Saturday 8 July 2017

Amerika Ijinkan Serangan Terhadap Iran di Suriah

Indonesian Free Press -- Bertolak belakang dengan janjinya untuk tidak terlibat dalam konflik di Suriah, bahkan memuji-muji Presiden Bashar al Assad dan Iran sebagai musuh ISIS, Presiden Donald Trump semakin menunjukkan diri sebagai 'wayang' dalam konstelasi politik global.

Setelah memerintahkan serangan rudal ke Suriah beberapa waktu lalu, Donald Trump diam-diam juga telah memerintahkan militer Amerika untuk menyerang Iran dan sekutu-sekutunya di Suriah. Padahal kehadiran Iran di Suriah memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu atas undangan pemerintah yang syah. Sementara Amerika tidak memiliki legalisas seperti itu.

Seperti dilaporkan Washington Beacon, 5 Juli lalu, militer Amerika telah diperintahkan untuk melakukan segala hal untuk melindungi kepentingan Amerika di Suriah, termasuk melakukan serangan militer terhadap Iran dan sekutu-sekutunya. Perintah ini diberikan setelah pemerintah Amerika menilai bahwa Iran telah meremehkan Amerika dalam konflik Suriah.


"Pasukan dukungan Iran, termasuk Hezbollah, telah beberapa kali memulai aksi penghadangan terhadap Amerika (Amerika menempatkan pasukan khusus di Suriah untuk mendukung kelompok-kelompok pemberontak 'moderat') dan melanggar kesepakatan antara Amerika dan Rusia yang ditujukan untuk mencegah faksi-faksi anti ISIS di Suriah terlibat konflik satu sama lain. Ini adalah sebuah upaya untuk menguji ketangguhan pemerintahana Trump," kata seorang pejabat Amerika yang tidak disebutkan identitasnya kepada Beacon.

"Ini jelas sebuah proses dari Iran, Hezbollah dan regim Suriah menguji kesabaran kita. Dalam banyak kasus, mereka mencoba menguji kita dan kita hanya membela diri," tambahnya.

Faktanya adalah berkali-kali Amerika menyerang pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya yang tengah berusaha menghancurkan pemberontak-teroris. Setidaknya Amerika telah menembak jatuh 2 drone Iran dan sebuah pesawat tempur Suriah.

Menurut laporan itu langkah-langkah serius telah ditetapkan akan diberikan kepada pasukan elit Iran, Iranian Revolutionary Guards Corps (IRGC) dan Hizbollah yang terlibat dalam konflik Suriah di pihak pemerintah. Amerika menyebut IRGC sebagai bagian dari ancaman serius pemerintah Iran terhadap Amerika.

"Untuk pertama kalinya sejak keterlibatan Amerika di Suriah, militer Amerika diijinkan untuk melakukan segala langkah untuk mempertahankan kepentingan Amerika dari provokasi dan agresi Iran,” tambah sumber tersebut kepada Beacons.

Menurut sumber tersebut, kini tidak ada lagi pandangan positif terhadap Iran oleh para pejabat Amerika, dan pandangan itu semakin kuat dari hari ke hari.

"Tidak ada lagi 'terima kasih kepada Iran' setelah mereka menangkap pelaut-pelaut kita di Teluk," kata sumber itu lagi.

Amerika melihat keterlibatan Iran, melalui IRGC, dalam semua konflik di Timur Tengah, dan itu merupakan ancaman nyata Iran terhadap kepentingan Amerika. Mereka juga melihat, keterlibatan IRGC akan semakin kuat setelah pulihnya ekonomi Iran setelah adanya kesepakatan program nuklir Iran yang disetujui oleh regim Barack Obama.

Di lain sisi, kekuatan militer Iran juga semakin meningkat signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Iran, misalnya, baru saja mengumumkan kesiapan rudal-rudal buatan Rusia S-300, untuk melakukan aksinya. Rudal canggih ini diperoleh Iran setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mencabut larangan penjualan rudal ini sebagai implementasi kesepatan program nuklir Iran.(ca)

2 comments:

Kabar Harian Jayaloka said...

Wah sangat Bermanfaat,,,,! Jika berkenan mampir ke Blogku juga. SalamBloger!

Kasamago said...

Berani kah tentara AS head2head dg SAA, Iran dan Sekutunya didarat? I dont think so..