Friday, 20 March 2009

Hipokritisme Bono U2



Siapa tidak kenal Bono, sang vokalis group band papan atas dunia asal Irlandia, U2? Ia adalah selebritis papan atas di dunia. Dan yang tidak dipunyai oleh para selebritis adalah, Bono juga pemenang hadiah nobel perdamaian. Sosoknya membuat suatu acara sosial menjadi acara paling bergengsi dengan kehadirannya. Ia selalu ada di event-event bergengsi dunia: pertemuan ekonomi global di Davos, sidang umum PBB, pemberian hadiah nobel, penganugerahan Oscar, dlsb.

(Saya sendiri secara pribadi mengagumi karya-karya musik Bono bersama band-nya. Lagu "With or Without You" yang dinyanyikannya merupakan satu dari sedikit lagu abadi favorit saya. Namun tulisan ini tidak ada hubungannya dengan itu semua).

Namun bersamaan dengan statusnya sebagai tokoh politik perdamaian dunia, hipokritisme juga melekat kuat pada sosoknya. Di satu sisi ia mengumbar pernyataan tentang perdamaian, namun di sisi lain ia hidup di antara para penjahat perang. Di satu sisi ia mengecam kemiskinan, namun di sisi lainnya ia hidup bergelimang kemewahan.

Sebagai contoh, pada bulan Oktober tahun lalu Bono menjadi keynote speaker acara California Women’s Conference di Long Beach. Pembicara lainnya termasuk Gubernur Arnold "Terminator" Schwarzenegger dan Madeline Albright. Yah, Madeline, mantan menlu AS era Presiden Bill Clinton berdarah Yahudi yang pernah membuat pernyataan kontroversial. Saat diwawancarai di sebuah acara televisi nasional tentang dampak blokade ekonomi yang dilakukan Amerika terhadap Irak yang telah menewaskan 500.000 anak-anak Irak karena kekurangan gizi. Medeline dengan tenang berkata: "Itu adalah harga yang pantas bagi Irak."

Saat berpidato pun Bono sama sekali tidak menyinggung kebijakan ekonomi gubernur Arnold yang lebih memihak para kapitalis. Ia tidak menyinggung masalah imigrasi menghancurkan sendi-sendi sosial masyarakat Kalifornia. Ia juga tidak menyinggung dampak krisis keuangan yang tengah melanda Amerika yang menyebabkan ribuan anak-anak Kalifornia kelaparan, ribuan pekerja kehilangan pekerjaan, dan jutaan orang terancam kehilangan rumahnya karena tidak sanggung pembayar cicilan mortgage. Bono justru berbicara tentang Afrika, negeri yang masyarakatnya tidak pernah merasa Bono telah berbuat nyata untuk mereka.

Itulah gunanya Bono. Bahkan demi mengangkat citra dirinya yang hancur, presiden maniak perang George W Bush mengundang Bono sebagai bintang tamu acara National Prayers Breakfast. Dan Bono menikmati semua itu. ---Ada satu cerita menarik mengenai hubungan antara Afrika dengan Bono. Dalam sebuah pertemuan ekonomi global di Davos, seorang wartawan asal Afrika mengkritik Bono karena selalu mengatasnamakan Afrika padahal rakyat Afrika tidak pernah merasa diwakili oleh Bono. Bono marah-marah terhadap wartawan tersebut.

Hanya jika orang mengetahui bahwa Bono adalah salah satu pemilik saham majalah Forbes, media representasi orang-orang Wall Street dan provokator Perang Irak, mereka faham mengapa Bono menjadi seseorang yang sangat hipokrit.

Bono dengan U2nya sebenarnya tengah dalam masalah serius sekarang. Kurang diminati oleh para penggemar musik rock generasi muda, tidak ada lagi lagu hits, dan wajah para personilnya yang sudah kurang begitu menarik. Kini group musik ini pun tengah menghadapi kritikan tajam dari masyarakat Irlandia setelah keputusannya memindahkan markasnya ke Belanda demi menghindari pajak. Upayanya untuk mengubah Dublin Skylne demi ekspansi hotel Clarence miliknya juga menunjukkan Bono sudah menjauh dari masyarakat Irlandia.

Pada konser pelantikan Barack Obama bulan Januari lalu Bono mengucapkan selamat kepada Obama, "Suatu kehormatan besar bagi kami empat anak muda Irlandia dari utara Dublin, berada di sini untuk menghormati Anda tuan Barack Obama, untuk menjadi presiden Amerika." Namun kenyataannya hanya 1 personil saja dari anggota band U2 yang masih tinggal di kawasan utara Dublin yang agak kumuh. 3 lainnya termasuk Bono, kini tinggal di kawasan selatan yang lebih makmur.

Dalam sebuah penampilan di acara "In The Name of Love”, Bono memuji Martin Luther King yang "mimpinya" menjadi menginspirasi tidak saja rakyat Amerika, Eropa, Afrika, juga Israel. Namun setelah menyadari sambutannya yang terlalu jauh, buru-buru ia menambahan: juga rakyat Palestina.

Yah, inilah ikon kaum liberal model "Sasame Street". Menyamakan rakyat Palestina dengan Israel. Tidak beda dengan menyamakan korban perampokan dengan perampoknya. Atau ia sebenarnya ingin mengatakan kepada rakyat Palestina: "Hei rakyat Palestina, kami mempunyai mimpi yang akan kami bagi untuk kalian."

Pada tahun 2005 lalu dunia menyaksikan drama komedi yang tidak lucu saat penyanyi Bob Geldof, pendukung maniak perang George W Bush dan Tony Blair, dianugerahi penghargaan Man of Peace. Namun bulan Desember berikutnya dunia menyaksikan drama komedi yang lebih tidak lucu lagi: penganugerahan nobel perdamaian untuk Bono "the Man of War".

Meski berteriak-teriak menyatakan anti-perang, Bono adalah pemilik perusahaan Pandemic/Bioware, produser Mercenaries 2, sebuah video game yang menggambarkan penyerangan Amerika atas Venezuela. ---Analisis saya video game ini merupakan sebuah "covert operation" untuk mempersiapkan dunia terhadap aksi invasi sebenarnya Amerika atas Venezuela. Tahun lalu Bono juga bertemu Menhan AS Robert Gates membicarakan rencana pembentukan komando Amerika baru di Afrika. Mengenai majalah Forbes yang menjadi penabuh genderang perang Amerika dan dimiliki sebagian sahamnya olehnya, Bono berkata, "Saya suka majalah ini karena pandangannya yang konsisten." Maksudnya tentu saja adalah pandangan pro-perangnya yang konsisten.

Sebagaimana Sir Bob Geldof, Sir Bono ---Ratu Inggris memang suka memberi gelar kebangsawanan kepada sosok-sosok kontroversial, termasuk penyanyi homo Elton John atau petinju eksentrik Nashem Hamid. Namun nama yang terakhir ini gelarnya dicabut kembali setelah memuji-muji Islam dalam pertarungan terakhirnya di Las Vegas Amerika--- juga bernyanyi untuk sosok-sosok gila perang seperti George w. Bush dan Tony Blair. Tentang Tony Blair yang menjadi pendukung kuat perang Irak dan Afghanistan, Bono memujinya sebagai telah "melakukan tugas yang dia percayai".

Sir Bono juga memuji-muji Billy Graham. Menariknya, sebagaimana Bono memuji Presiden Bush yang telah menyerbu Afghanistan dan Irak dalam acara National Prayers Breakfast tahun 2008, Billy Graham juga memuji Presiden Lyndon B Johnson yang telah menyerbu Vietnam dalam acara yang sama tahun 1966. Sebagaimana Billy Graham yang telah menyanyikan lagu-lagu perdamaian sembari memuji-muji para penggila perang, Bono pun demikian.

Mengenai kedekatan Bono dengan George W Bush dan Tony Blair, bahkan rekan Bono sesama personil band U2, drummer Larry Mullen, merasa terganggu. Menurut Mullen baik Bush maupun Blair, keduanya seharusnya diadili sebagai penjahat perang.

Soal ironi hadiah nobel perdamaian, sebenarnya bukan Bono pemenangnya. Masih ada sosok-sosok lain yang jauh lebih kontroversial dibandingkan Bono. Dalam deretan nama pemenang nobel perdamaian itu ada nama "bapak terorisme internasional" Shimon Peres dan Menachen Bagin dari Israel, "arsitek" pengeboman Kamboja dan kudeta berdarah Chili tahun 1973 Henry Kissinger, serta Al Gore, pendukung kuat Perang Irak dan Perang Afghanistan yang kini "menyamar" sebagai pejuang lingkungan hidup.

No comments: