Friday 16 April 2010

Siapa yang Diuntungkan dengan Kematian Para Elit Polandia?


Selain gubernur bank sentral yang berintegritas tinggi sehingga tidak mudah didikte oleh otoritas keuangan Uni Eropa dan Polandia berhasil selamat dari krisis-krisis keuangan, Polandia juga memiliki menteri kesehatan wanita yang berintegritas tinggi, yaitu Ewa Kopacz ---bedanya dengan Sri Mulyani dan Boediono yang juga digembar-gemborkan orang-orang neo-liberal sebagai berintegritas tinggi, Kopacz berjuang untuk kepentingan negara dan rakyat Polandia, sedang Sri Mulyani berjuang untuk para kapitalis asing. Kedua pejabat berintegritas tinggi ini juga didukung oleh jajaran pemerintah yang tidak kalah integritasnya, termasuk presiden dan wakilnya, panglima tentara, dan kepala dinas inteligen. Namun kini para pejabat berintegritas tersebut meninggal dalam satu peristiwa kecelakaan pesawat yang masih misterius penyebabnya.

Kematian para elit penguasa Polandia tersebut tentu saja akan melemahkan posisi Polandia dalam perjuangannya mempertahankan kepentingan rakyatnya sendiri terhadap pengaruh asing. Khusus dalam hal kampanye penyebaran vaksin flu burung yang menjadi agenda Uni Eropa, Polandia akan semakin lemah posisinya. Perlu diketahui bahwa selama ini menteri kesehatan Ewa Kopacz gigih menentang kepentingan industri farmasi asing di balik program WHO dalam hal penyebaran vaksin flu burung di seluruh Uni Eropa --- kasus ini mengingatkan pada perlawanan menkes Siti Fadhillah Supari menentang WHO dalam program penanganan virus flu burung di Indonesia karena melihat motif-motif kejahatan konspirasi di balik isu flu burung. Namun Siti kini telah "diamanankan" dengan memindah tugaskannya menjadi penasihat presiden dan menggantinya dengan menteri kesehatan baru yang pro-asing.

Kopacz adalah satu-satunya menteri kesehatan di Uni Eropa yang menentang program pemberian vaksin flu burung meski mendapat tekanan keras dari para pejabat Uni Eropa dan industri farmasi asing. Penentangannya yang gigih ini tentu saja memicu perdebatan publik yang intens dan menjadi batu sandungan yang keras bagi agenda Uni Eropa.

Pada tgl 29 Maret, Council of Europe memuji langkah Ewa Kopacz dengan menyebut kebijakannya sebagai langkah tepat. Kopacz mengatakan bahwa syarat-syarat yang didiktekan oleh industri farmasi kepada rakyat Polandia --- untuk membeli faksin flu burung --- tidak bisa diterima dan bersikeras Polandia tidak membutuhkan faksi flu burung sebagaimana negara lain. Dengan penolakan tersebut Polandia menyelamatkan miliaran dolar devisanya daripada membeli faksin yang tidak perlu.

Kopacz "berani" menentang WHO dan Uni Eropa serta tekanan industri farmasi karena ia mendapatkan dukungan kuat dari presiden dan jajarannya, termasuk panglima tentara dan pimpinan dinas inteligen. Dukungan tersebut mampu membuat Kopacz dari "serangan" balik industri farmasi seperti ancaman, pemecatan atau bahkan konspirasi pembunuhan.

Satu-satunya lawan yang dihadapi Kopacz di dalam negeri adalah ketua ombudsman yang telah "dibeli" oleh kepentingan asing, Janusz Kochanowski. Ia pernah mengancam akan melakukan tindakan hukum kepada Kopactz karena kasus faksin flu burung tersebut. Memang Janusz termasuk dalam salah satu korban kecelakaan pesawat yang menewaskan para elit penguasa Polandia, namun kekuasaan Janusz jauh lebih kecil dibandingkan panglima tentara dan dinas inteligen. Dalam banyak sejarah konspirasi, banyak "pion" yang sengaja untuk dihilangkan demi mencapai tujuan. Masih ingat kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Pakistan Zia Ul Haq? Bersama Zia juga tewas dubes Amerika untuk Pakistan.

Dengan tewasnya jajaran pemerintahan Polandia, kini Polandia dipimpin oleh orang-orang yang pro-asing seperti pejabat presiden Bronislaw Komorowski yang dijamin akan menjerumuskan Polandia menjadi negara "jajahan" asing Uni Eropa-IMF-WHO-PBB.

Tanda-tanda bahwa WHO sengaja berupaya menyebarkan pandemi flu burung bisa dilihat dari adanya upaya percobaan mengawinkan virus flu babi dengan flu burung oleh profesor Bruno Lina dari WHO. Selain itu WHO juga menolak menurunkan skala pandemi tingkat 6, yang memberi WHO kekuasaan lebih tinggi dari otoritas negara. Selain itu beberapa negara termasuk Inggris telah membatalkan pembelian faksin flu babi untuk diganti dengan faksin flu burung.

"Pembunuhan konspiratif" terhadap elit penguasa Polandia sekaligus juga menjadi peringatan terhadap figur-figur oposan terhadap negara super seperti Uni Eropa atau PBB untuk tidak "neko-neko".

Paul Flynn, seorang anggota parlemen Inggris sekaligus anggota Council of European (sebuah dewan beranggota tokoh-tokoh nasionalis dari 47 negara Eropa, dibentuk sebagai oposisi terhadap Parlemen Eropa yang dibentuk oleh Uni Eropa) telah mengadakan penyidikan atas konspirasi flu burung (pandemik asli Asia) yang dilakukan WHO dan hasilnya akan dibahas dalam sidang Council of Europe. WHO telah berupaya menggagalkan penyidikan tersebut dengan menolak mengirimkan ahli-ahlinya dalam dengar pendapat bulan Maret lalu dimana Kopacz hadir memberikan keterangan. Laporan CEO dikhawatirkan akan menghancurkan kospirasi WHO menerapkan program tangan besinya berupa faksinisasi paksa dan penerapan hukuman badan bagi penentangnya.

Perlu diketahui bahwa dengan Lisbon Treaty yang telah disahkan (secara inkonstitusional) baru-baru ini, polisi Uni Eropa bisa menangkap siapapun yang dianggap sebagai teroris, bahkan seandarinya konstitusi negara-negara Eropa menolaknya (konstitusi Uni Eropa mengalahkan konstitusi negara-negara anggotanya). Di sisi lain para agen konspirator telah memperluas definisi teroris tidak saja para militan Islam dari Arab, tapi juga para oposan domestik yang berjuang demi integritas bangsa dan nasionalisme.

No comments: