Friday 4 March 2011

Pesan Politis Misi Kapal Perang Iran


Iran baru saja mengirimkan dua kapal perangnya ke Siria untuk mengikuti latihan bersama AL Siria. Hanya sebuah kapal frigat tua dan sebuah kapal pangangkut. Namun hal itu sudah cukup membuat Israel dan Amerika "kepanasan", karena misi tersebut menimbulkan persepsi politik yang kuat bahwa Iran secara semakin kuat pengaruhnya di kawasan tersebut.

Dan sementara para pejabat Iran menyambut gembira misi tersebut, Israel menganggapnya sebagai sebuah "provokasi". Sedangkan kementrian luar negeri Amerika manyatakan, "kami terus memonitor pergerakan kapal-kapal tersebut dan tindakan-tindakan mereka. Kami akan melihat dengan cermat kemana saja kapal-kapal itu pergi dan implikasi yang ditimbulkannya."

Pejabat Iran, Selasa (22/2) menyatakan bahwa keberhasilan misi kapal-kapal tersebut merupakan ""batu penanda" bagi upaya Iran untuk memainkan peran lebih besar di dunia maritim." Sementara Israel menyatakan misi tersebut sebagai "provokasi yang menkhawatirkan".

Salah satu kapal perang tersebut adalah fregat "Alvand", yang telah berumur 43 tahun dan memiliki berat 1,500 ton. Kapal ini dilengkapi torpedo dan misil-misil anti kapal. Sedangkan kapal satunya adalah kapal pengangkut perlengkapan "Kharg" berbobot 33.000 ton dan diawaki oleh 250 orang dan dilengkapi dengan 3 helikopter. Iran menyatakan keduanya tidak membawa senjata kimia maupun nuklir.

Sebelumnya kehadiran kedua kapal tersebut sudah menjadi pemberitaan media-media massa internasional, terutama saat sebelum melewati Terusan Suez dan lepas pantai Israel di Laut Merah. Sempat beredar spekulasi kedua kapal tersebut bakal ditolak oleh Mesir karena tekanan Amerika dan Israel. Namun berdasarkan perjanjian internasional yang mengatur lalu-lintas kapal di Terusan Suez, keduanya tidak memiliki alasan untuk dicegah untuk menjadi kapal perang Iran pertama sejak Revolusi Iran tahun 1979 yang melewati Terusan Suez menuju Laut Tengah.

Tahun lalu AL Iran mengirimkan kapal destroyer terbarunya, "Jamaran" untuk memerangi perompak laut di Somalia. Selanjutnya kapal tersebut melakukan misi di Sri Lanka.

Brig. Gen. Abdolrahim Mousavi, Deputi Komandan angkatan perang Iran mengatakan bahwa keberhasilan kedua kapal tersebut melewati Terusan Suez merupakan bentuk "kebesaran Tuhan" dan menyebut komentar sinis Israel sebagai "propaganda negatif".

Sebaliknya wakil perdana menteri Israel, Silvan Shalom, mengatakan bahwa "timing" dari misi melintasi Terusan Suez adalah sebuah "pesan yang keliru" atas ambisinya untuk memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah. "Tujuan misi tersebut adalah untuk memberi tanda pada para pemimpin Arab bahwa "Iran adalah pemimpin baru dunia Arab di Timur Tengah."

Baik Israel maupun Amerika telah menuduh Iran dan Siria membantu persenjataan Hezbollah, milisi bersenjata Lebanon yang mengalahkan Israel tahun 2006 dan mengusir Israel dari sebagian besar wilayah pendudukan Israel di Lebanon.

Misi tersebut bisa juga diartikan sebagai pembalasan atas misi Israel mengirimkan kapal-kapal perangnya melintasi Terusan Suez menuju perairan di sekitar Iran, Juli 2009 lalu, dalam suatu langkah yang disebut sebagai gertakan terhadap Iran. Sedangkan bagi AL Amerika rata-rata 12 kapal-nya melintasi Terusan Suez setiap bulannya.

Media-media massa tgl 22-2 lalu menyebutkan bahwa kedua kapal tersebut telah berlabuh di Pelabuhan Lataki, Siria. Menurut laporan media massa, sebuah upacara telah dilakukan untuk menyambut kedatangan kedua kapal yang dipimpin oleh Rear Admiral Habibollah Sayari, komandan AL Iran yang tiba di Damaskus hari Rabu (23/2).

"Kunjungan kapal kami ke Siria ini adalah kunjungan biasa dan membawa misi perdamaian dan persahabatan," demikian pidato Sayari sebagaimana dikutip kantor berita Iran, IRNA.

Sayari membantah berita-berita yang menyebutkan kedua kapal akan mengikuti latihan militer bersama AL Siria.

"Hanya ada kadet-kadet AL yang tengah menjalankan misi pendidikan panjang," kata Sayari.


Ref:
"Iran Warships Dock in Syria’s Latakia Port"; almanar.com.lb; 24 Februari 2011.

"Iran hails warships’ mission in Mediterranean"; Emesto Londono and Thomas Erdbrink; Washington Post; 23 Februar1 2011 dalam truthseeker.co.uk 24 Februari 2011.

No comments: