Wednesday 25 December 2019

Aksi Dukung Etnis Uighur di Hong Kong Berujung Ricuh

Copas Sindonews.com, Senin, 23 Desember 2019


HONG KONG - Polisi anti huru hara Hong Kong terlibat bentrokan dengan para pengunjuk rasa di Hong Kong yang memprotes tindakan Pemerintah China pada etnis Uighur, Minggu (22/12). Lusinan polisi berbaris melintasi lapangan umum yang menghadap ke pelabuhan Hong Kong untuk berhadapan dengan pengunjuk rasa yang melemparkan botol kaca dan batu ke arah aparat.Sebelumnya pada sore hari, lebih dari 1.000 orang berkumpul dengan tenang, mengibarkan bendera dan poster Uighur. Massa yang terdiri dari kaum muda dan tua itu berpakaian hitam dan memakai topeng untuk melindungi identitas mereka. 

Demonstran mengacungkan tanda bertuliskan "Bebaskan Uyghur, Bebaskan Hong Kong" dan "Otonomi Palsu" di Tiongkok menghasilkan genosida ". 


Protes itu terjadi setelah pemain tengah Arsenal, Mesut Ozil menyebabkan kehebohan di China, setelah ia mengkritik kebijakan negara itu terhadap etnis minoritas Muslim di wilayah barat laut yang bergolak, Xinjiang. Ozil, seorang Muslim yang berasal dari Turki, menulis di akun twitter-nya, bahwa Uighur adalah "pejuang yang menentang penganiayaan". Ia juga mengkritik kebijakan Pemerintah China di Xinjiang.

Sikap Ozil itu mendapat dukungan dari sejumlah warga Hong Kong. "Saya pikir kebebasan dasar dan kemerdekaan harus ada untuk semua orang, tidak hanya untuk Hong Kong," kata seorang wanita berusia 41 tahun yang bermarga Wong yang menghadiri aksi protes bersama suaminya.

Para aktivis dan PBB mengatakan, sedikitnya 1 juta warga Uighur dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp di Xinjiang sejak 2017 di bawah kampanye yang telah dikutuk oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain. Sementara Beijing mengatakan, pihaknya menyediakan pelatihan kejuruan untuk membantu memberantas separatisme dan mengajarkan keterampilan baru. Pernyataan ini sekaligus membantah tudingan perlakuan salah terhadap warga Uighur.

Aksi protes di Hong Kong sendiri telah memasuki bulan ketujuh. Meski di akhir tahun ini, aksi demonstrasi relative berkurang. Banyak penduduk Hong Kong marah pada apa yang mereka lihat sebagai campur tangan China dalam kebebasan yang dijanjikan kepada bekas koloni Inggris ketika kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997.

No comments: