Friday 10 March 2017

PILKADA PALING MEMALUKAN SEPANJANG SEJARAH... NEGARA SEBAGAI TEAM SUKSES AHOK...



*Surat terbuka DR. HARIMAN SIREGAR*

*“Kejinya Pemerintah, Tega Membodohi Rakyat Demi Menangkan Jagoan Istana”*


Indonesian Free Press -- Tokoh dan Aktivis Malari DR.Hariman Siregar kecewa dengan pemerintah saat ini yang sudah tidak netral dalam menjalankan roda pemerintahan dengan sistem demokrasi. Kekecewaan tersebut dituangkan dalam surat terbuka yang ditulis langsung oleh Hariman Siregar, berikut isi surat tersebut: :
*“Tulisan ini saya buat dengan sepenuh kekecewaan. Tidak sampai nalar saya menyikapi manuver-manuver politik dalam Pilkada DKI Jakarta, yang kian lama kian kental nuansa main kayunya. Kekuasaan ambrol, bukan lagi untuk memperkuat yang benar, melainkan mati-matian membela jagoannya. Demi kemenangan jagoan versi istana, bahkan melacurkan kebenaran, menginjak moralitas politik pun dilakukan. Sungguh tragis.*


*Rakyat menyaksikannya dengan hati berkeping-keping. Di mana hati nurani penguasa? Apakah penguasa melihat rakyat cuma sebagai kumpulan orang-orang bodoh yang bisa dengan gampang dibodohi?*_

*Bagaimana mungkin suatu perkara yang sudah terang duduk-tegaknya, salah-benarnya, bisa dipelintir dengan begitu kasar tanpa rasa bersalah? Ahok yang sudah jelas-jelas menista agama Islam, sampai saat ini tidak kunjung ditahan meski sudah duduk di kursi terdakwa. Padahal, kasus-kasus serupa dengannya, seperti Arswendo Atmowiloto, Permadi atau Lia Eden langsung ditahan. Ketika Ahok menghina K.H. Ma’ruf Amin, Menteri Luhut B Pandjaitan langsung turun tangan. Bahkan demi Ahok, presiden sampai bertindak melanggar UU Pemda karena tidak memberhentikan sementara Ahok yang sudah berstatus terdakwa kasus penistaan agama.*
 
Pilkada DKI Jakarta terancam tidak demokratis. Pilkada Jakarta terancam ambruk dari transisi kekuasaan secara demokratis, menjadi rentetan aksi main kayu, aksi tipu-tipu rakyat.*

*Celakanya, penguasa yang seharusnya menjadi suriteladan rakyat malah terkesan menjadi sumber masalah adalah gejolak sosial-politik ini. Penguasan yang terjangkit syndrom paranoid mememerkosa demokrasi demi mempertahankan ambisi kekuasaannya.*

*Apa yang terjadi hari ini membuat saya merindukan Pilkada Jakarta tahun 2012 yang berlangsung demokratis itu. Di mana penyelengara, paslon, pemilih sampai penguasan bahu-membahu untuk mewujudkan kontestasi politik yang fair, beradab dan berkeadilan. Tidak ada tipu-tipu rakyat di sana, apalagi aksi main kayu ala penguasa.*

Sejak perhelatan Pilkada DKI Jakarta, kita sama-sama saksikan aparat keamanan seolah-olah berubah menjadi tim pemenangan kandidat dengan menggembor-gemborkan kasus-kasus hukum kandidat penantang petahana. Ada yang dipanggil ke kantor polisi, ada yang dihantam pemberitaan negatif berbasiskan pernyataan aparat hukum. Tujuanya jelas, untuk menjatuhkan elektabilitas para penantang petahana.*

*Inilah Pilkada paling memalukan dalam sejarah ibukota Indonesia. Demokrasi diperkosa di sini. Moralitas dibunuh ambisi kekuasaan. Para pelakunya mengenakan topeng tanpa dosa; seolah-olah mereka tidak tersangkut dalam distorsi kedaulatan rakyat ini. Akibatnya, jika dahulu, pelacuran kebenaran adalah pebuatan nista, kini pelaku malah dielu-elukan sebagai pembela demokrasi, sebagai pejuang hukum.*

*Tragisnya, semua itu dilakukan dengan cara membodohi-bodohi rakyat. Pun ketika aksi pembodohan itu sudah kental diketahui hitam-putihnya oleh rakyat sendiri. Betapapun carut-marutnya, kita masih memiliki harapan. Rakyat Jakarta adalah benteng terakhir untuk mencegah distorsi demokrasi ini kian mengamuk dan menghancurkan sendi-sendi tata kehidupan Jakarta.*

*Rakyat harus bergerak untuk menghukum pemimpin yang zalim, sekalipun, pemimpin yang zalim itu nyata-nyata didukung oleh penguasa di level puncak. Jangan takut, jangan abai. Hari ini adalah satu peluang besar bagi rakyat dalam jangka lima tahun ke depan. Pillada 2017 adalah peluang rakyat untuk mendapuk pemimpin yang demokratis, tidak zalim, tidak gandrung memfitnah dan didukung tukang fitnah. Ini peluang untuk menciptakan Jakarta untuk semua. Jakarta untuk rakyat!”*


4 comments:

Anonymous said...

sifat malu pasti dimiliki oleh semua orang yg normal..hanya orang tidak normal yg tidak punya rasa malu..orang2 yg tidak normal yg tidak punya rasa malu inilah yg banyak menyelewengkan fungsi negara untuk kepentingan pribadi/kelompoknya (kelompok ahok, jokowi, LBP, 9 tai' pan dkk)..manusia munafik penguasa puncak di negeri ini yg tidak punya rasa malu, didepan bilangnya netral tapi dibelakang sangat jelas memihak, dan kemunafikannya ini sungguh sangat jelas terang benderang dgn dipanggilnya silvi ke bareskrim dll

penggadaian swasta said...

Masikah percaya pafa jokowi?

Unknown said...

DR hariman siregar fans prabowo pantas menulis begitu...kumpulan orang sakit hati..

Unknown said...

Mey darisman pasti mati2xan njilat a hok orang kebanyakan makan taik a hok yg rasa fitsa hat.ya kau bahas aja point2x pendapat bung hariman yg gk cocok di hati kau bukan mencak2x kau disitu jd keliatan kau goblok 7 turunan