Wednesday, 11 March 2009
Kemana Larinya Uang Itu?
Derivatif dan bisnis keuangan lainnya adalah zero sum game, sejenis judi. Tidak ada sesuatu hal nyata yang dihasilkan selain memutar-mutar uang dari satu pemain ke pemain lainnya. Bila satu pemain untung, pada saat yang sama pemain yang lain rugi. Bahkan dengan adanya bubble economic effect dimana setiap pemain bisa menciptakan "uang kertas" sendiri, kerugian yang ditimbulkan berkali-kali lipat dari kerugian yang seharusnya.
Hal itu juga terjadi dengan krisis keuangan global akhir-akhir ini dimana para pemain bisnis keuangan Amerika menjadi penyebabnya dan rakyatnya menjadi korban terbesar. Contoh simpelnya adalah dalam kasus Bernard Madoff, penjahat keuangan yang menilap hingga $50 miliar dana nasabahnya. Sampai saat ini otoritas keuangan Amerika baru bisa mengumpulkan $900 juta asset yang hilang. Kemana sisanya yang $40,1 miliar itu pergi?
Permasalahan semakin rumit setelah pemerintah dan bank sentral Amerika mengucurkan triliunan dolar dana bailout dan stimulus sehingga dana-dana yang telah ditilap oleh para pemain bisnis keuangan baik yang berbentuk perusahaan, yayasan maupun perorangan semakin sulit untuk dilacak dan justru mengindikasikan adanya "pemutihan" atas praktik-praktik ilegal para pemain bisnis keuangan.
Dalam sebuah sidang Senat tgl 3 Maret lalu yang menghadirkan gubernur bank sentral Amerika, Benjamin Bernanke, Senator Sanders mengajukan pertanyaan singkat kepada Bernanke: "Maukah Anda memberitahukan, kepada siapa saja dana yang Anda keluarkan senilai $2,2 triliun (seluruh dana program bailout dan stimulus yang dikeluarkan sejak terjadinya krisis keuangan) diberikan?"
Bernanke menjawab: "Tidak!"
Bernanke berdalih demi menjaga kerahasiaan bank dan sebagainya dan bersikukuh bahwa undang-undang kebebasan informasi Amerika tidak berlaku dalam kasus ini. Namun orang cerdas tentu berfikir lain: Bernanke melindungi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam permainan bisnis keuangan dan mengorbankan kepentingan masyarakat umum pembayar pajak.
Dan seiring berjalannya waktu, kejahatan itu terkuak. Bernanke, seorang yahudi orthodok, tidak menginginkan rakyat Amerika mengetahui bahwa sebagian dari dana bailout dan stimulus yang dikeluarkan itu mengalir ke Israel.
Sebagai contoh AIG, sebuah perusahaan keuangan Amerika penerima bailout hingga $160 miliar, mempunyai sebuah perusahaan mortgage di Israel bernama Ezer Mortgage Insurance (EMI). EMI adalah pemberi dana pinjaman hingga 95% dari seluruh kredit mortgage (perumahan) di Israel.
Dengan 95% kredit perumahan Israel dibiayai oleh EMI dengan menggunakan uang rakyat Amerika, memiliki rumah di Israel adalah sangat mudah. (Di sisi lain jutaan rakyat Amerika terancam kehilangan rumah karena tidak dapat mencicil kredit perumahan mereka). Apalagi dengan berbagai kemudahan yang diberikan seperti grace periods, dimana penerima kredit diberi tenggang waktu untuk tidak mencicil selama jangka waktu tertentu.
Di sisi lain hal ini menimbulkan permasalahan lain yang lebih serius. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak warga negara Amerika yang memiliki kewarganegaraan ganda, Amerika dan Israel sekaligus (Israel memiliki aturan kewarganegaraan sendiri dimana semua keturunan Yahudi, tidak peduli sudah memiliki kewarganegaraan lain, dianggap sebagai warga negara Israel. Mungkin Gus Dur dan Dhani Ahmad juga demikian). Tidak mengherankan jika Rahm Emmanuel, penasihat Presiden Clinton dan kini menjadi kepala staff Gedung Putih, bisa menjadi personil militer Israel pada saat terjadi Perang Teluk I. Dan kini, praktik-praktik kewarganegaraan ganda warga yahudi Amerika semakin marak dengan semakin mudahnya mendirikan rumah di Israel.
Sebagai contoh: Silberstein, seorang tokoh yahudi berpengaruh yang tinggal di Florida, Amerika. Putranya bercita-cita menjadi tentara Israel setelah berumur 18 tahun (menjadi tentara Israel bisa menjadi modal besar untuk membangun karier di Amerika). Maka dengan mudah ia akan mendapatkan kredit perumahan di Israel sehingga setiap saat ia bisa berlibur ke Israel sebagaiman biasa dilakukan Rahm Emmanuel. Dan saat putranya berumur 18 tahun, ia bisa menetap di sana tanpa kehilangan kewarganegaraan Amerika.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment