Wednesday, 22 December 2010

Akhirnya, Alasan Sebenarnya Tragedi WTC 2001


Lebih dari 60% rakyat Amerika menentang Perang Afghanistan, demikian hasil pooling Washington Post baru-baru ini. Presiden Barack Obama pun telah berjanji menarik pasukan Amerika dari Afghanistan pada bulan Juli 2011. Namun kemudian ia mengingkari janjinya dengan menyatakan bahwa pasukan Amerika akan tetap di Afghanistan hingga akhir tahun 2014. Mengapa?

Sebagaimana telah ditulis di blog ini, tragedi serangan WTC 9/11 adalah sebuah operasi inteligen (false flag) Amerika-Israel untuk melegitimasi pendudukan Amerika atas Afghanistan dan Irak untuk dua tujuan sekaligus: pertama mengamankan sumber energi minyak dan gas bumi di kawasan Pegunungan Kaukasus, dan kedua menghancurkan Irak yang menjadi ancaman militer Israel di Timur Tengah. Christopher Bollyn, seorang jurnalis dan penulis independen berhasil membongkar jaringan inteligen dan kriminal di balik Tragedi WTC, dari para operator tingkat tinggi seperti Asisten Jaksa Agung Michael Chertoff yang memerintahkan penghancuran barang-barang bukti hingga operator rendahan seperti Jehuda Saar, pemilik perusahaan scrap yang menghancurkan 300.000 ton besi reruntuhan WTC yang belum sempat dianalisis oleh para ahli. Hasil-hasil investigasi Bollyn diterbitkan di dalam bukunya yang monumental "Solving 9/11 - The Deception that Changed the World" yang bagian-bagiannya juga dimuat dalam blog-nya, bollyn.com.

Menurut artikel Bollyn yang ditulis di blognya pada th 2009 berjudul "Why Afghanistan" ia menulis kaitan inteligen Israel dengan proyek pembangunan pipa gas TAPI yang menghubungkan Turkmenistan hingga India serta kaitannya dengan Tragedi WTC 9/11:

"Yosef Maiman, lahir di Jerman tahun 1946, besar di Peru dan belajar di Amerika sebelum menjadi warga negara Israel tahun 1971. Sebagai agen rahasia Israel, Maiman mengepalai jaringan perusahaan bentukan dinas inteligen Israel, Mossad, bernama Merhav Group. Sebagai CEO Merhav Group, Maiman mengontrol penambangan gas dan minyak Turmenistan. Kolega Maiman di Merhav Group adalah mantan kepala Mossad, Shabtai Shavit, dan Nimrod Novik yang merupakan kepala tim penasihat presiden Israel, Shimon Peres."

Pada tahun 2004 media besar Israel, Jerussalem Post, menjuluki Maiman sebagai "raja minyak dan gas Asia Tengah". Hal itu tidak berlebihan mengingat ia mengontrol cadangan gas raksasa di Turkmenistan. Ia dan para koleganya di Israel akan mendapatkan keuntungan luar biasa jika saja cadangan gas itu bisa dialirkan keluar menuju India untuk kemudian dijual ke pasar internasional. India sendiri adalah negara raksasa yang sangat haus energi dan mau membeli berapapun gas yang dialirkan dari Turkmenistan. Untuk itu semua regim Taliban Afghanistan yang membandel harus "diamankan" agar proyek pipa gas Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI) bisa dilaksanakan. Maka terjadilah Tragedi WTC 9/11.

Serangan WTC 9/11 merupakan bagian dari strategi Israel untuk membawa militer Amerika ke Afghanistan demi mengamankan jalur pipa gas Turkmenistan-India. Pipa gas TAPI tidak bisa dipungkiri adalah alasan sebenarnya pendudukan Amerika dan sekutu-sekutunya, dengan membawa korban ribuan nyawa manusia tak berdosa termasuk tentara-tentara Amerika dan sekutunya yang tidak tahu-menahu alasan mengapa dirinya berada di medan perang. Adapun serangan WTC adalah pintu pembuka dari drama politik berdarah tersebut.

Rute di mana pipa gas TAPI nantinya berada merupakan lokasi dimana sebagian besar pasukan Amerika berperang mati-matian di Afghanistan, yaitu di provinsi Helmand dan Kandahar. Bersama pasukan sekutu-sekutunya dari Eropa, Australia maupun Kanada, mereka harus berkubang darah demi keuntungan orang-orang yahudi.

Menurut laporan para ahli, cadangan gas di Turkmenistan berkisar antara 4 hingga 14 triliun meter kubik. Berdasarkan persetujuan antara empat negara yang dilalui pipa sepanjang 1.640 km tersebut, Pakistan dan India masing-masing akan mendapat kiriman 1.325 juta kaki kubik gas per-hari, sementara Afghanistan mendapat 500 juta kaki kubik per-hari. Pipa yang akan dibangun nantinya berdiameter 56 inchi membujur dari Turkmenistan hingga kota Fazilka, India. Pipa tersebut ditargetkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2015. Adapun pembangunan konstruksinya ditargetkan selesai pada tahun 2014. Karena alasan inilah kemungkinan besar Obama menunda penarikan pasukan Amerika hingga akhir tahun 2014 meski tentu saja Obama dan para pejabatnya akan menolak untuk dikonfirmasi.

"Pemerintah Afghanistan telah menjamin akan menempatkan 5.000 pasukannya di sepanjang jalur pipa yang melintasi negaranya," kata menteri perminyakan dan energi Pakistan, Naveed Qamar, baru-baru ini.

Pada tgl 11 Desember lalu, perjanjian awal telah ditandatangani oleh para utusan dari ke-empat negara di ibukota Turkmenistan, Ashgabat.

No comments: