Monday 6 January 2020

Soleimani Dibunuh Saat Menjalankan Misi Diplomatik Rahasia Penting

Indonesian Free Press -- Perdana Menteri Irak membuat pengakuan mengejutkan tentang pembunuhan Jendral Soleimani oleh AS. Pada hari pembunuhan Soleimani hendak bertemu PM Irak dalam misi diplomatik untuk mengurangi ketegangan di kawasan.

Pengakuan tersebut disampaikan PM Irak Adil Abdul-Mahdi kepada anggota Parlemen, Ahad kemarin (5 Jan) seperti dilaporkan Veterans Today dan juga Press TV hari ini (6 Jan). Pada saat itu Parlemen menggelar sidang darurat untuk membahas perkembangan Irak setelah pembunuhan Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi Al-Muhandus.

“Saya seharusnya bertemu Soleimani pada hari Beliau dibunuh. Ia datang untuk membawakan pesan dari Iran untuk Saudi,” kata Mahdi, menyebutkan bahwa pemimpin Saudi telah menawarkan perdamaian kepada Iran melalui perantaraan pemerintah Irak dan Soleimani datang untuk memberikan jawaban dari pemimpin Iran.



Menurut Mahdi ia telah berencana bertemu Soleimani pada hari Jumat pagi, sebelum AS membunuhnya saat Soleimani baru keluar dari Bandara Baghdad.

Sejumlah analis inteligen memperkirakan bahwa inteligen Israel berhasil menyadap rencana tersebut dan membocorkannya kepada AS. Dan Presiden Trump yang marah atas kabar penyerbuan Kedubes AS di Baghdad langsung memerintahkan pembunuhan Soleimani.

Sputnik News melaporkan hari ini (6 Jan): "Beberapa hari sebelum pembunuhan Soleimani, sejumlah pejabat militer AS menawarkan kepada Trump untuk membunuhnya.  Washington Post membuka kabar itu hari Sabtu (4 Jan) dengan menyebutkan sejumlah sumber, bahwa para pejabat tinggi Pentagon 'terkejut' ketika Presiden AS memilih pilihan paling ekstrim. ..... Menurut laporan itu para pejabat militer AS tidak mengira Trump akan memilih hal itu."

Menurut laporan Washington Post langkah yang dipilih Trump karena Trump sangat marah atas serangan terhadap Kedubes AS di Baghdad sebagai buntut serangan terhadap pos-pos milisi Kataib Hezbollah (bagian dari koalisi milisi yang lebih besar, PMU). Trump tetap memilih langkah itu meski sejumlah pejabat merasa keberatan. Sputnik menyebutkan bahwa para pejabat AS 'bercanda' tentang ide membunuh Soleimani, namun mereka terkejut karena ternyata Trump cukup 'gila' untuk memilihnya.

Laporan tentang 'misi diplomatik Soleimani' itu meneguhkan kembali sejumlah laporan media massa internasional, termasuk blog ini, tentang keinginan Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab (dua negara Arab paling memusuhi Iran) untuk berdamai dengan Iran setelah melihat AS terlalu lemah untuk memerangi Iran.

Editor senior Veterans Today Gordon Duff menulis: 'Mereka yang berpartisipasi atas pembunuhan Soleimani adalah para pengecut dan bajingan yang patut membusuk di neraka. Ini adalah tindakan paling tidak terhormat oleh militer Amerika sejak peristiwa Pembantaian Mai Lai'.(ca)

2 comments:

Kasamago said...

Amerika sebagai adidaya mendadak begitu bodoh dibawah ketika Trump

Us Military said...

Situasi politik semakin memanas karena kejadian tersebut, bahkan banyak pihak yang mengklaim awal dari perang dunia 3... Ngeri juga sih kalau sampai kejadian perang lagi...