Sunday 8 March 2009

Komisioner Eropa Korup, Tebar Ancaman


Jacques Barrot, Justice Commissioner Uni Eropa, tanpa peringatan apapun tiba-tiba saja memberikan ancaman serius kepada Bishop Richard Williamson, pendeta katholik yang baru saja bebas dari hukuman pengasingan oleh gereja Vatican setelah membuat pernyataan menentang mitor holocoust. Menurut Barrot, jika Bishop Richard mengulangi membuat pernyataan menolak holocoust, ia ditangkap, di negara-negara Uni Eropa manapun.

"Jika Bishop Williamson membuat pernyataan menentang holocoust di Perancis, maka ia akan dihukum oleh pengadilan Perancis," kata Barrot dalam sebuah acara pertemuan para menteri bidang hukum Uni Eropa di Brussels minggu lalu. Tidak lupa Barrot memaparkan hal-hal mengenai sejarah, hukum, moral, dan sebagainya sebagai referensi pernyataannya.

Namun siapa sebenarnya Jacques Barrot yang telah bertingkah seolah sebagai orang bijak tersebut? Ia adalah pelaku tindak korupsi dalam sebuah kasus yang menggemparkan Perancis tahun 2000. Ia dihukum percobaan delapan bulan penjara karena mengemplang uang negara senilai 2 juta frank ke kas partai politik miliknya. Kasus ini merupakan bagian dari kasus yang lebih besar yang melibatkan penguasa Perancis. Namun seperti kasus-kasus lainnya, ia mendapat ampunan dari Presiden (saat itu) Jacques Chirac, seorang pemimpin Eropa yang dikenal dekat dengan kalangan Yahudi.

Seorang kriminal menjadi komisioner hukum organisasi Uni Eropa? Yah, di negara-negara dimana Yahudi menjadi penguasa depan maupun belakang layar, sebuah paradoks merupakan keseharian. Sebagaimana paradoks yang ditunjukkan Israel: berbicara perdamaian sembari membunuhi penduduk sipil tak berdosa. Atau kata orang Polandia tentang orang Yahudi: menjerit-jerit menangis sembari memukuli orang.

No comments: