Sunday, 8 March 2009

Inggris, AS, Siapkan Skenario Buruk: Kerusuhan Massa


Otoritas keamanan Inggris saat ini tengah mempersiapkan diri menghadapi sebuah skenario buruk berupa kesusuhan massa menyusul krisis ekonomi global yang melanda akhir-akhir ini. Persiapan tersebut berupa penggelaran pasukan militer bersenjata di jalanan untuk mengatasi kerusuhan massa yang tidak dapat diatasi oleh personil kepolisian.

"The “double-whammy” of the worst economic crisis in living memory and a motley crew of political extremists determined to stir up civil disorder has led to the ­extraordinary step of the Army being put on ­standby," tulis koran Inggris Daily Express, awal bulan ini.

Daily Express menambahkan bahwa aparat inteligen MI5 dan satuan khusus anti teroris telah mentargetkan para aktivis (untuk ditangkap) yang dikhawatirkan akan memprovokasi masyarakat yang kehilangan pekerjaan, atau yang kehilangan dana simpanannya yang disimpan di bank-bank yang bangkrut.

Yang menjadi kekhawatiran aparat inteligen adalah bukan para anarkis yang akan mendorong kerusuhan, melainkan justru kalangan kelas menengah. Keterlibatan kelas menengah akan membuat mental perusuh semakin kuat dan memerlukan tindakan lebih keras oleh aparat keamanan. Di sisi lain semakin keras aparat keamanan bertindak, kerusuhan dapat menyebar lebih cepat.

Alasan lain kekhawatiran keterlibatan kalangan kelas menengah (kalangan profesional, pekerja kerah putih) dalam kerusuhan adalah karena banyaknya arus imigrasi yang telah banyak mengancam lapangan kerja mereka.

Kerusuhan diperkirakan akan dimulai awal April mendatang bersamaan dengan diselenggarakannya pertemuan G20 di London. Adapun kerusuhan besar terakhir terjadi tahun 80-an saat pemerintah menaikkan pajak secara signifikan.

Peluang dikerahkannya tentara untuk mengatasi kerusuhan di jalanan merupakan pilihan terakhir, demikian tulis Daily Express. Namun dengan banyaknya keluhan para pejabat kepolisian yang khawatir tidak dapat mengatasi masalah tersebut membuat rencana tersebut sepertinya tidak dapat diabaikan.

Seorang sumber terpercaya mengatakan kepada Express bahwa, "Situasinya sangat nyata, sangat serius... Saya bisa mengatakan ada banyak rumor yang menyebutkan bakal terjadinya kerusuhan."


PROSPEK DI AS

Kekhawatiran serupa juga terjadi di Amerika. Banyak laporan menyebutkan bahwa militer AS telah banyak yang disiagakan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kerusuhan-kerusuhan massa setelah krisis keuangan menyebabkan ratusan ribu pekerja harus kehilangan pekerjaannya dan jutaan warga terancam kehilangan rumah tinggalnya karena tidak dapat melunasi cicilan.

Banyak tokoh telah memperingatkan bahaya tersebut, termasuk Senator Christopher Dodd, ekonom terkenal Nouriel Roubini, futuris terkenal Gerald Celente, Direktur IMF, Ketua WTO, Kepala Staff Gabungan, dan mantan pejabat keamanan berpengaruh Zbigniew Brzezinski, serta Direktur Inteligen Nasional Dennis C. Blair. Bahkan seorang futuris Rusia telah meramalkan tahun ini Amerika akan terpecah menjadi beberapa negara.

Bahkan institusi militer berpengaruh U.S. Army War College, bulan November tahun lalu mengeluarkan laporan mengejutkan. Laporan berjudul "Known Unknowns: Unconventional ‘Strategic Shocks’ in Defense Strategy Development" itu memperingatkan militer harus dipersiapkan untuk sebuah kondisi “violent, strategic dislocation inside the United States,” yang ditimbulkan oleh “unforeseen economic collapse,” “purposeful domestic resistance,” “pervasive public health emergencies” dan “loss of functioning political and legal order.”

Kerusuhan sipil yang luas, demikian tulis dokumen tersebut, akan memaksa institusi keamanan untuk meninjau kembali prioritas keamanan demi mempertahankan hukum dasar dan keamanan masyarakat.

No comments: