Indonesian Free Press -- Penangkapan Bambang Tri, penulis buku ‘Jokowi Undercover’ mendapat tanggapan beragam dari sejumlah pihak. Salah satunya dari Prof Tamim Pardede. Ahli biokimia ini menyesalkan tindakan kepolisian yang telah menetapkan Bambang Tri sebagai tersangka.
Suara yang sama dikeluarkan oleh komisioner Komnas HAM yang mempertanyakan identitas sejati Jokowi dengan mendesak dilakukan tes DNA oleh yang bersangkutan.
Kepala Riset Biokimia PT Amanah Semesta Alam ini mengatakan, Bambang Tri belum bisa dipersalahkan sebelum dilakukan tes DNA kepada Jokowi. Demikin seperti dikabarkan Berita Islam 24H baru-baru ini.
Prof Tamim menegaskan, sikapnya jelas dalam menyikapi kasus Bambang Tri. Tamim Pardede mengaku dia bukan manusia abu-abu. Katena itu dia menentukan sikap untuk mendukung Bambang Tri.
“Terkait dengan kasus Bambang Tri, mengenai bukunya Jokowi Undercover, Muhammad Tamim Pardede menyatakan, saya berpihak kepada Bambang Tri,” tegas Tamim Pardede melalui video berdurasi 3 menit satu detik yang diunggah di youtube, 5 Januari lalu.
“Benar atau tidaknya Bambang Tri, benar atau tidaknya Jokowi, hanya ada satu cara menentukan, yaitu tes DNA,” tambah Tamim Pardede.
Tamim menyesalkan tindakan kepolisian yang telah menetapkan Bambang Tri sebagai tersangka. Ia meminta agar polisi bertindak profesional.
“Jadi yang namanya polisi, jangan banyakan bacot ya, jangan sok-sok. Saat ini belum apa-apa sudah menyalahkan Bambang Tri. Itu semua membenarkan junjungan kalian itu,” tegas Tamim.
Menurut Profesor Tamim, kebenaran hanya ada satu, yakni membuktikan bahwa Bambang Tri benar atau salah dan memuktikan Jokowi benar atau salah melalui tes DNA.
“Buktikan tes DNA. Kalau Bambang Tri salah, tembak jidatnya Bambang Tri. Tapi kalau Jokowi yang salah, apakah Megawati, Ribka, Luhut, Tito, berani menembak jidatnya Jokowi?,” imbuh Tamim.
Dikatakan Tamim, Bambang Tri belum bisa disalahkan. Jokowi juga belum bisa disalahkan. Karena itu, ia menantang untuk melakukan tes DNA.
“Gua ada di pihak Bambang Tri,” tandas Tamim.
Prof Tamim Pardede adalah ahli biokimia molecular. Dia telah menemukan banyak temuan spektakuler yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Tamim Pardede juga merupakan ahli rekayasa genetic biofuel formulator. Pria berdarah Medan ini juga dikenal sebagai pecinta syariat jihad. Dia aktif menyuarakan anti liberalisme dan anti komunisme atau PKI.
Nama Prof Tamim Pardede mulai dikenal sejak mengembangkan bahan bakar diesel dari campuran minyak jelantah dan air. Terbukti emisi yang dikeluarkan diesel dari bahan bakar temuannya juga sangat ramah lingkungan.
Profesor Tamim juga beberpa kali bekerja sama dengan TNI dalam mengembangkan beberapa penemuan, di antaranya pembuatan formula pemadam api untuk lahan gambut, formula anti nyamuk untuk fogging, dan BIOS 44 yang digunakan untuk memperbaiki kembali tanah pertambangan yang rusak berat.
Salah satu temuannya yang paling fenomenalnya yakni merubah air kencing manusia menjadi bahan bakar diesel dan juga merubah sampah menjadi bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan.
Ketika kabar bibit cabai dari Tiongkok yang ditemukan di salah satu perkebunan di Bogor terindikasi mengaandung bakteri berbahaya, Prof Tamim juga memberikan pendapatnya sebagai ahli di bidang biokimia.
Menurut hasil investigasinya, bibit cabai tersebut merupakan sarana perang biologi yang ditujukan untuk menghancurkan pengelolaan pangan di Indonesia.
Komnas HAM: DNA Jokowi Harus Diperiksa
Sementara itu anggota Komnas HAM Natalius Pigai meminta kepada negara untuk turut menjernihkan pertanyaan-pertanyaan publik mengenai identitas Jokowi. Pasalnya, jatidiri Jokowi masih terus dipersoalkan secara terus-menerus. Misalnya, dimana Jokowi lahir dan dibesarkan? Siapa orang tua Jokowi sesungguhnya? Lantas apakah ada hubungan Jokowi dengan PKI?
"Negara sejatinya membantu Jokowi dengan membentuk tim independen," kata Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, Kamis (5 Januari), seperti dilansir sejumlah media nasional.
Komentar Natalius ini menanggapi proses hukum terhadap penulis buku "Jokowi Undercover" Bambang Tri Mulyono.
Tim independen yang dimaksud Natalius terdiri dari berbagai ahli termasuk pihak universitas, ahli sejarah, pihak kesehatan, kepolisian, kejaksaan, dan komunitas intelijen, untuk melakukan klarifikasi secara resmi untuk mengembalikan citra Jokowi dan keluarganya secara resmi.
"Tim ini bertugas menelusuri fakta sejarah, mengumpulkan dokumen termasuk data rahasia negara sebagai data sekunder, pengambilan data primer, melakukan penyelidikan ilmiah (scientivic investigation) melalui tes DNA. Dan hasilnya bisa dibukukan serta diumumkan ke publik secara resmi," ujar Natalius.
Menurutnya, di saat proses belangsung Jokowi harus ditempatkan sebagai warga negara Indonesia yang diduga difitnah.
"Di negara-negara maju proses penyelidikan semacam ini terhadap seorang presiden atau pemimpin negara adalah hal yang lazim dan bukan luar biasa," tambah Natalius.
Terakhir, sebut Natalius, pemerintah sebaiknya membantu keluarga Jokowi agar menjaga nama baik, wibawa, serta harkat dan martabat Kepala Negara tetap lestari di masa yang mendatang.(ca)
No comments:
Post a Comment