*Iran Mulai Pekerjaan Pengayaan Nuklir
Indonesian Free Press -- Israel diketahui telah menjual informasi teknis tentang teknologi nuklir ke Arab Saudi yang memungkinkan negara ini mengembangkan senjata nuklir sendiri dalam waktu dekat.
Seperti dilaporkan Press TV, 31 Mei lalu, pakar nuklir Israel Ami Dor-On, mengungkapkan hal itu kepada media Timur Tengah yang berbasis di Amerika, Middle East Monitor, baru-baru ini. Hal ini merupakan tindak lanjut dari hubungan kedua negara yang semakin erat setelah munculnya Pangeran Mohammad bin Salman sebagai pejabat paling penting di Saudi, sekaligus memunculkan kekhawatiran baru perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.
"Informasi ini mengejutkan kami, ketika dunia berubah menjadi lebih buruk akibat perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah,” tulis Middle East Monitor mengutip Ami Dor-On.
Menurut Ami, Israel menyadari keinginan Saudi untuk memiliki senjata nuklir sebagai antisipasi program nuklir Iran yang dicurigai ditujukan untuk membuat senjata nuklir. Israel pun tidak ingin Saudi mendapatkan informasi nuklir dari 'pemain lain', terutama Pakistan.
Dor-On menyebutkan bahwa Pakistan telah memberikan lampu hijau untuk membantu Saudi dan siap mengirimkan tim ahlinya dalam waktu sebulan setelah diputuskan.
Saudi Arabia diketahui telah meminta ijin Amerika untuk mengembangkan program nuklirnya ke tingkat 'pengayaan uranium', yang oleh banyak pengamat dikhawatirkan akan mendorong Saudi untuk membuat senjata nuklir sendiri. INi melihat regim Saudi selalu berusaha menunjukkan dominasi politik dan militernya di Timur Tengah. Saudi juga dikhawatirkan mengingat kedekatannya selama ini dengan faham radikal dan terorisme.
Saudi dianggap sebagai pendana utama program nuklir Pakistan, yang dimulai sejak tahun 1970-an, setelah terbongkar kerjasama Israel-India untuk membuat senjata nuklir. Beberapa tahun setelah Pakistan berhasil membangun senjata nuklirnya sendiri, Saudi pun berusaha menyusulnya, termasuk dengan membeli secara diam-diam rudal-rudal ballistik Cina yang bisa diisi dengan hulu-ledak nuklir.
Kecenderungan ini semakin meningkat setelah Saudi menetapkan satuan Royal Saudi Strategic Missile Force sebagai cabang ke-lima angkatan perang Saudi Arabia. Demikian tulis Press TV.
Iran Mulai Pekerjaan untuk Tingkatkan Kapasitas Nuklirnya
Sementara itu Otoritas nuklir Iran (Atomic Energy Organization of Iran/AEOI) mengumumkan dimulainya pekerjaan pembangunan infrastruktur pengayaan nuklirnya di Natanz sembari berjanji akan tetap menghormati kesepakatan nuklir internasional yang ditandatangani tahun 2015. Betapapun, hal ini mengisyaratkan bahwa Iran siap untuk menghadapi konsekuensi batalnya perjanjian tersebut setelah Amerika menyatakan penarikan diri, yaitu melanjutkan ambisi senjata nuklir.
“Kemarin, kami mengambil langkah awal dengan mengirim surat ke International Atomic Energy Agency (IAEA) tentang dimulainya sejumlah aktifitas tertentu, dan kami mulai melakukan langkah-langkah praktis yang diperlukan hari ini,” kata Kepala AEOI Ali Akbar Salehi kepada wartawan di Teheran, Selasa (5 Juni).
“Jika kondisinya telah siap, saya mungkin akan menjelaskan besok malam di Natanz tentang satu dari proyek-proyek yang ada di pikiran, yaitu sebuah pusat produksi pengayaan-pengayaan baru,” tambahnya.
Sekedar informasi, sebelum digunakan sebagai bahan dasar (bahan bakar), uranium harus mengalami proses pengayaan dengan tingkatan tertentu. Bahan bakar nuklir membutuhkan uranium dengan tingkat pengayaan tertinggi.(ca)
No comments:
Post a Comment