Sunday, 29 March 2009

PENINDASAN KAUM SHIAH DI SAUDI


Pada waktu pasukan Israel meluluhlantakkan Gaza awal tahun ini, seluruh warga Saudi Arabia yang dikuasai oleh rezim sunni-wahhabi (rejim yang telah menghancurkan situs-situs sejarah penting ummat Islam, termasuk rumah Rosulullah) diam seribu bahasa. Namun tidak bagi warga kota Al-Qatif yang mayoritas beraliran Shiah. Mereka melakukan aksi demonstrasi menentang kekejian Israel.

Aksi simpatik warga shiah Al Qatif menunjukkan betapa besar perbedaan antara warga shiah Saudi dengan mayoritas sunni tetangganya. Dan kini perbedaan ini telah berbuah menjadi aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Saudi terhadap penduduk shiah di negeri tersebut.

Pengikut shiah di Arab Saudi merupakan minoritas dengan prosentase sekitar 15-20%. Kebanyakan mereka tinggal di bagian timur yang kaya minyak. Berbeda dengan perlakuan penguasa shiah Iran, misalnya, yang memberikan hak-hak penuh kepada warga minoritas sunni, kristen bahkan yahudi yang diangap sebagai "kafir dhimmi", warga shiah Saudi sama sekali tidak memiliki keterwakilan di pemerintahan maupun di parlemen.

Laporan International Crisis Group (ICG) tahun 2005 bisa menjadi informasi penting seputar perlakukan regim Saudi terhadap warga shiah. Dalam laporan yang berjudul "The Shiite Question in Saudi Arabia” disebutkan bahwa sejak berdirinya kerajaan Saudi tahun 1932, “… warga minoritas shiah telah mengalami diskriminasi dan perlakuan sentimen." Disebutkan bahwa warga shiah sama sekali tidak terwakili di semua lembaga negara, termasuk sebagai aparat negara seperti guru, hakim, jaksa, politi maupun personil militer.

Tidak hanya itu, kaum shiah juga dibatasi dalam hal ibadah. Setiap anak sekolah shiah harus bersedia diberi label "bid'ah" atau "kafir" di lembar ijasahnya agar bisa lulus sekolah.

Adapun aksi kekerasan fisik regim Saudi terhadap orang shiah sebenarnya terlalu sering terjadi. Setidaknya setiap tahun pada saat ibadah haji, aparat keamanan Saudi selalu memperlakukan orang-orang shiah yang tengah beribadah, dengan kekerasan. Mereka tidak segan-segan memukuli orang-orang shiah yang melakukan ibadah tidak sesuai dengan keyakinan wahabi. Dan kekerasan seperti itu juga terjadi akhir Februari lalu terhadap para peziarah shiah yang tengah melakukan ibadah umroh di Madinah. Namun kali ini aksi kekerasan aparat keamanan Saudi lebih massif lagi hingga para wanita pun tidak luput dari perlakuan keras mereka.

Perlakuan tersebut kemudian menyebar ke kota-kota shiah seperti Al Qatif dan Al Awamiya. Aksi kekerasan tersebut, mungkin ditambah aksi diamnya pemerintah Saudi atas kekejian regim Israel atas warga Palestina belum lama ini, membuat para pemuka shiah setempat meradang.

"Harga diri kita lebih utama daripada persatuan negeri ini. Jika kita tidak bisa lagi mendapatkan harga diri kita di sini, maka kita mungkin akan mempertimbangkan untuk memisahkan diri dari negeri ini," kata Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr, tokoh shiah Saudi dari Al-Awamiya dalam satu khotbah sholat Jum'at.

Alih-alih mencegah ketegangan semakin meruncing, penguasa Saudi justru memerintahkan penangkapan terhadap Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr yang kini menjadi buronan. Dan aksi kekerasan pemerintah di wilayah shiah pun semakin meningkat. Warga shiah hanya bisa melawan dengan aksi-aksi demonstrasi.

Meski disembunyikan oleh media-media utama Arab, media-media massa independen dan situs-situs internet independen seperti Rasid.com, Moltaqaa.com, dan Saudi Information Agency, gencar memberitakan aksi-aksi tersebut. Berbagai aksi penangkapan pun dilakukan pemerintah, termasuk terhadap anak-anak dan warga asing. Pada tgl 25 Maret lalu misalnya, pasukan keamanan Saudi menyerbu Al Awamiya yang berpenduduk 45.000 orang, mematikan aliran listrik untuk ketiga kalinya dalam 10 hari.

Sekali lagi regim wahhabi Saudi telah menunjukkan praktik-praktik biadab di dunia modern setelah penghancuran situs-situs sejarah Islam. Mereka lah yang menjadi patron dari beberapa gerakan Islam yang mengaku sebagai ahlul sunnah wal jama'ah, atau juga orang-orang yang mengaku sebagai kaum salafi. Kebencian mereka kepada sesama Islam yang berbeda pandangan lebih besar daripada kebencian mereka terhadap orang kafir. Mereka diam seribu bahasa atas aksi kekejian Israel di Lebanon dan Gaza, namun mulut mereka tidak berhenti mengutuk orang-orang Islam lain hanya karena berbeda pandangan soal hal-hal sepele seperti wudhu. Mereka menyerukan kepatuhan total kepada pemimpin meski dhalim sekalipun, namun rela mendirikan kekuasaan melalui pemberontakan kepada khilafah Islam Turki dengan bantuan orang-orang kafir Inggris dan Yahudi.

Insya Allah saya akan menulis kaitan antara regim wahabi Saudi dengan kaum Yahudi dalam satu posting yang akan datang.

Keterangan gambar: Kemesraan antara raja Saudi dan George W. Bush. Menjadi jawaban mengapa Saudi Arabia diam seribu bahasa menyaksikan kekejian Israel atas Palestina dan kebencian mereka kepada Shiah

No comments: