Monday 9 December 2019

Jubir Presiden 'Ancam' Rocky Gerung karena Kritik Presiden

Indonesian Free Press -- Jubir kepresidenan Fadjroel Rachman 'mengancam' pengamat politik Rocky Gerung karena dianggap telah mengolok-olok Presiden Jokowi. Fajroel meminta Rocky untuk berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya di muka umum.

"Hati-hati saja. Tetapi melakukan kritik, karena kritik itulah menjadi sumber dari perkembangan demokrasi kita," kata Fadjroel kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta dan dikutip Tempo, 5 Desember lalu.

Fadjroel sendiri tidak bersedia berkomentar tentang pernyataan Rocky Gerung yang menyebut Presiden Joko Widodo tidak paham Pancasila. 

"Saya senyum saja deh kalau Rocky Gerung ya. Ha-ha-ha," ujarnya.


Menurut Fadjroel, pemerintah sama sekali tidak antikritik sepanjang kritik disampaikan secara akademis. Rocky, kata Fadjroel, semestinya tahu mengenai makna kritik. 

"Tapi tetap berhati-hati karena kritik secara akademis, secara logis harus dibedakan dengan fitnah atau pencemaran. Jadi hati-hati."

Rocky sebelumnya menyebut Jokowi tak paham Pancasila saat menjadi pembicara dalam program televisi Indonesia Lawyers Club (ILC), beberapa waktu lalu. Perkara ini bermula saat Rocky berbicara mengenai polemik perpanjangan izin Front Pembela Islam. Di akhir sesi bicaranya, Rocky mengatakan bahwa Presiden Jokowi tidak mengerti Pancasila.

"Polisi Pancasila atau presiden juga enggak ngerti Pancasila kan, dia hapal tapi enggak paham. Kalau dia paham, dia enggak berhutang, kalau dia paham, gak naikin BPJS, kalau dia paham, dia gak langgar undang-undang lingkungan," ujar Rocky.


Bela FPI
Di sisi lain Rocky Gerung melihat pemerintah terlihat telah berupaya untuk membenturkan Front Pembela Islam (FPI) dengan Pancasila.

"Enggak usah dibenturkan Pancasila. Karena itu keunikan dia. Dia klaim pembela Islam. Dasar ideologinya, ya, pasti Islam, dong. Apa yang salah di situ?" kata Rocky kepada Tempo 5 Desember 2019.

Rocky berpendapat, sebagai organisasi kemasyarakatan, FPI memang tak harus tunduk kepada negara. Jika tunduk, FPI akan jadi organisasi negara. Karena itu, biarkan saja FPI menggunakan ideologi Islam, bukan Pancasila.

Dia menjelaskan, ormas adalah masyarakat. Jika ideologi negara dipaksakan kepada ormas, maka akan terjadi kontradiktif. Jika negara ingin mengklaim ideologi Pancasila, mestinya itu tak otomatis jadi ideologi masyarakat. 

"Biarin ormas punya ideologi sendiri. Namanya juga masyarakat," ujarnya.

Lebih lanjut Rocky mengatakan, jika ada potensi melakukan hal negatif, sebenarnya, tak ada yang tahu kapan ormas itu akan berbuat jahat. "Kan orang berpikir tentang potensi kejahatan, tiap orang punya potensi kejahatan."

Untuk itu, Rocky menegaskan negara mestinya tidak mulai mencurigai FPI. Jika ada kekhawatiran, Rocky menyebut lebih baik didiamkan saja dan pemerintah baru bisa bertindak jika telah terjadi pelanggaran.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Istana kelabakan, Presiden emang ga paham pancasila dan pendukung nya saya yakin mengakuinya juga di dalam hati nya