Sunday 29 December 2019

Terlalu LGBT, Hungaria Boikot Acara Eurovision

Indonesian Free Press -- Hungaria menarik diri dari acara kontes musuk Eurovision yang digelar rutin setiap tahunnya oleh negara-negara Uni Eropa. Hal ini cukup mengejutkan di tengah-tengah upaya Uni Eropa mendukung gerakan LGBT di seluruh dunia dengan memberi sanksi negara-negara yang dianggap menentang LGBT.

Seperti dilaporkan Russia Insider, 23 Desember, tanpa alasan yang jelas Hungaria menarik diri dari ajang kompetisi Eurovision tahun ini. Namun diduga kuat hal ini berhubungan dengan sikap resmi pemerintah Hungaria yang menentang LGBT dan pro-keluarga normal.

"Saya tidak terkejut. Ini (LGBT) adalah hasil dari institusi budaya MTVA,” kata pejabat Hungaria yang tidak disebutkan identitasnya kepada media Inggris yang menyorot masalah ini. Televisi yang memegang kontrak siaran acara ini menolak memberikan keterangan. Sebaliknya, ketika anggota parlemen dari kubu oposisi meminta keterangan dari pemerintah ia diminta untuk meminta keterangan dari televisi tersebut.


Seorang pejabat MTVA yang memegang hak siar utama acara ini pun mengatakan kepada situs website index.hu bahwa 'mungkin' LGBT menjadi alasan penarikan Hungaria dari acara ini.

Pada tahun 2014 seorang transgender Austria bernama asli Thomas Neuwirth dan menggunakan nama panggung Conchita Wurst memenangkan kontes ini yang kala itu digelar di Copenhagen, Denmark. Ia kemudian menjadi ikon penting acara ini.

Para pendukung pemerintah menyambut gembira penarikan Hungaria dari kontes ini. Seorang editor majalah terkemuka András Bencsik mengatakan bahwa Eurovision telah berubah menjadi 'pasukan homosexual' dan menjauh darinya adalah sangat perlu untuk kesehatan mental rakyat Hungaria.

“Dengan acara ini telah terjadi penghancuran nilai-nilai masyarakat," kata Bencsik.

Perdana Menteri Victor Orban, yang awalnya adalah pendukung kuat Uni Eropa, kini menjadi ikon perlawanan terhadap liberalisme dan globalisasi yang dikampanyekan Uni Eropa. Ia, misalnya, menentang keras kebijakan pro-Imigrasi Uni Eropa dan menutup keras perbatasan Hungaria dari arus imigran asing yang menyerbu Eropa karena kampanye pro-imigrasi Uni Eropa. Sebaliknya, Orban sangat mendukung nilai-nilai tradisi Kristen-Eropa. Ia baru saja mengkampanyekan program 'Family First' untuk mendukung keluarga tradisional dan meningkatkan angka kelahiran di Hungaria.

Pada Agustus lalu István Boldog, anggota parlemen dan pemimpin partai penguasa Fidesz menyerukan boikot terhadap Coca-Cola setelah menampilkan iklan transgender. Sebelumnya ketua parlemen László Kövér, menyebut adopsi terhadap anak oleh pasangan LGBT secara moral sama dengan pedophilia.

Aktifis LGBT mengingatkan gelombang penolakan terhadap LGBT di seluruh dunia, dari Brazil ke Russia. Survei di AS baru-baru ini menunjukkan tingkat toleransi terhadap LGBT merosot dalam beberapa tahun terakhir.

Hal yang sama terjadi di Rusia tahun 2014 ketika anggota parlemen negeri itu menyerukan penarikan Rusia dari ajang Eurovision dengan menyebutnya 'bertentangan dengan semangat moral dan budaya yang tengah dijalani bangsa Rusia'.

Eurovision 2020 akan digelar di Rotterdam, Belanda pada bulan Mei 2020.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Eropa yang berperadaban tinggi berada di ambang kehancuran bila terus tunduk pada perintah dajjalis UE