Sunday 29 March 2020

AS Perkuat Pertahanan di Sekitar Kedubes di Baghdad di Tengah Ancaman Perang dgn PMU

* PMU Gelar Latihan Perang


Indonesian Free Press -- Amerika meningkatkan pertahanan di sekitar kompleks Kedubesnya di Babhdad, Irak, di tengah ancaman perang melawan milisi PMU dukungan Iran.

Seperti dilaporkan Press TV hari ini (29 Maret), seorang anggota parlemen senior Irak mengatakan bahwa Amerika telah meningkatkan pertahanannya di Baghdad bersamaan dengan persiapan Amerika untuk menyerang kekompok Popular Mobilization 

Units (PMU), atau lebih dikenal dengan nama Hashd al-Sha’abi. Serangan dilakukan sebagai respons atas serangan-serangan roket yang diduga dilakukan kelompok ini atas pangkalan-pangkalan Amerika termasuk kompleks Kedubes AS beberapa minggu terakhir, terutama setelah pembunuhan oleh Amerika terhadap panglima pasukan khusus Iran Jendral Soleimani dan seorang komandan senior PMU.Abu Mahdi al-Muhandis, awal Januari lalu.


"Keamanan di sekitar Kedubes AS di ibukota Iraq telah diperkuat, karena pasukan ini telah merencanakan untuk menyerang PMU dan kelompok-kelompok pejuang lain serta para pemimpin mereka,” kata Karim Alawi, anggota komisi pertahanan dan keamanan parlemen Irak kepada media berbahasa Arab al-Araby al-Jadeed, Sabtu (28 Maret).

Ia menambahkan, langkah AS lainnya mengantisipasi perang melawan PMU adalah penarikan pasukan AS dari beberapa pangkalan yang lebih kecil dan memindahkan mereka ke pangkalan yang lebih besar yang lebih terlindungi.

Di sisi lain persiapan perang juga dilakukan PMU dengan menggelar latihan perang dengan sandi "Berburu Gagak" di kota Jurf al-Nasr di dekat Baghdad, guna menghadapi kemungkinan serangan AS. Jubir kelompok Kata’ib Hezbollah yang merupakan bagian dari PMU, Jaafar al-Husseini mengatakan kelompoknya menggunakan senjata 'canggih' dan amunisi 'hidup' dalam latihan ini. 

Dalam latihan dilakukan berbagai manuver termasuk menghadapi serangan udara dan perang darat serta pertempuran di wilayah hutan. Pada hari Rabu (26 Maret) kelompok ini mengeluarkan peringatan kepada anggotanya untuk mempersiapkan diri dari serangan Amerika.

“Kami akan merespon dengan penuh (serangan AS) terhadap fasilitas militer, keamanan, dan ekonomi mereka,” demikian pernyataan kelompok ini.

Pada hari Jumat (28 Maret) The New York Times melaporkan bahwa Kemenhan As mengeluarkan perintah rahasia kepada para komandan AS untuk mempersiapkan serangan kepada kelompok Kata'ib Hezbollah. Namun langkah ini tidak berjalan lancar karena adanya keberatan dari kalangan militer AS.

Letnan Jendral Robert P. White menulis memo bahwa kampanye militer AS di Irak membutuhkan ribuan tentara AS dan melemahkan upaya AS memerangi terorisme di wilayah lain. Ia juga menyebut aksi Amerika itu akan 'berdarah-darah dan tidak produktif'. Lebih jauh, aksi Amerika itu akan menghancurkan kesepakatan dengan pemerintah Irak yang telah mengijinkan keberadaan pasukan AS.

Kelompok PMU terutama Kata'ib Hezbollah yang didukung Iran diduga telah melancarkan sejumlah serangan roket ke pangkalan-pangkalan militer AS dan kompleks Kedubes AS di Baghdad dalam beberapa bulan terakhir. Sebaliknya AS juga telah melancarkan sejumlah serangan terhadap PMU yang dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan Irak karena PMU merupakan bagian resmi dari angkatan bersenjata Irak setelah keberhasilannya mengusir kelompok ISIS dari Irak.

Sejumlah sumber militer AS mengatakan bahwa Menlu Mike Pompeo dan penasihat keamanan Robert C. O’Brien menginginkan aksi militer terhadap PMU. Mamun hal ini ditentang oleh Menhan Mark T. Esper dan panglima gabungan Jendral Mark A. Milley. Meski demikian, Esper akhirnya mengijinkan dilakukannya kampanye baru di Irak.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump juga tidak membuat keputusan tentang 'kampanye baru' di Irak, namun tidak menolak untuk dilakukan rencana serangan baru ke Irak.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Dengan adanya wabah corona di benua Amerika, harusnya Amerika segera menarik pasukannya dari segala medan konflik !!