Monday 7 March 2011

POROS QADAFFI-ISRAEL


Melawan opini publik global sembari menunjukkan wataknya yang serba hipokrit, Israel telah memberikan bantuan nyata bagi regim Qadaffi berupa ribuan tentara bayaran dari Afrika untuk menumpas pemberontakan rakyat Libya. Menurut sumber-sumber inteligen Israel, tentara bayaran tersebut didatangkan oleh perusahaan penyedia jasa keamanan Israel, Global CST, dari beberapa negara Afrika seperti Uganda, Sudan, Chad, Congo, termasuk gerilyawan wahabi-salafiyun Al Qaida. Qadaffi membayar $2000 per-hari per-kepala kepada Global CST, dan para serdadu bayaran itu menerima 5%-nya. Selain itu dengan melanggar embargo senjata yang ditetapkan PBB atas Libya, Israel juga mengirimkan persenjataan kepada Qadaffi.

“Penasihat militer Israel telah berada di Libya sejak kerusuhan meletus, dan tim Mossad yang sejak lama menggunakan Libya sebagai basis operasinya, telah bekerja untuk menghancurkan pemberontakan," kata seorang sumber informasi sebagaimana dikutip Veterans Today.

Dengan kehadiran kepal-kapal perang Amerika dan Inggris di lepas pantai Libya menunggu komando, kekhawatiran kerusuhan di Libya berkembang menjadi konflik bersenjata internasional semakin besar. Berseberangan dengan Israel, dalam konflik ini Amerika dan Inggris "memilih" berpihak pada pemberontak. Bahkan dikabarkan penasihat-penasihat militer Inggris telah berada di Libya untuk melatih para pemberontak.

Meski berhasil membangun citra sebagai seorang nasionalis Arab anti-Israel dan Amerika, Qadaffi secara diam-diam ternyata menjalin hubungan intim dengan Israhell, bahkan sejak awal memegang kekuasaan setelah melakukan kudeta militer tahun 1969. Bahkan kudeta yang ia lakukan ternyata dirancang oleh dinas inteligen Inggris. Perselingkuhan itu terbongkar berkat publikasi Wikileaks baru-baru ini. Dan perselingkuhan tersebut semakin melebar setelah surat kabar Israel Ma'ariv baru-baru ini memberitakan bahwa Qadaffi ternyata berdarah yahudi. Menurut Ma'ariv, ibu Qadaffi bernama asli Rosella Tamas, seorang wanita yahudi yang kawin dengan seorang muslim. Berita ini memang belum mendapat tanggapan dari Qadaffi, tapi setidaknya semakin menambah kebencian lawan-lawan politiknya di Libya.

Libya di bawah Qadaffi secara diam-diam menjalin kerjasama dengan Israel sejak awal kekuasaannya. Sejak tahun 1970-an, bersama dengan negara-negara seperti Iran (di bawah kekuasaan Shah Pahlevi), regim apartheid Afrika Selatan, Jerman Timur, Czechoslovakia, serta di bawah koordinasi inteligen Israel, "konsorsium" tersebut terlibat dalam "bisnis" senjata gelap dan terorisme. Mencuri rahasia inteligen dan persenjataan Amerika dan menjualnya ke Uni Sovyet adalah salah satu kegiatan utamanya. Setelah tumbangnya Shah Pahlevi, runtuhnya regim apartheid Afrika Selatan serta tumbangnya komunisme di Rusia dan Eropa Timur, kini "konsorsium" tersebut tinggal Libya dan Israel berdua. Dengan tumbangnya Qadaffi yang kemungkinan akan segera terjadi, "konsorsium" itu bakal meninggalkan Israhell sendirian.

Pada tahun 1970-1980-an, dengan bantuan Israel, Libya dan Afrika Selatan mengembangkan senjata kimia dan biologis. Senjata seperti itu telah digunakan Afrika Selatan di Angola dan sekitarnya dan membunuh ribuan korban. Libya membiayai salah satu program senjata kimia dan biologis terbesar di dunia yang ditargetkan selesai tahun 2004. Pada tahun yang sama Libya, dengan bantuan Israel juga mulai mengembangkan senjata nuklir.

Sementara itu antara th 1975 dan 1980 Afrika Selatan berhasil membuat 10 hulu ledak nuklir di pusat pengembangan senjata Pelindaba. Pada bulan September 1979 Afrika Selatan sukses melakukan ujicoba ledakan nuklirnya di Pulau Prince Edward, Antartika. Pada tahun 1990 Afrika Selatan menghentikan program nuklirnya dan mengirimkan 6 hulu ledak nuklirnya ke Amerika untuk dihancurkan, dan menjual 3 lainnya ke Inggris. Oleh Inggris ketiga hulu ledak itu dikirim ke Oman, namun dalam perjalanan hilang dicuri. Salah satu hulu ledak curian itu kemudian diketahui diledakkan oleh Korea Utara dalam suatu ujicoba tahun 2009, namun 2 lainnya masih menghilang.

Pada tahun 2004 PM Inggris Tony Blair mengadakan kunjungan "darurat" ke Libya untuk bertemu Qadaffi, meyakinkannya bahwa nasibnya tidak akan sama dengan Sadam Hussein yang pada tahun itu ditangkap pasukan Amerika. Kala itu Blair berhasil membujuk Qadaffi untuk menghentikan program senjata pemusnah massalnya dengan imbalan tuntutan terhadap tersangka terorisme Tragedi Lockerbie yang adalah agen inteligen Libya, dibatalkan. Menurut sumber-sumber inteligen, pembicaraan lain antara keduanya adalah mengenai 2 hulu ledak nuklir yang hilang. Namun tidak ada konfirmasi mengenai hal ini.

Blair meninggalkan Libya dengan kontrak penjualan minyak Libya kepada Royal Dutch senilai $200 juta dan kontrak rahasia penjualan senjata Inggris kepada Libya. Tidak ada laporan mengenai konsesi yang diberikan Qadaffi kepada Blair.

Beberapa waktu lalu Qadaffi telah mengancam menggunakan senjata kimia dan biologi serta "membakar Libya" untuk mempertahankan kekuasaannya. Sangat boleh jadi senjata-senjata itu sudah berada di tangannya, melalui bantuan Israel tentunya.

Blair diketahui tetap menjalin "hubungan dekat" dengan Qadaffi. Baru-baru ini bahkan tersiar kabar Qadaffi telah menelpon Blair untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapinya. Koran Inggris Daily Mail, mengutip seorang pejabat Libya baru-baru ini mengatakan: "Tony Blair sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan Qadaffi sampai tahun lalu. Ia adalah pembawa perdamaian di Timur Tengah dan pasti bisa memanfaatkan kemampuannya untuk menciptakan perdamaian di sini. Kita menginginkan bantuan diplomatiknya saat kami berusaha menghancurkan musuh-musuh kami," kata serang pejabat Libya pro-Qadaffi baru-baru ini.


PEMERINTAHAN TANDINGAN TERBENTUK DAN PERTEMPURAN TERUS BERLANJUT

Sementara itu pertempuran antara pasukan anti Qadaffi melawan pro-Qadaffi terus berlangsung dengan masing-masing pihak saling melakukan offensif silih berganti. Beberapa upaya pasukan Qadaffi untuk merebut wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak berhasil digagalkan dan kini Qadaffi tengah berupaya keras memperkuat kedudukannya di Tripoli dan kota-kota sekitarnya serta wilayah barat Libya. Pertempuran masih terjadi di Zawiya, 30 km sebelah barat Tripoli dimana pasukan Qadaffi berupaya merebutnya kembali dari tangan pemberontak. Baku tembak bahkan masih terjadi di Tripoli.

Pada hari Sabtu (5/3) pemberontak mengumumkan keberhasilan mereka merebut kota Ras Lanuf serta menggagalkan serangan Qadaffi atas Zawiya. Ras Lanuf adalah kota di sebelah timur Libya yang menjadi pusat produksi minyak.

Pada hari Sabtu (5/3) para pemimpin pemberontak mengumumkan terbentuknya pemerintahan tandingan sementara di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya yang menjadi pusat perlawanan terhadap Qadaffi. Pemerintahan sementara yang diberi nama "Dewan Transisi Nasional" itu beranggotakan 31 orang tokoh yang mewakili provinsi-provinsi di Libya. Dewa ini telah menadakan rapat di Benghazi dan menyatakan Benghazi sebagai markas sementara sebelum Tripoli berhasil direbut pemberontak.

Dewan yang dipimpin oleh mantan menteri kehakiman Mustafa Abdeljeleel ini juga telah mengangkat seorang pejabat untuk mengurusi masalah kemiliteran serta membentuk sebuah dewan militer untuk memimpin pembebasan Libya dan merekonstruksi militer. Dewan menyatakan tugas utama yang diusungnya adalah mewakili Libya secara internasional, membebaskan negeri dari kekuasaan Qadaffi, membentuk konstitusi dan melaksanakan pemilihan umum.

Di sisi lain, selama berhari-hari pemberontak terlibat pertempuran sengit melawan pasukan Qadaffi memperebutkan kota Zawiya. Pasukan Qadaffi menarik diri dari pusat kota setelah mendapatkan perlawanan sengit dari pemberontak dan selanjutnya berada di pinggir kota untuk melakukan serangan lanjutan.

Menurut keterangan saksi-saksi, pasukan Qadaffi memasuki kota dengan persenjataan berat termasuk tank-tank, namun gagal mengambil alih kota. Beberapa tank dan kendaraan berat berhasil direbut gerilyawan.

Setelah keberhasilan merebut Breda dan Ras Lanuf di timur Libya, pemberontak kini berusaha bergerak ke barat menuju Tripoli. Namun sebelumnya mereka masih harus melalui Sirte, kota kelahiran Qadaffi yang menjadi salah satu basis kekuatan Qadaffi. Keberhasilan merebut Sirte akan menjadi faktor penentu kemenangan pemberontak karena kota ini menjadi simbol kekuatan Qadaffi.

Dalam upayanya menghambat pergerakan pemberonak, Qadaffi menggunakan angkatan udaranya. Reporter CNN melaporkan, halikopter-helikopter pasukan Qadaffi menggempur As Sidr, di sebelah barat Ras Lanuf. Sementara pemberontak di Ras Lanuf menunjukkan kepada para reporter reruntuhan pesawat tempur Sukhoi Su-24MK yang ditembak jatuh. Di tubuh pesawat tersebut masih tampak jelas emblem angkatan udara Libya. Di dekat reruntuhan tergeletak mayat dua pilot yang sudah terpenggal kepalanya. Serangan udara juga menghancurkan sebuah depot amunisi yang kini dikuasai pemberontak di Benghazi, menewaskan belasan orang.

No comments: