Saturday 28 January 2012

TALIBAN AKHIRNYA PECUNDANGI AMERIKA


Bertahun-tahun berkoar-koar menyatakan Taliban sebagai "musuh besar umat manusia" dan memeranginya hingga ke lubang-lubang persembunyian mereka, Amerika akhirnya mengakui Taliban sebagai "bukan musuh" dan siap berunding dengannya untuk menyelesaikan perang Afghanistan yang telah dijalaninya selama 11 tahun tanpa hasil kecuali melonjaknya produksi opium Afgahnistan.

Para pejabat Amerika dan Afgahnistan telah mengkonfirmasi bahwa telah dicapai kesepakatan untuk membuka kantor perwakilan Taliban di Doha, Qatar, dimana akan dilangsungkan perundingan antara Amerika dengan Taliban yang akan menghakhiri pendudukan Amerika di Afghanistan.

Wapres Amerika oe Biden mengatakan kepada majalah "Newsweek" baru-baru ini bahwa Taliban “per se" adalah bukan musuh Amerika dan menyatakan dukungannya bagi dilakukannya perundungan dengan organisasi itu demi menciptakan pemerintahan persatuan Afghanistan. Sementara pada tgl 27 Oktober tahun lalu menlu Hillary Clinton menyatakan di hadapan Congress bahwa "semua proses perdamaian di Afgahnistan akan melibatkan Taliban".

Pada dasarnya, itu semua adalah cerminan dari kegagalan aksi militer Amerika di Afghanistan yang merubah pendekatan Amerika atas Afghanistan, dari jalan kekerasan ke jalan damai dengan Taliban. Padahal sebelum memerintahkan pasukannya menyerbu Afgahnistan tahun 2001, presiden George W. Bush mengatakan dengan penuh semangat bahwa perang Afghanistan adalah "perang salib baru demi membela demokrasi dan hak-hak wanita Afghanistan dari kejahatan regim Taliban". George W. Bush juga mengatakan bahwa tidak akan pernah bernegosiasi dengan teroris seperti Taliban.

Namun perang 11 tahun yang menguras energi Amerika telah menyadarkan mereka bahwa mereka telah gagal "membela demokrasi dan hak-hak wanita Afghanistan dari kejahatan regim Taliban", dan kini harus mencari jalan keluar tanpa harus mempermalukan diri di hadapan bangsa-bangsa di dunia.

Pembentukan kantor di Doha merupakan permintaan Amerika untuk memisahkan Taliban dengan militer Pakistan yang merupakan sekutu dekat Taliban yang kini memiliki hubungan kurang harmonis dengan Amerika.

Keputusan Amerika berunding dengan Taliban juga terkait dengan rencana penarikan pasukan Amerika. Baru-baru ini Amerika menarik 10.000 pasukannya di Afghanistan dan menyisakan 91.000 pasukan. Pada pertengahan tahun mendatang Amerika juga akan menarik 23.000 pasukannya. Total 33.000 pasukan yang ditarik tersebut adalah jumlah yang dikirim Presiden Barack Obama pada awal kepemimpinannya yang dimaksudkan untuk "menghancurkan Taliban", namun terbukti gagal. Pada akhir tahun 2014 diharapkan seluruh pasukan Amerika sudah akan meninggalkan Afgahnistan.

Jubir Taliban, Zabihullah Mujahid terkait masalah ini mengatakan, "Kami sekarang siap untuk membuka kantor perwakilan di luar negeri dalam upaya kami menyatukan visi dengan masyarakat internasional. Dan dalam hal ini kami telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah Qatar dan pihak-pihak terkait lainnya.

Namun Taliban juga telah menetapkan syarat, yaitu bahwa "Pendudukan asing harus dihentikan dan Afgahnistan harus dibolehkan membangun pemerintahan Islam," kata Mujahid. Selain itu Taliban juga menuntut semua tahanan Taliban di penjara Guantanamo untuk dibebaskan.

Pada bulan Oktober 2001 Amerika menginvasi Afghanistan dan menumbangkan regim Taliban karena tuduhan menyembunyikan dalang serangan WTC 911, Osama bin Laden. Sejak itu pimpinan tertinggi Taliban, Mullah Mohammad Omar, lari dalam persembunyian. Sebagian analis inteligen memperkirakan ia dilindungi oleh militer dan inteligen Pakistan. Amerika telah menawarkan hadiah sebesar 10 juta dolar bagi siapa yang bisa memberikan informasi keberadaan Omar.

Dalam 2 tahun terakhir, Taliban semakin gencar melakukan serangan terhadap tentara pendudukan pimpinan Amerika. Dari sebelumnya menjadi obyek buruan, Taliban membalikkan situasi dengan menjadi pemburu pasukan pendudukan.

"Taliban kini menjadi pengendali semuanya di Afghanistan, baik militer maupun politik," kata Paul Burton, direktur Policy of the International Council on Security and Development, sebuah kelompok kajian politik internasional yang berbasis di Paris, kepada televisi Al Jazeera tgl 7 Oktober 2011.

Menyusul kejatuhan satu demi satu wilayah-wilayah yang dikuasai Amerika dan sekutu ke tangan Taliban, pada tahun 2010 Teliban melakukan serangan beruntun terhadap sasaran-sasaran di Kabul, termasuk kantor kedubes Amerika dan markas besar NATO, Hotel Intercontinental, serta kantor British Council. Serangan-serangan ke jantung kekuatan Amerika dan sekutunya tersebut menyadarkan Amerika bahwa Taliban telah memenangkan pertempuran.

Kini jelaslah sudah bahwa, setelah kekalahan di Irak, kekalahan di Afghanistan telah membuat Amerika, negara superpower dunia itu layak menyandang gelar sebagai "pecundang terbesar abad ini". Namun seakan tidak pernah belajar, Amerika kini mencari kekalahan berikutnya, di Syria dan Iran.

4 comments:

irz said...

aslm Pak Adi,

boleh saya minta email bapak?
saya ingin berkomunikasi via mail,

email saya
ahmadcs89@yahoo.com

cahyono adi said...

Silakan, email sy adizss@yahoo.co.id. Tapi mhn ma'af kalau sy tidak melihat e-mail dr bpk karena banyak email yg masuk dan sy sdh agak jrg melihat e-mail sy lagi.

irz said...

woh... seperti itu yah,

baiklah, saya setia menunggu update info terbaru dari bapak saja,

dan jika ada hal2 d luar dugaan sehingga gbs lg memberikan informasi yg bermanfaat, mohon untuk d infokan yah,

thx

cahyono adi said...

oke