Friday 3 July 2009

Cerita yang Tidak Diungkap Hollywood


Baru-baru ini "Defiance", film terbaru Hollywood yang bertema perang dunia II, dirilis di Amerika dan diputar serentak di 1.800 bioskop di sana. Sebagaimana film-film Hollywood yang bertema sama, film ini menggambarkan pengorbanan dan kepahlawanan orang-orang yahudi sebagaimana belasan film-film sejenis seperti Sophie's Choice, Shindler's List, The Pianist dll.

Namun di Polandia, sejak tahun 2008 beredar luas film bertema perang dunia II dari sudut pandang sangat jauh berbeda. Film tersebut berjudul "Katyn", menceritakan tentang pembunuhan massal 20.000 perwira tentara Polandia oleh tentara komunis yahudi Uni Sovyet di hutan Katyn pada tahun 1940. Para korban pembunuhan massal tersebut merupakan tulang punggung bangsa Polandia yang mayoritas beragama katholik, sebelum diduduki regim komunisme.

Dan mengapa Hollywood "melupakan" fakta sejarah seperti ini? Tidak lain karena Hollywood dikendalikan oleh keturunan yang sama dengan keturunan para pembantai di hutan Katyn tahun 1940. Bagi mereka film merupakan senjata efektif untuk menghancurkan identitas kristen sebagai pemersatu bangsa kulit putih untuk digantikan dengan agama baru, "holocoust".

Film "Katyn" disutradarai oleh sutradara terkenal Andrej Wajda (82 tahun) yang ayahnya menjadi salah satu korban pembantaian massal di hutan Katyn. Film ini mendapat sambutan luas di Polandia dan dianggap memiliki keunggulan artistik sehingga mendapat nominasi Oscar untuk ketegori film asing terbaik tahun lalu. Namun pemenangnya justru film "The Counterfeiters", film propaganda kacangan bertema holocoust dari Jerman.



TRAGEDI KATYN

Paparan berikut ini diambil dari Wikipedia. Bahkan media yang oleh sebagian kalangan dianggap pro-yahudi sehingga dijuluki Kikepedia (kike adalah julukan bagi yahudi "hitam") ini masih dapat menggambarkan motif di belakang peristiwa pembantaian di hutan Katyn:

Pada awal perang, Sovyet menduduki Polandia timur dan Jerman menduduki Polandia barat. Dan karena sistem mobilisasi Polandia mewajibkan semua sarjana menjadi perwira, maka Sovyet mendapatkan kemudahan untuk menawan semua kalangan berpendidikan yang menjadi korban utama pembantaian di hutan Katyn. Di antara mereka yang meninggal terdapat seorang laksamana, dua jendral, 24 kolonel, 79 letkol, 258 mayor, 654 kapten, 17 kapten kapal, 3,420 perwira staff, 7 pendeta, 3 tuan tanah, 1 bangsawan tinggi, 43 pegawai pemerintah, 85 prajurit, dan 131 pengungsi. Selain itu para korban meliputi 20 profesor, 300 ilmuwan, beberapa ratu ahli hukum, insinyur, pilot serta penulis dan jurnalis. Secara keseluruhan Sovyet membunuh hampir separoh dari jumlah perwira di Polandia.

Pada tahun 1945, Maurice Shainberg adalah asisten Kolonel Grigory Zaitzev yang menjadi komandan Sovyet di kamp tawanan Katyn. Dalam bukunya yang berjudul "Breaking from the KGB" (1986) Shainberg, orang Polandia, menceritakan bagaimana ia menemukan buku harian sang kolonel yang membuka tabir peristiwa pembantaian di hutan Katyn yang sebelumnya dituduhkan Sovyet dilakukan oleh tentara Nazi Jerman.

Dalam diari tersebut tertulis bagaimana Sovyet mencoba mendindoktrinasi dan mengintimidasi para tawanan (yang dilihat dari status dan jumlahnya, merupakan tulang punggung bangsa Polandia) untuk melupakan sejarah dan budaya bangsanya dan menjadi bangsa baru yang pro-komunis Sovyet. Para tawanan menolak dan itu menjadi penyebab mereka dibantai.


DIARI KOLONEL ZAITZEV

Saat diangkat sebagai komandan kamp tawanan Katyn, Zaitzev diingatkan rekan-rekannya bahwa rakyat Polandia adalah para panganut katholik yang fanatik serta patriotis. Namun ia percaya diri bahwa semua itu bisa diatasinya dan mengubah mereka menjadi para kader komunis yang tangguh.

Para tawanan Polandia biasanya bekerja antara jam 6 pagi hingga 6 sore. Di malam hari mereka mendapatkan sesi indoktrinasi komunisme. Namun sebagian besar dari mereka menolak sesi ini meski mendapat ancaman keras. Seorang perwira berteriak lantang: "Sebagai rakyat Polandia, kami memahami negeri kami. Tidak ada satupun di antara kami yang ingin mendiktekan aspirasi kami kepada bangsa lain, dan kami juga tidak ingin bangsa lain mendiktekan aspirasinya kepada kami. Kami bukan fasis namun juga bukan komunis. Kami adalah orang-orang katholik yang ta'at."

Suatu saat seorang pendeta tentara bernama Jozwiak mengangkat salib yang membelenggunya sembari menyanyikan lagu-lagu rokhani yang diikuti oleh seluruh tawanan. Malam harinya ia ditahan di ruang interogari untuk "menjinakkannya". Namun berbagai methode penyiksaan, termasuk melukai tubuhnya dan memasukkannya ke dalam kandang berisi tikus-tikus besar yang kelaparan, tidak mampu menjinakkannya sehingga akhirnya ia dieksekusi mati.

Tentara Sovyet mengira hukuman yang diberikan kepada Jozwiak akan membuat para tawanan jera, namun mereka kaliru. Para tawanan justru semakin beringas untuk memberontak. Untuk melemahkan para tawanan, Soyvet mengurangi secara drastis ransum makanan disusul aksi eksekusi-eksekusi terbuka terhadap para tawanan yang kelalahan dan tidak bisa bekerja. Para tawanan melawan dengan kampak dan tongkat hingga sebanyak 192 tawanan tewas tertembak dalam satu aksi kerusuhan.

Bahkan dalam kondisi putus asa dan tanpa harapan untuk selamat, para tawanan masih tetap mempertahankan keyakinan agamanya. Mereka sering berdoa bersama-sama: "Kami prajurit Polandia dan tawanan pasukan Sovyet telah disingkirkan di tempat asing. Kami memohon kepadamu Tuhan, agar menyelamatkan negeri kami. Selamatkan kami dari penjara Jerman dan Sovyet. Kami menawarkan diri kami sebagai pengorbanan untuk kemerdekaan negeri kami."

"Tugas kami sangatlah mustahil untuk dilaksanakan," tulis Zaitzev. "Orang yang tidak pernah bertemu orang Polandia tidak akan pernah mengerti bagaimana sulitnya merubah pandangan hidup mereka terhadap kami. Tidak ada siksaan apapun yang dapat menghentikan mereka menyanyi (lagu-lagu rokhani). Mereka orang-orang yang keras dan memiliki harga diri. Setiap hari mereka semakin lemah fisiknya, namun kemarahan dan kebencian mereka semakin besar."

Untuk mengenang tragedi hutan Katyn pemerintah Polandia telah menetapkan tanggal 13 April sebagai hari libur nasional. Sebuah komisi bersama Polandia-Rusia juga telah dibentuk untuk menyatukan pandangan antara kedua negara atas tragedi tersebut. Namun banyak hal yang masih belum terpecahkan karena Rusia khawatir pengakuan adanya kejahatan kemanusiaan akan membuat mereka harus membayar kompensasi mahal sebagaimana dialami Jerman.



PROPAGANDA YAHUDI

Tujuan yahudi penyembah setan (masih ada sebagian kecil yahudi yang berpegang pada ajaran agama Ibrahim dan Musa dan percaya pada kita Taurat, sebagian besar lainnya lebih percaya pada para rabi dan kita Talmud) dan para kompradornya adalah mengubah dunia menjadi satu tatanan dunia baru dimana mereka menjadi penguasa dan seluruh penduduk dunia sebagai pelayan mereka. Untuk mencapai hal itu mereka berupaya menghancurkan empat pilar utama kebudayaan manusia: ras, agama, bangsa dan keluarga.

Komunisme adalah alat propaganda mereka yang cukup efektif menghancurkan empat pilar kebudayaan manusia tersebut. Setelah mengeksekusi seluruh bangsawan, rokhaniawan, dan kalangan intelektual Rusia, Polandia adalah sasaran berikutnya (pola serupa juga dilakukan di tempat-tempat di mana komunisme berkuasa: Cina, Kamboja, Vietnam, Kuba dll. Indonesia pun nyaris mengalami pembantaian serupa seandainya PKI tidak ditumpas terlebih dahulu oleh TNI dan ormas-ormas Islam).

Yahudi penyembah setan bermaksud merubah agama-agama di dunia dengan agama baru penyembah setan dan berhala. Selain menumpas secara fisik kalangan elit intelektual dan agamawan, mereka mengkampanyekan nilai-nilai moral baru yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial masyarakat: homoseksualisme, single parent, feminisme, demokrasi, dlsb. Mereka juga menciptakan aliran-aliran politik hingga agama baru yang memecah belah sistem sosial masyarakat.

Anda boleh menganggap ini semua "terlalu mengada-ada". Namun saya katakan, semua ini telah teridentifikasi oleh orang-orang cerdik pandai sejak ribuan tahun lalu. Kitab-kitab kuno agama-agama wahyu seperti injil dan Qur'an juga telah menyebut-nyebut persekongkolan mereka dan akibat yang ditimbulkannya. Al Qur'an menyebutkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan mereka sangat hebat hingga gunung pun hancur oleh karenanya. Qur'an juga menyebutkan salah satu ciri mereka yaitu mereka sering berkoar-koar mengadakan "perbaikan" meski sebaliknya mereka berbuat kerusakan. Hukuman bagi mereka, menurut Qur'an adalah dipotong tangan dan kakinya secara menyilang dan diusir dari negerinya.

Anda mungkin pernah berpartisipasi dengan program-program seperti Millenium Development Goal, Figh Hunger dan sebagainya. Percayalah itu semua adalah program-program "perbaikan" omong kosong mereka. Seandainya mereka serius mengadakan perbaikan, maka dalam satu bulan dunia ini tidak akan ada lagi kelaparan dan peperangan-peperangan.

No comments: