Saturday, 11 December 2010
Mengapa Rafiq Hariri Dibunuh? Dan oleh Siapa?
"Hari di mana pemerintah Lebanon memutuskan untuk melucuti persenjataan kelompok perlawanan (Hizbollah cs), pada hari itulah saya memutuskan meninggalkan dunia politik," kata mantan PM Lebanon yang menjadi martir, Rafiq Hariri, kepada pemimpin Hizbollah Hassan Nasrallah dalam beberapa kesempatan.
Itu adalah salah satu ekspresi pandangan politik Rafiq Hariri terhadap Hizbollah dan kelompok-kelompok perlawanan anti-Israel di Lebanon. Rafiq memang menghormati kelompok perlawanan, khususnya Hizbollah, sebagai kekuatan utama Lebanon dalam menghadapi Israel, setelah aparat keamanan Lebanon tidak berdaya menghadapi kekuatan militer Israel. Penghormatan tersebut menyingkirkan rasa ego pribadi maupun institusi sebagai pemimpin pemerintahan yang harus membiarkan adanya sekelompok sipil bersenjata menjadi kekuatan lain di luar aparat keamanan pemerintah.
Itulah sebabnya Rafiq selalu menolak permintaan Amerika maupun PBB untuk melucuti persenjataan Hizbollah cs sebagaimana diamanatkan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1559. Rafiq berdalih kelompok perlawanan di Lebanon hanyalah sebuah gerakan perlawanan, bukan milisi bersenjata, sehingga di luar ketentuan resolusi PBB no 1559. Rafiq sadar betul, sekali saja persenjataan Hizbollah cs dilucuti, Israel tidak akan mengalami kesulitan untuk menyerbu dan menduduki Lebanon sebagaimana pernah dilakukan tahun 1982.
Menurut janda Rafiq Hariri, Nazek Hariri, Rafiq selalu bersemangat setiap kali hendak maupun setelah bertemu dengan para pemimpin Hizbollah terutama Hassan Nasrallah. Dan menyadari inteligen Israel menguasai jaringan telepon Lebanon, Rafiq menggunakan bahasa isyarat setiap kali hendak bertemu para pemimpin Hizbollah. "Apakah ada buah-buahan?" adalah bahasa isyarat Rafiq untuk memastikan rencana pertemuannya dengan Nasrallah berjalan lancar. Dan jika rencana itu lancar, Rafiq akan datang ke distrik Dahiyeh di Beirut Selatan, biasanya malam hari, untuk bertemu dengan Nasrallah.
Hizbollah sendiri yang juga menyadari cengkraman inteligen Israel atas sistem komunikasi Lebanon, membangun jaringan telekomunikasi sendiri. Cara itu sukses mengantarkan Hizbollah sebagai pemenang dalam peperangannya melawan Israel tahun 2006 serta mengusir Israel dari Lebanon Selatan tahun 2000.
(Orang-orang wahabi-salafi-saudi hanya bisa bermimpi melawan Israel. Para ulama mereka bahkan menyalahkan pejuang Palestina yang berani melawan Israel dan menyarankan rakyat Palestina pindah ke negara-negara Islam daripada hidup dijajah. Dan alih-alih menyingkirkan penjajah kafir, regim saudi-wahabi justru mengundang pasukan Amerika untuk bercokol di Haramain untuk melindungi mereka dari rasa takutnya pada orang-orang Shiah Iran, sembari mengkhianati Nabi Muhammad yang dalam wasiat terakhirnya memerintahkan pengusiran orang-orang kafir dari semenanjung Arab. Namun tentu saja orang-orang itu masih bisa berkoar-koar sebagai orang-orang yang diberkati Allah dan merasa sebagai ahli surga, dan hilir mudik di blog ini dengan komentar-komentarnya yang tidak bermutu meski telah diusir dengan sopan).
Rafiq Hariri juga menjalin hubungan pribadi yang akrab dengan pemimpin tertinggi Hizbollah, Sheikh Hassan Nasrallah. Keduanya berasal dari Lebanon Selatan. Keduanya kehilangan putra-putrinya karena agresi Israel. Kedunya sadar Lebanon menjadi sasaran empuk musuh-musuhnya terutama Israel. Kedua-duanya muslim yang ta'at meski berbeda mazhab, satu Sunnah dan satunya Shiah. Keduanya membenci pandangan agama yang ekstrim yang mengorbankan persatuan bangsa dan negara. Keduanya adalah patriot yang menganggap kepentingan Lebanon adalah "yang pertama, terakhir, dan selamanya."
Bahwa tidak ada lagi pengadilan atas kasus pembunuhan Hariri tidak menjadi perhatian serius masyarakat, kecuali keluarga Hariri yang menginginkan kasus ini berakhir dengan adil. Dan selanjutnya Israel dan Amerika tidak lagi menuntut pengadilan internasional atas kasus ini.
Anggota parlemen Israel, Tzahi Hanegbi, menyatakan harapannya bahwa pengadilan internasional atas pembunuhan Hariri akan menjadi jalan bagi penghancuran Hizbollah secara moral setelah upaya militer Israel gagal menghancurkannya. "Tidaklah penting siapa yang disalahkan dalam kasus ini. Yang penting adalah menimbulkan kesan Hizbollah sebagai pembunuh seorang pemimpin yang dicintai rakyat Lebanon," kata Hanegbi.
Sangatlah aneh untuk tidak mengaitkan Israel dan pendukung utamanya, Amerika, di balik pembunuhan Rafiq Hariri serta pengadilan internasional yang digelar atas perintah PBB. Mereka lah yang paling diuntungkan dalam kasus ini. Setelah pembunuhan Hariri dan pengadilan internasional menuduh inteligen Syria sebagai dalang pembunuhan, Syria harus menarik pasukan perdamaiannya dari Lebanon dan memudahkan Israel menyerang Lebanon tahun 2006 sebelum dikalahkan Hizbollah. Dan kemudian tiba-tiba tuduhan beralih ke Hizbollah.
Tidak ada preseden dalam sejarah pengadilan internasional, pembunuhan seorang individu menjadi dasarnya. Tidak ada pengadilan internasional dalam pembunuhan Presiden Kennedy, PM Indira Gandhi, Benazir Bhuto, dan lain sebagainya. Mereka adalah pemimpin negara-negara besar, sebagian masih aktif saat terbunuh. Adapun Rafiq Hariri, saat terbunuh adalah seorang bekas pejabat negara kecil berpenduduk 4 juta jiwa bernama Lebanon. Semuanya bisa terjadi karena Hizbollah adalah duri dalam daging bagi Israel dan Amerika.
Sumber: Franklin Lamb, "Bellemare’s STL ‘Procedural’ Problems: Indict, Quit and Blame the System!", almanar.com.lb, 4 Desember 2010.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment