Doha kurang dari 24 jam untuk bertemu dengan utusan khusus Qatar untuk Palestina Mohammed al-Emadi dan Penasihat Keamanan Nasional Mohammed Bin Ahmed al-Misnad.

Pada Jumat pekan lalu Qatar mengumumkan untuk meningkatkan bantuan ke Jalur Gaza untuk 'meningkatkan kondisi dan stabilitas' di Gaza. Di antara bantuan itu adalah dana senilai $100 untuk 120.000 keluarga miskin pada akhir bulan Februari ini. Bantuan lainnya berupa bea-siswa bagi pelajar Palestina yang belajar di luar negeri serta sumbangan bagi 500 pemuda yang hendak menikah. Selain itu bantuan senilai $24 juta juga akan dialokasikan bagi pembangunan rumah sakit di Rafah.

Pada November 2019, Qatar mulai melaksanakan program darurat selama 6 bulan senilai $150 juta untuk meringankan beban hidup warga Gaza akibat blokade Israel. Selain itu bantuan senilai $70 juta diberikan kepada 70 keluarga-keluarga miskin.

Qatar telah menggelontorkan bantuan senilai $1 miliar ke Gaza sejak tahun 2012 dengan persetujuan Israel. Demikian menurut Haaretz berdasarkan data pemerintah Israel. Namun ketika Israel menginginkan, Qatar dan negara-negara Arab memutuskan bantuan ke Gaza dan memaksa Hamas mengalihkan bantuan sepenuhnya dari Suriah dan Iran. Seperti ketika Hamas memenangkan pemilu Palestina tahun 2006 dan disambut dengan boikot oleh Amerika. Hamas bahkan harus memindahkan kantor perwakilan luar negerinya ke Damascus-Suriah hingga tahun 2011 atau sebelum Suriah dilanda perang.

Reuters melaporkan bahwa Iran menyumbang $300 juta setiap tahun sebelum perang Suriah, namun jumlah tersebut menurun setelah perang akibat perbedaan sikap antara Iran dan Hamas terkait konflik Suriah. Meski demikian Iran tetap menjadi salah satu penyumbang terbesar pemerintahan Hamas di Gaza. Media Saudi al Arabiya bulan Maret 2018 menuliskan laporan berjudul "Iran, benefactors boost Hamas' 2012 budget", tentang bantuan Iran untuk Hamas.(ca)

No comments: