Friday 31 December 2010

STL di Ujung Tanduk


Pengadilan khusus kasus pembunuhan mantan PM Lebanon Rafiq Hariri, STL (Special Tribunal for Lebanon) tampaknya tidak akan semulus seperti yang diperkirakan. Syria dan Arab Saudi, dua negara Arab yang paling berpengaruh atas Lebanon diyakini kuat bakal menolak skenario STL yang akan menuduh Hizbollah sebagai pelaku pembunuhan Rafiq, karena kekhawatiran tuduhan tersebut akan memicu perang saudara di Lebanon.

Presiden Syria, Bashar Assad, dengan bahasa yang sangat jelas memberikan peringatan kepada rakyat dan khususnya Lebanon, bahwa "kesepakatan" dengan Israel akan membawa akibat buruk. Assad merujuk pada kesepakatan damai Lebanon-Israel th 1983 (yang sangat merugikan kepentingan dan eksistensi Lebanon karena mengakui pendudukan Israel atas sebagian wilayah Lebanon) yang berujung pada pembunuhan terhadap Presiden Lebanon kala itu, Amine Gemayel oleh para nasionalis Lebanon.

Hal itu ditulis harian Lebanon, As-Safir tgl 28/12 dari "sumber terpercaya" di pemerintahan Syria. Menurut As-Safir, Bashar Assad menyatakan bahwa upaya bersama Bashar Assad dan Raja Saudi, Abdullah, untuk mencegah terjadinya perang saudara di Lebanon akibat tuduhan STL telah mencapai hasil akhir. "Namun pengumumannya mengalami penundaan karena Raja Abdullah harus menjalani pengobatan di Amerika," tulis As-Safir.

Menurut As-Safir dalam pembicaraan antara Bashar dan Raja Abdullah, Assad telah mengingatkan koleganya itu bahwa, "JIka Anda menginginkan Lebanon tetap kuat, tuduhan itu harus ditolak dan kita harus bekerja sama untuk menghentikan tuduhan itu sebelum diumumkan."

Belum ada kepastian mengenai kapan pegumuman hasil akhir penyelidikan STL dilakukan. Awalnya rumor menyebutkan sebelum tahun baru 2011. Namun kabar terakhir menyebutkan kemungkinan besar pengumuman tersebut akan dilakukan pertengahan Januari 2011. Dan meski hasilnya belum diumumkan, namun media massa dan para tokoh politik yang berkepentingan dengan hasil akhir STL telah mengetahui bahwa Hizbollah-lah (bersama beberapa aparat inteligen Syria yang bekerja secara tidak resmi) yang ditetapkan sebagai pelakunya.

Menurut Assad, demikian tulis As-Safir, keberhasilan menghadapi "tuduhan politik dan mencegah kerusuhan di Lebanon akibat STL" akan menjadi "hasil yang sangat menentukan sebagaimana keberhasilan menghentikan kesepakatan damai Lebanon-Israel tahun 1983". Pernyataan tersebut secara tidak langsung merupakan peringatan kepada PM Saad Hariri agar tidak mengikuti langkah Presiden Amine Gemayel yang tunduk kepada tekanan Israel.

Menurut As-Safir, sampai saat ini tidak ada upaya diplomatik yang dilakukan Amerika untuk menghentikan upaya damai yang dilakukan Bashar Assad dan Raja Abdullah, meski hasil dari upaya damai itu berarti menghancurkan skenario Amerika-Israel untuk menghancurkan secara politik Hizbollah melalui tuduhan sebagai pelaku pembunuhan atas Rafiq Hariri.

Kabar tentang ditolaknya tuduhan STL atas Hizbollah oleh Syria dan Arab Saudi dibenarkan oleh harian terbesar Israel, Haaretz, yang pada hari Rabu (29/12) menyebutkan bahwa Raja Abdullah telah sepakat dengan Assad untuk menolak tuduhan STL atas Hizbollah, setelah mendapat tekanan dari para pemimpin Arab. Sikap Arab Saudi-lah yang nantinya bakal menjadi dasar kebijakan politik pemerintahan PM Saad Hariri.

Sebagaimana diketahui umum, Arab Saudi adalah "patron" dari para perdana menteri Lebanon yang secara konstitusi ditetapkan berasal dari kalangan Islam Sunni. Sementara Iran adalah "patron" dari partai-partai politik Syiah seperti Hizbollah dan Amal. Adapun Syria yang sebelum pembunuhan Rafiq Hariri adalah patron dari kalangan Sunni, kini "hanya" menjadi patron dari partai-partai kecil.


TAMPARAN BOLTON DAN KEMENANGAN IRAN

Mandulnya (kemungkinan) hasil penyelidikan STL semakin kuat setelah mantan dubes Amerika di PBB, John Bolton, membuka borok politisasi STL. Berbicara pada media Arab yang berbasis di Inggris, Al-Hayat, Bolton mengatakan bahwa "hampir pasti beberapa pejabat penting Syria dan Hizbollah akan ditetapkan sebagai tertuduh pembunuhan Hariri."

Pernyataan tersebut merupakan pukulan telak bagi para pendukung STL (blok pemerintahan PM Saad Hariri) yang mengklaim STL sebagai pengadilan yang bersih dari politisasi dan menolak tuntutan Hizbollah dan kubu oposisi untuk tidak mengakui STL.

Di sisi lain kesepakatan damai antara Bashar Assad dan Raja Abdullah menjadi kemenangan politik Iran. Kesepakatan tersebut menyusul "ancaman" pemimpin tertinggi Iran yang pada tgl 21/12 lalu membuat pernyataan politik yang menejutkan dengan menyatakan Iran tidak akan "tinggal diam" jika keamanan Lebanon terganggu.

Pernyataan ini dikecam oleh blok pemerintahan Lebanon dan para pejabat Israel dan Amerika serta para pejabat barat lainnya, namun mendapat dukungan kubu oposisi Lebanon. PM Lebanon sendiri yang tidak ingin terlibat koflik terbuka dengan Iran hanya mengatakan bahwa "Iran berhak menyatakan sikapnya."

Diyakini oleh para analis politik, "ancaman" Khamenei itu bagaimanpun berperan dalam mendorong tercapainya kesepakatan damai Presiden Syria dan Raja Arab Saudi yang tentunya tidak menginginkan terjadinya kekacauan lagi di Lebanon.

No comments: