Saturday, 18 December 2010

MENELADANI PARA SAHABAT, MEMILIH SYI’AH


Keterangan gambar: Makam sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan di Syria. Digembok rapat karena orang-orang suka membuang kotoran di makam ini. Konon di sekitarnya juga tumbuh pohon berduri yang tidak tumbuh di tempat lain.

Catatan blogger:

Sebagai orang yang lahir dari keluarga "abangan", jujur saja saya kurang mendapatkan pendidikan agama. Namun untunglah, saya dikaruniai Allah minat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, terutama sejarah. Itulah yang membuat kesadaran saya untuk terus mencari kebenaran agama.

Dalam kondisi telah mulai sadar agama itulah saya sempat kecewa dengan orang tua yang telah memberi saya nama yang tidak Islami. Di kota santri tempat saya lahir sudah sangat biasa setiap anak yang lahir diberi nama-nama Islami. Sebagian besar teman saya bernama depan Muhammad dan nama belakangnya adalah nama-nama "asmaul husna", nama-nama sahabat Rosulullah dan nama-nam para imam. Sedang nama saya sangat "abangan" sekali.

Namun berkat pengetahuan sejarah pula saya kemudian bersyukur karena ternyata nama saya sama dengan nama salah seorang sahabat Rosulullah yang kemudian menjadi salah satu pendukung utama ahlul bait Rosul, yaitu Adi bin Hatim.

Para nawashib (pendengki terhadap ahlul bait keturunan Rosul SAW dan pengikutnya) beranggapan semua sahabat (orang yang hidup sejaman dengan Rosul dan mengikuti ajaran Islam) adalah baik dan adil, tulus dan setia mencintai Rosulullah. Bahkan saat di antara mereka berselisih, semuanya tidak ada yang berdosa. Yang salah dianggap telah melakukan pencarian kebenaran dan karenanya mendapat satu pahala. Sedang yang benar mendapatkan dua pahala. Orang-orang yang menuduh sahabat melakukan kesalahan dan berbuat dosa dianggap "kurang ajar" dan telah melakukan dosa besar hingga dianggap telah kafir.

Tentu saja semua itu hanya ilusi belaka. Dalam Al Qur'an Allah memerintahkan kita untuk membedakan antara "orang Islam" dengan "orang beriman". Tidak semua orang Islam adalah beriman, sebagian besar adalah orang-orang fasik yang mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan, sebagian lainnya bahkan orang-orang munafik yang di dalam hatinya menolak kebenaran Islam.

Untuk hal yang terakhir ini Allah telah menurunkan ratusan ayat. Salah satunya saya kutipkan sbb: "Di antara orang-orang badui di sekelilingmu itu ada orang-orang munafik, juga di antara penduduk Madinah. Mereka sungguh keterlaluan dalam kemunafikannya." (S. At Taubah: 101). Sedangkan mengenai orang-orang fasik saya kutipkan sbb: "Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan meninggalkan kamu (Muhammad) sedang berdiri (berkutbah)." (S. Jumuah: 11). Sekedar tambahan ayat dalam surat Jumuah tersebut diturunkan berkenaan dengan satu peristiwa dimana Rosulullah tengah melakukan ibadah sholat Jumat dengan para sahabat. Saat itu tiba-tiba terdengar lonceng yang menandakan kedatangan rombongan kabilah pedagang dari luar kota. Kontan para sahabat berlarian meninggalkan ibadahnya kecuali sebagian kecil daripadanya yang tetap melanjutkan ibadah.

Sebaliknya orang-orang Shiah sangat fair dalam menilai para sahabat. Mereka menggolongkan para sahabat dalam beberapa kelompok berdasarkan kemuliaan nazabnya dan tingkat keimanannya. Pertama adalah kerabat Rosul yang disebut juga ahlul bait, orang-orang yang berdasarkan hak prerogratif Allah telah dimuliakan dan disucikan sesuci-sucinya (S. Al Azhab: 33). Kemudian para sahabat yang jujur, adil dan ikhlas. Selanjutnya baru orang-orang fasik dan para munafikun.

Pandangan seperti itu tentu saja lebih realistis dan bisa diterima akal daripada membayangkan sebuah masyarakat yang semua anggotanya adalah orang-orang alim yang tidak pernah berbuat dosa. Apalagi membayangkan sebuah masyarakat yang karena kesalehannya demi mencari kebenaran (ijtihad) kemudian saling bertengkar hingga bunuh-bunuhan.

Berikut ini adalah sebuah artikel tentang para sahabat Rosulullah yang jujur, adil dan ikhlas pendukung awal gerakan Shiah yang saya copas dari situs jurnal syiah "MENELADANI PARA SAHABAT MEMILIH SYI’AH SEBAGAI MADZHAB - Landasan Syiah dalam Periwayatan Ahlu Sunnah(2)" tgl 31 Juli 2010:



MENELADANI PARA SAHABAT MEMILIH SYI’AH SEBAGAI MADZHAB

Bismillhirrahmanirahim
Allhumma sholi ala muhammad wa ali muhammad


Pendahuluan

Sebelumnya telah diuraikan sejarah kelahiran syi’ah, artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya [1] yang mengulas secara difinitif tentang siapakah sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang kemudian disebut sebagai syi’ah awal. Saya pribadi memandang perlu untuk menuliskannya, agar konstruksi sejarah syiah dapat dilihat secara utuh, keutuhanya terlihat dari relasi kesaling hubungan antara doktrin [2] dan pelaku yang ditunjukan secara difintif siapakah sebetulnya para syi’ah awal itu [3].

Para syi’ah awal

Mengutip dari hadis yang diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Na’im, [4] yang meriwayatkan dengan sanad dari Ibnu Abbas, ketika turun ayat yang mulia: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8). Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu adalah engkau dan syi’ahmu…”

Manifestasi pengejawantahan syi’ah awal ini muncul usai wafatnya Rasulullah SAW, sebagai bentuk loyalitas dan kepatuhan para sahabat kepada Rasulullah SAW yang telah menetapkan Ali Bin Abi Talib (Ahlul Ba’it Rasulullah SAW dan Itrah Rasulullah SAW ) di Ghadir Kum sebagai yang harus dipatuhi pasca beliau SAW tiada.

Seorang ulama ahlu sunnah Abu Hatim ar Razi dalam kitabnya "al Zinah", menuliskan, nama pertama yang diberikan dalam Islam sebagai julukan bagi sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW masih hidup sebagi Syi’ah adalah (1) Abu Dzar Al Ghifari, (2) Salman al Farisi, (3) Al Miqdad bin al Aswad al Kindi dan (4) ‘Ammar bin Yasir. Ayatullah Sayyid Muhammad al Musawi mengomentari hal tersebut sebagi berikut, "…mereka adalah sahabat yang ikhlas, mereka mendengar Nabi SAW bersabda, “Syiah Ali adalah makhluk terbaik dan mereka adalah orang-orang yang beroleh kemenangan."“ Oleh karena itu mereka bangga menjadi bagian dari makhluk terbaik itu, dan mereka dikenal di kalangan sahabat dengan julukan Syi’ah. Di berbagai kesempatan Rasulullah SAW banyak memuji ke empat sahabat syi’ah awal tersebut, di antaranya :

1. "Sunan" Tirmidzi 5/636 no 3718 menuliskan: Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari ayahnya yang berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanku untuk mencintai empat orang dan Allah SWT memberitahuku bahwa Dia pun mencintai mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali di antaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali), kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkankku untuk mencintai mereka dan Allah SWT memberitahuku bahwa Dia pun mencintai Mereka".

2. "Sunan" Ibnu Majah 1/53 no 149 (Dengan redaksi sama dengan di atas): Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanku untuk mencintai empat orang dan Allah SWT memberitahuku bahwa Dia pun mencintai mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali di antaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali), kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanku untuk mencintai mereka dan Allah SWT memberitahuku bahwa Dia pun mencintai Mereka".

3. "Musnad" Ahmad 5/351 no 23018 (Dengan redaksi sama dengan no 1): Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali di antaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali), kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka".

4. "Mustadrak" Al Hakim 3/130 no 4649 (Dengan redaksi sama dengan no 1): Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka".

5. "Al Kuna" Al Bukhari 1/31 no 271 (Dengan redaksi sama dengan no 1): Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali di antaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali), kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka".

6. "Tarikh" Ibnu Asakir 21/409 : Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali di antaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali), kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka".

7. Imam Ahmad meriwayatkan dalam "Musnad"-nya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Syarik yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari ayahnya yang berkata Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah Azza wajalla mencintai empat orang dari sahabatKu. Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia mencintai Mereka dan memerintahkanKu untuk mencintai Mereka. Para sahabat berkata “Siapa mereka wahai Rasulullah?”. Rasulullah SAW berkata “Ali di antaranya, Abu Dzar Al Ghiffari, Salman Al Farisi dan Miqdad bin Aswad Al Kindi".

8. Al Hafizh Abu Na’im, dalam "Hilayah al Awliya" jilid I hlm 172 meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai empat orang. Dia memberitahukan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka, lalu ditanyakan, “Siapa mereka itu?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar, al Miqdad dan Salman".

9. Ibnu Hajar al Makki dalam kitabnya "al Shawa’iq al Muhriqah", dalam hadis ke lima dari empat puluh hadis yang menukil tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib meriwayatkan hadis dari Turmudzi dan al Hakim dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai empat orang. Dia memberitahukan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka. Lalu ditanyakan, “Siapa mereka itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar, al Miqdad dan Salman".

10. Ibnu Hajar al Makki dalam kitabnya "al Shawa’iq al Muhriqah" dalam hadis nomor 29 menukil dari Turmudzi dan al Hakim dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Surga merindukan tiga orang. Mereka adalah Ali, Ammar dan Salman”.

11. Ibn Maghazali al Syafi’I dalam "Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib" hadis no 331, meriwayatkan hadis dengan sanadnya dari Buraidah: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai empat orang dari sahabtku. Allah mengabarkan bahwa Dia mencintai mereka dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mencintai mereka.”Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah saw? “Beliau menjawab, “Mereka adalah Ali, Abu Dzar, Salman dan al Miqdad bin al Aswad al Kindi“.


Imam Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan dalam "Musnad" 5/351 dengan sanad dari Muhammad bin al Thufail dari syarik. Al Hakim meriwayatkan dalam "al Mustadrak" 3/30 melalui Imam Ahmad bin Hanbal dari al Aswad bin ‘Amir dan Abdullah bin Numair yang disahihkan oleh al Dzahabi dalam "Talkhis". Al Hafizh al Qazwini meriwayatkan pula dalam "Sunan al Mushthafa" 1/52.


Disamping ke empat nama di atas yang kemudian popular disebut sebagai empat pilar syi’ah, para sejahrawan juga menuliskan beberapa nama-nama sahabat yang disebut-sebut sebagai loyalis kepada Ali bin Abi Thalib (syi’ah) [5], sebagaimana disebutkan pula oleh para sejahrawan bahwa para sahabat ini menolak berba’at kepada khalifah yang dipilih secara sepihak di Saqifah (Abu Bakar) [6], di antaranya adalah [7]:

1. Hudzaifah al Yamani, halif orang madinah suku Aus dan salah seorang sahabat istimewa Rasulullah. Dikenal sebagai ksatria dan prajurit hebat yang berperang di Uhud dan melayani Rasul sebagai penasehat khusus di Khandaq. Kesetiannya kepad perintah Rasulullah untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib paska beliau wafat tak berubah bahkan setelah membai’at khalifah I yang terpilih di Saqifah. Sebelum wafatnya, ia mewasiatkan kepada kedua anaknya agar mengikuti jejaknya untuk patuh pada perintah Rasulullah SAW untuk mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib. Kedua putra Hudzaifah Al Yamani turut serta bersama pasukan Imam Ali bin Abi Thalib dalam Perang Shifin melawan Mu’awiyah, dan keduanya syahid.

2. Khuzaimah bin Tsabit, dari suku Aus, dijuluki Dzu’sy Syahadtain oleh Rasulullah SAW (orang yang kesaksianya sama dengan kesaksian dua orang). Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib. Beliau turut serta dalam Perang Jamal dan Perang Shiffin menyertai Imam Ali bin Abi Thalib, dan beliau syahid di tangan tentara Mu’awiyah.

3. Abu Ayyub al Anshari yang ayahnya, Khalid bin Kulaib, asal banu Najjar dan ibunya Khazraj. Ia salah satu sahabat paling penting di antara kaum Anshar dan merupakan tuan rumah Rasul di Madinah sampai rumah beliau saw di bangun. Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib. Ia berperang menyertai Imam Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal, Shifin dan Nahrawan. [8] Rumah beliau sempat di jadikan situs sejarah hingga tragedi yang terjadi pada tanggal 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925 sekelompok gerakan Islam yang menamakan diri Wahabbi (kini bermetamorfosa menjadi kaum salafiun; blogger) menghancurkan rumah beliau, rumah yang sempat menampung Rasulullah di saat tiba dari hijrah. Sebelumnya pada tahun 39 H pasukan Muawiyyah di bawah jendral Busr bin Artha’ah yang kejam membakar rumah beliau dan rumah Jabir bin Abdullah al anshari. Dalam Pasukan Busr bin Artha’ah ikut pula Abu Hurairah (pendiri mazhab Sunnah dengan ribuan hadits-nya yang dijadikan pegangan; blogger) yang kemudian ditunjuk sebagai Busr sebagai gubernur Mekkah.[9] Beliau bersama dengan Ibnu Mas’ud menceritakan: ”Bahwa sesungguhnya Ali telah diperintahkan (oleh Rasulullah saw) untuk memerangi orang-orang yang melanggar bay’at (seperti pada Perang Jamal), orang-orang yang menyimpang dari kebenaran (seperti pada Perang Shiffin) dan orang-orang yang keluar dari agama (seperti pada Peristiwa Narahwan) dan pada waktu itu Imam Ali berkata: Aku hanya memiliki dua pilihan, memerangi mereka atau aku termasuk orang yang mengingkari apa yang diturunkan Allah SWT.” [10],

4. Sahl bin Hunaif, dari suku Aus, yang berperang bersama Rasul dalam Perang Badr dan peperangan lainya. Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib. Ia menemani Ali bin Abi Thalib di Bashrah dan berperang di Shiffn menghadapi Muawiyah. Ali bin Abi Thalib mengangkatnya sebagai Gubernur Persia.

5. Utsman bin Hunaif, sudara Sahl, adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib. Ia pernah ditunjuk oleh Imam Ali sebagai Gubernur Bashrah.

6. Al Bara’a bin ’Azib al Anshari, dari suku Khazraj. Dia salah seorang bangsawan Madinah,

7. Abu Dzar bin Jundab al Ghiffari, salah seorang yang dijuluki empat pilar syi’ah. Khalifah ke III (Usman bin Affan) mengasingkanya di satu tempat di tengah padang pasir bernama Rabadzah hingga beliau wafat bersama seluruh keluarganya. Beliau bersama Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah yang bersabda, ”Kelak sepeninggalku akan timbul fitnah. Oleh karena itu pilihlah Ali bin Abi Thalib, karena ia adalah yang pertama kali akan menjabat tanganku di hari kiamat kelak, dialah yang paling jujur dan seorang pembeda yang membedakan anatara haq dan bathil, dan dia adalah pemimpin besar bagi orang-orang mukminin”[11] Di berbagai kesempatan Abu Dzar sering mengungkapkan hak-hak Ahlul Ba’it, di antaraya yang disebutkan Ya’qubi, bahwa Abu Dzar sering mengatakan ” … Ali adalah pengemban wasiat (washi) Muhammad dan pewaris (warits) ilmunya. Wahai orang-orang yang bingung tersesat setelah rasulnya, jika mau mendahulukan dalam kepemimpinan mereka yang telah Allah dahulukan, dan menyingkirkan orang yang telah Allah singkirkan, dan jika kalian tegar menempatkan kekhalifahan dan pewaris pada orang dari keluarga Rasulmu, kalian pasti makmur dan kebutuhan hidupmu akan melimpah ruah.”

8. Ubayy bin Ka’b, berasal dari cabang Banu Khazraj dan merupakan salah satu faqih dan qori terkemuka dari kalangan Anshar.

9. Ammar bin Yasir, orang Arabia selatan yang berafiliasi dengan klan Qurasy Makhzum. Ia salah satu pemeluk Islam awal, dan salah satu dari empat pilar Syi’ah awal. Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Ammar, “Kasihan engkau Ibnu Sumayyah, engkau akan dibunuh oleh kelompok pembangkang” [8]. Terbukti kemudian Ammar bin Yasir mati syahid saat berperang bersama Imam Ali bin Abi Thalib pada Perang Shifin menghadapi kaum Qasithin-nya Muawiyah. Kepada beliau (Ammar) dan Abu Ayyub al Ansari Rasulullah SAW pernah berwasiat. Diriwayatkan dari al Qamah bin Qais dan aswad bin buraidah, ”Kami mendatangi Abu Ayyub al Anshari dan berkata, ”Wahai Abu Ayyub, sesungguhnya Allah telah memuliakan Anda dengan Nabimu ketika dia membiarkan untanya berhenti di rumahmu dan Rasulullah memberikan keutamaan kepadamu. Ceritakanlah kepadaku ketika Anda pergi bersama Ali bin abi Thalib memerangi kelompok La ila ha illallah.” Abu Ayyub al Anshari berkata, ”Aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, Nabi SAW bersamaku di rumah yang Anda kunjungi sekarang. Waktu Rasulullah SAW bersama Ali yang duduk di sebelah kanannya dan Anas bin Malik berdiri di depanya. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dan Rasulullah berkata, ”Lihatlah siapa yang ada di pintu?” Saya Ammar ya Rasulullah” Nabi berkata, ”Bukalah untuk Ammar yang suci dan disucikan!” Anas bin Malik membuka pintu dan Ammar masuk menemui Rasulullah SAW. Nabi SAW kemudian bersabda, ”Wahai Ammar nanti akan terjadi bencana pada umatku sampai manusia saling membunuh satu sama lain. Jika kalian melihat itu maka berpeganglah kepada orang yang berada di sampingku, yakni Ali bin Abi Thalib. Jika semua orang menuju lembah dan Ali menuju lembah yang lain, maka ikutilah lembah Ali dan jangan ikuti yang lain. Ali tidak akan menyesatkanmu dari kebenaran dan membawamu kepada kecelakaan. Mentaatinya adalah mentaatiku dan mentaatiku adalah mentaati Allah ” [12] Beliau dikenal sangat konsisten mengingatkan umat akan keimamahan Ahlul Ba’it. Pada saat pemilihan kekhalifahan ke III, terjadi adu argumentasi antara Ammar bin Yasir dengan Ibn Abi Sarh (dikenal sebagai berasal dari klan Umayyah yang bengis yang pernah dijatuhi dihukum mati oleh Rasulullah SAW, namun dibela oleh saudara sesusuannya, Utsman bin Affan. Rosulullah diam dengan pembelaan Usman hingga para sahabat merasa enggan melaksanakan hukuman). Pada saat prosesi pemilihan tersebut Ibn Abi Sarh dengan penuh semangat mendukung Utsman bin Afan dan ia berkata kepada Abdurahman bin Auf (caretaker pemilihan khalifah), ”Jika engkau ingin agar Quraisy tidak terpecah, maka angkatlah Utsman. Pernyataan itu kemudian disanggah oleh Ammar bin Yasir seraya menjelaskan betapa Ibn Abi Sarh adalah orang yang gigih sebagai anti Islam. Dengan nada keras Ammar mengatakan pada Ibn Abi Sarh : ”Sejak kapan engkau menjadi penasehat kaum Muslimin?” Kemudian terjadilah dialog panjang dan perkataan Ammar bin Yasir yang terkenal adalah ” Wahai umat, Allah telah menjadikan kita kelompok manusia yang termulia melalui Rasul-Nya dan mengistimewakan kita melalui agama-Nya, tetapi kalian berpaling dari Ahlul Ba’it (Keluarga) Rasul Kalian.” Pernyataan ini ditukas oleh klan Makhzum dengan nada rasialis jaman jahiliah, ”Ini adalah masalah yang harus diselesaikan oleh Quraisy sendiri. Wahai Ammar siapakah engkau mencampuri kaum Qurasiy?" [13]

10. Al Miqdad bin ‘Amr, orang Arabia Selatan, mungkin suku Kinda atau Bahrah. Ia diadopsi oleh Aswad bin Abd Yatsuts dari Banu Makhzum. Ia salah satu dari tujuh pemeluk Islam pertama dan salah satu dari empat Pilar Syiah awal. Beliau dikenal sebagai pencinta ahlul ba’it yang gigih. Di berbagai kesempatan beliau menjelaskan hak-hak keutamaan Ahlul Ba’it. Salah satu perkataanya beliau ucapkan pada saat pemilihan khalifah III, beliau berkata: ” Sungguh berat menyaksikan bagaimana orang memberi penghormatan kepada Ahl al Bayt Rasul. Sungguh tergoncang pedoman melihat Quraisy telah mengabaikan dan melangkahi mereka yang merupakan kelompok manusia terbaik di kalangan mereka.” Lalu seseorang bertanya kepada Miqdad: ”Siapakah ahl al Bayt ini dan siapakah orang yang termasuk dalam kelompok itu?” Miqdad menjawab: ”Ahl al Bayt artinya Banu Abdul Muthalib dan orang yang dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib” [14]

11. Salman al Farisi, asli Persia dan pengikut dan sahabat Rasulullah SAWyang sangat bersemangat. Beliau selalu menjadi pendukung Imam Ali bin Abi Thalib yang bersemangat. Ia adalah salah satu dari empat pilar Syi’ah. Rasulullah pernah berwasiat kepadanya, ”Wahai Salman, seandainya seluruh umat manusia menempuh satu jalan, dan Ali memilih jalan lain maka ikutilah Ali”. Beliau (Salman al Farisi) mengatakan ”Kami memba’iat Rasulullah SAWsebagai kesetiaan kepada kaum muslimin, serta mengakui keimamahan Ali bin Abi Thalib dan setia kepadanya."[15]

12. Khalid bin Sa’id, dari klan Umayyah, orang ketiga atau keempat yang masuk Islam setelah Abu Bakar, dan satu-satunya dari klan Umayah yang gigih mengingatkan para sahabat lain untuk mematuhi perintah Rasulullah berwilayah kepada Ali bin Abi Thalib.


Ringkasan nama-nama para sahabat Syi’ah lainnya

Selain nama-nama sahabat yang telah kami sebutkan di atas berikut kami tuliskan nama-nama para sahabat Syi’ah lain yang ditulis dalam kitab "al Fushul al Muhimmah" karya Sayyid Safruddin al Musawi:

1. Abu Rafi Al Qibthiy, beliau adalah bekas pembantu Rasulullah SAW. Nama aslinya Aslam, Hurmuz, Ibrahim atau Tsabit. Ia mempunyai anak dan cucu yang semuanya termasuk pengikut dan pecinta Ahlul ba’it (Syi’ah), diantaranya : Rafi’ ( berputrakan Ali yang kemudian menuliskan Fiqh ahlul Ba’it), Hasan, Mughirah dan ‘Ubaidullah (beliau yang menulis nama-nama para sahabat Nabi SAW yang ikut dalam barisan Imam Ali bin Abi Thalib dalam Perang Shiffin menghadapi Muawiyah. Buku karya ‘Ubaidulla ini kemudian menjadi rujukan kitab "al Ishabh"). Abu Rafi’ memiliki cucu yang kemudian menjadi pengikut setia Ahlul Ba’t, yakni: Hasan, Saleh, dan ‘Ubaidullah (putra dari Ali bin Abu Rafi’) dan Fadhl bin Ubaidullah bin Abu Rafi’.

2. Abu al Mundzir Abuai Ibnu Ka’ab, (sebagimana telah disebutkan diatas) yang bergelar Sayyidul Qurra (penghulu para qari), beliau termasuk yang menolak keputusan Saqifah dan tetap konsisten dengan perintah Rasulullah untuk berwilayah kepada Imam Ali bin Abi Thalib.

3. Abdullah bin Yaqthur, dalam kitab "al Ishabah" disebutkan namanya sebagai Ibn Yaqazhah, ia saudara sepersusuan al Husain bin Ali RA. Abdullah bin Yaqtur gugur dalam memebela Imam Husain.

4. Abdurrahman bin Abd Rab al Anshariy. Dalam kitab "al Muwalah" karya ibn Uqdah disebut sebagai orang yang mendengar nash Al Ghadir, kemudian bersaksi bagi Imam Ali ketika dilakukan kesaksian di serambi masjid. (disebutkan dalam "al Ishabah").

5. Abu Fudhalah al Anshariy. Penulis "al Isti’ab" dan "al Ishabah" merawikan dalam bagian riwayat hidup Fudhalah dari putranya, bahwa ia pernah mendengar Ali AS berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah memberitahukan kepadaku bahwa aku tidak akan mati sebelum aku diangkat sebagai amir, kemudian berlumuran darah dari sini sampai sini (ia menunjukan ke mata dan kepalanya)”. Berkata Fudhalah (putra Abu Fudhalah), “maka ayahku kemudian mendampingi imam Ali sampai ia (ayahku) terbunuh di Shifin“. Abu Fudhalah termasuk salah seorang pejuang Badr.

6. Abu Laila al Ghifariy. Dalam kitab "al Ishabah", Abu Ahmad dan Ibn Mandah meriwayatkan darinya, bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda: “Akan datang fitnah sepeninggalku. Jika hal itu terjadi ikutilah Ali Bin Abi Thalib. Ia adalah orang pertama yang beriman kepadaku dan orang pertama yang berjabat tangan denganku kelak pada hari kiamat. Dialah ash shiddiq al akbar dan al Faruq, dan ia adalah pemimpin utama kaum mukminin”. Ibn abdil Barr juga merawikan dalam riwayat hidup Abu Laila Al Ghifary. Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah saw yang bersabda: “Akan datang fitnah sepeninggalku. Apabila keadaan itu menimpa kalian, berpegang teguhlah pada Ali bin Abi Thalib, karena sesungguhnya ia adalah orang yang pertama beriman kepadaku, yang pertama menjabat tangan di hari kiamat, dialah orang yang paling jujur, pembeda antara kebenaran dan kebatilan, pemimpin bagi kaum mukmin, sedangkan harta benda menjadi pemimpin bagi orang-orang munafik [16]

7. Abu Sa’id al Khudri, ucapan beliau yang terkenal adalah: “Manusia diperintahkan lima hal. Mereka melaksanakan empat hal diantaranya dan meninggalkan yang satu hal.” Ketika ditanyakan kempat hal itu ia menjawab: ”yaitu shalat, zakat, puasa pada bulan ramadhan dan haji.” Ketika ditanya hal yang telah ditinggalkan, ia menjawab : “Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.“ Ketika ditanyakan, “Apa itu juga difardhukan?”, ia menjawab: "Benar hal itu difardhukan seperti empat hal sebelumnya.” [17]

8. Abu Sufyan bin al Harits bin Abdul Muthalib, beliau adalah saudara sepupu Rasulullah dan juga saudara sepersusuan beliau, keduanya pernah disusui oleh Halimah as Sa’diyah.

9. Ammar bin Abi Salamah ad Dalaniy, disebutkan dalam kitab "al Ishabah" bahwa ia gugur sebagai syahid di Karbala bersama al Husain bin Ali RA.

10. ‘Amr bin Abi Salamah. Beliau adalah putra istri Rosul Ummu Salamah yang dipelihara oleh Rosul SAW sejak kecil.

11. Amr bin Salamah al Muradiy. Ibn Hajr dalam kitab "Al Ishabah" menyebutkanya sebagai orang yang terbunuh bersama Hujur bin ‘Adiy. Mereka dibunuh atas perintah Muawiyah bin Abu Sofyan karena menolak melaknat Imam Ali bin Abi Thalib.

12. Anas bin al Harts ( al Harits bin Nabih). Dialah yang mendengar Rasulullah bersabda: “Putraku ini (al Husain bin Ali) akan terbunuh di suatu tempat yang dinamakan Karbala. Maka barangsiapa di antara kalian mengalami masa itu hendaknya ia membelanya.” Penulis "al Ishabah" menceritakan, “Di kemudian hari Anas bin Harits ikut berjuang di Karbala dan syahid bersama al Husain RA.

13. Aban bin sa’id bin al Ash al Amawiy

14. ’Abbas bin ‘abdul Muthalib. Sejahrawan menyebutkan beliau adalah salah seorang dari para sahabat yang menolak memberikan ba’iat kepada Abu Bakar. [18]

15. ’Adiy bin Hatim ath Thaiy, beliau adalah salah satu panglima pasukan Imam Ali bin Abi Thalib dan dikenal sebagai qurra (pembaca al Qur’an). Dalam Perang Jamal beliau kehilangan putra dan sebelah matanya. Keberanianya bertempur menyebabkannya dijuluki “Singa Laskar”.

16. ‘Abdullah bin Abbas, adalah seorang alim dan berpengetahuan luas (habr al Ummah). Oleh Muawiyah bin Abu Sofyan beliau termasuk yang sering dilaknati. Salah seorang jendral dari Muawiyyah bernama Basir bin Artah yang mendapatkan perintah untuk memburu para pecinta Ahlul Ba’it pernah memburu Abdullah bin Abbas hingga ke rumahnya. Tetapi beliau tidak diketemukan, yang didapati adalah dua orang anak yang tengah disusui ibunya. Basir bin Artah merebut dua anak tersebut dan membunuh keduanya di hadapan ibunya. Beliau di berbagai kesempatan mengingatkan dan mendakwahkan keimamahan dari Ali bin Abi Thalib dan Ahlul ba’it. Yang paling terkenal adalah saat pada satu kesempatan beliau melakukan dialog keimamahan dengan Khalifah Umar bin Khatab. Selengkapnya melihat dialog yang panjang tersebut kami persilahkan merujuk pada kitab "Syarh Nahjl al Balaghah" Juz 12 hal 52-54 dicetak oleh Dar Ihya al Turats al A’rabi. Beliau pula yang menceritakan kepada kita semua tentang peristiwa “TRAGEDI HARI KAMIS”, sebuah peristiwa yang membuat beliau menangis bercucuran air mata karena sedihnya. "Tragedi Hari Kamis" adalah peritiwa detik-detik menjelang kewafatan Rasulullah dan beliau SAW meminta selembar kertas dan tinta serta alat tulis untuk menuliskan wasiat kepada umatnya agar sepeninggal beliau tidak tersesat. Namun beliau dihalangi oleh seseorang (Umar bin Khattab) yang kemudian menuduh Rasulullah telah mengigau, sebuah pernyataan yang menyakitkah hati Rosul dan terang-terangan menentang perintah Allah untuk menuruti semua perintah Rosul tanpa alasan apapun karena semua perkataan Rosul adalah berdasarkan wahyu. Tentang peristiwa "Tragedi Hari Kamis" ini dapat dilihat di "Sahih" al Bukhari juz 2 hlm 118 dan "Sahih" Muslim pada akhir kitab "al Washiyyah".
.
17. ‘Abdullah bin ‘Abd al Madani al Haritsiy

18. ‘Abdullah bin Rafi’

19. ‘Abdullah bin Abi Sufyan bin al Harits bin Abdul Muthalib

20. ‘Abdullah bin Badil al Khuza’iy

21. Abdullah bin Dabbab al Mid Hajiy

22. Abullah bin Hanin bin Asad bin Hasym

23. Abdullah bin Hawalah al Azdiy. Disebut dalam buku "Amal al Amil" jilid I)

24. Abdullah bin Ja’far. Sejahrawan menuliskan bahwa beliau bersama Imam Hasan, Imam Husain, Muhammad bin Hanafiah membawa jenazah Imam Ali bin Abi Thalib malam-malam untuk dimakamkan secara rahasia, mengingat kaum Khawarij dan Bani Ummayah bermaksud membongkar makam Imam Ali [19]. Beliau pernah dipaksa Muawiyyah untuk berbai’at kepada Muawiyyah dengan ancaman. Muawiyyah bahkan berusaha menikahkan anaknya, Yazid, dengan putri beliau tetapi ditolak [21]

25. Abdullah bin Ka’b al Haristsiy

26. Abdullah bin Khabab bin Arat, beliau adalah pecinta Ahlul Ba’it dan pembela Imam Ali bin Abi Thalib. Beliau syahid dibunuh kelompok Khawarij bersama istrinya yang tengah mengandung. Jenazahnya dibuang di tempat sampah. Beliau dibunuh lantaran kecintaanya kepada Imam Ali. Saat kaum khawarij menanyakan kepadanya: ”bagaimana pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib,” beliau menjawab, “Ali adalah amirul mukminin sekaligus Imam Kaum Muslim.“ [22]

27. Abdullah bin Mas’ud al Hudzaliy. Para penulis hadits dan sejarah menyebutkan bahwa beliau pernah dilarang menyebarkan hadis dari Rasulullah oleh khalifah ke II (Umar bin Khattab). Beliau menjadi salah satu sahabat penghimpun Al Qur’an. Beliau wafat dalam kondisi diasingkan oleh khalifah Usman bin Affan karena berani mengkritiknya. Beliau meminta Ammar bin Yasir yang mensholatkan jenazahnya dan melarang Khalifah Usman mensholatkan jenazahnya. [23] Abdullah bin Mas’ud dikenal sebagai orang yang tak mau mengikuti Imamah versi masyarakat. [24]

28. Abdullah bin Naufal bin al Harits bin ‘Abdul Muthalib. Ibn A’tsam Kufi, Baladzuri dan Ibn Syahr Ashub menuliskan bahwa beliau membela Imam Hasan saat diperangi Muawiyyah. Menjadi delegasi antara Imam Hasan dan Muawiyyah.

29. Abdullah bin Rabiah bin Harits bin Abdul Muthalib

30. ‘Abdullah bin Thufail al ‘Amiriy

31. Abdullah bin Sahl bin Hunaif

32. Abdullah bin Salamah al Kindiy

33. Abdullah bin Warqa as Saluliy

34. Abdullah bin Yaqthur, beliau syahid dalam membela Imam Husain.

35. Abdullah bin Zubair bin Abdhul Muththalib

36. Abdurrahman bin Abbas bin Abdullah bin Abdul Muththalib

37. Abdurahman bin Abza al Khuza’iy

38. Abdurrahman bin Badil al Khuza’iy

39. Abdurahman bin Hasal al Jumahiy

40. Abdurahman bin Khirasy al Anshariy

41. Abdurahman bin as Saib al Makhzumiy

42. Ala bin Amr al Anshariy

43. Alba bin Haitsam bin Jarir

44. Ali bin Rafial Qibthiy

45. Amir (Abu Thufail) bin Watsilah al Kinaniy

46. Amar bin al Hamaq al Khuza’i. Beliau adalah Sahabat Rasulullah SAWyang terkenal karena ibadahnya yang tak kenal lelah. Beliau syahid dibunuh oleh Muawiyyah bin Abu Sofyan karena kecintaanya kepada Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Ba’it Rasullullah SAW. Kepala beliau dipenggal dan ditancapkan diatas mata tombak dan ini merupakan kepala pertama dalam masa Islam yang dibawa di atas ujung tombak, sebelum nantinya pada peritiwa Karbala kepala-kepala keluarga Rasulullah SAW dipenggal dan ditancapkan di atas tombak dan diarak dari Karbala ke Damaskus.

47. ’Ammar (Abu al Yaqzhan) bin Yasir

48. Amr bin Anas al Anshariy

49. Amr bin Farwah bin ‘Auf al Anshariy

50. Amr bin Hubair al Makhzumiy

51. Amr bin Muhshan

52. Amr bin Murrah an Nahdiy

53. Amr bin Syarahil

54. Amr bin Umais bin Mas’ud

55. Amr bin Uraib al Hamdaniy

56. Anas bin Mudrik al Khats’amy al Aklabiy

57. ‘Antarah as Salamiy as Sa’idy

58. Aslam bin al Harits bin Abdul Muthalib al Hasyimiy, ia adalah saudara Naufal.

59. Aswad bin ‘Abs bin Asma’ at Tamimiy

60. ‘Athyyah al Isma’ily menyebutnya diantara para sahabat

61. ‘Auf (Misthah) bin Utsatsah al Muththalibiy.

62. ‘Aun bin Ja’far bin Abi Thalib.

63. ‘Ayan bin Dhabi’ah bin Najiah ad Darimiy at Tamimiy.

64. Bara’ bin ‘Azib bin al Harits al Ashary, disebutkan oleh Ibn As Syuhnah dalam "Tarikh" nya sebagai salah seorang yang bersama Ali RA, menolak untuk segera memberikan bay'at kepada Abu Bakar pada hari Saqifah. Beliau yang memberitahu para sahabat yang baru saja selesai mengurus jenazah Rasulullah SAW bahwa telah terjadi pembicaraaan secara sepihak tentang kekhalifahan di Saqifah.

65. Bara’ bin Malik, saudara Anas bin Malik al Anshary, beliau syahid saat penaklukan di Persia.

66. Barid al Aslamiy, ketika ia gugur sebagai syahid, Imam Ali memujinya dalam syair beliau: Pahala Allah sebesarnya terlimpah atas keluarga Aslamiy yang gagah perkasa gugur di medan laga di sekitar bani Hasym”. Barid, Abdullah, Munqidz dan kedua putra Malik semuanya tergolong kesatria mulia.

67. Barid bin Hushaib al Aslamiy

68. Basyir (saudara Wada’ah) bin Abu Zaid al Anshariy. Ia dan sudaranya ikut berperang dalam Perang Shiffin berada pada pihak Imam Ali dan ayah mereka syahid dalam Perang Uhud.

69. Bilal bin Rabah al Habasyi (muadzin Rasulullah SAW)

70. Dhahhak (al ahnaf) bin Qais at Tamimiy, seorang yang dijadikan perumpamaan dalam kesabaran dan kebijakan. Ia dilahirkan di masa nabi SAWmasih hidup, namun ia tidak pernah berjumpa dengan beliau. Kendatipun demikian Rosul SAW mendo’akan baginya.

71. Daud (Abu Laila) bin Bilal (ayah Abdurrahman al Anshariy)

72. Fadhl bin Abas bin Abdul Muththlib wafat saat terjadi wabah amwas. Wabah ini merenggut pula para sahabat utama seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Muadz bin Jabbal, dan Suhail bin Amr.

73. Fakih bin Sa’d bin Jubair al Anshariy

74. Farwah bin Amr bin Wadaqah al Anshary

75. Habib bin Muzhahir bin Ri-ab bin Asytar Hajun, beliau syahid di hadapan imam Husain as ketika membela Imam di Padang Karbala.

76. Hajjaj bin ‘Amr bin Ghuzayyah al Anshary

77. Hakam bin Mughffal bin ‘Auf al Ghamidiy, syahid pada Perang Nahrawan dalam memerangi kaum khawarij bersama Imam Ali bin Abi Thalib.

78. Hakim bin Jabalah al Abdiy, beliau berjasa dalam Perang Jamal dan syahid. Telah syahid bersamanya pada hari yang sama, yakni putranya Asyraf dan saudaranya Ra’l bin Jabalah. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25 Rabiul akhir, sebelum kedatangan kesatuan tempur Pasukan Imam Ali as di kota Basrah.

79. Halal bin Abi Halah, belau adalah putra dari Hind at Tamimiy

80. Hani bin Nayyar, beliau adalah sekutu al Anshar

81. Hani bin Urwah bin Fadhfadh bin Nimran bin Abd Yaghuts al Muradi, beliau syahid saat membela Muslim bin ‘Aqil, utusan imam Hussain bin Ali AS yang diburu oleh tentara Jazid bin Muawiyah.

82. Hanzhalah bin Nu’man bin Amir al Anshari

83. Harb al Maziniy (Abu al Ward bin Qais)

84. Harits bin Abbas bin Abdul Muthalib

85. Harits bin Amr bin Hizam al Khazrajiy

86. Haritz (Abu Qatadah) bin Rab’iy bin Baladahah al Anshary

87. Harits bin Hatib bin ‘Amr al Anshary

88. Harits bin Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib

89. Harits bin Nu’man bin Umayyah al Ausiy, beliau yang membantu Imam Ali mendapatkan rumah yang berdekatan dengan rumah Rasulullah SAW, saat Imam Ali menikahi Fatimah az Zahra.

90. Harits bin Zuhair al Azdiy

91. Hassan bin Khauth (atau khuth) bin Mis’ar Asy Syaibaniy, beliau berasal dari keluarga yang semuanya adalah orang-orang pilihan loyalis terhadap Rasulullah dan pembela wasiatnya. Ia bersama imam Ali AS pada Perang jamal, ikut serta dalam peritiwa tersebut yaitu kedua putranya Harits dan Bisyr serta saudaranya Bisyr bin khauth, cucunya ‘Anbas bin Harits bin Hasan, saudara sepupunya Wuhaib bin Amr Khauth, sepupu lainya Aswad bin Bisyr bin Khauth dan kemenakanya Husain dan Hudzaifah bin Makhduj bin Bisyr bin Khaut. Pemegang panji pada waktu itu adalah Husain bin Makhduj bin Bisyr bin khauth. Ketika ia syahid, panji diambil oleh pamannya Aswad, dan ia pun syahid, lalu diambil alih Anbas bin Harits bin Hassan, ia pun syahid kemudian panji diambil Wuhaib bin Amr bin Khauth sampai beliau syahid.

92. Hasyim al Mirqal bin Uthab bin Abi Waqqash az Zuhriy, beliau adalah salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah kemenakan Sa’ad bin Abi waqassh. Beliau syahid membela Imam Ali pada Perang Shifin menghadapi Muawiyyah.

93. Hazim bin Abi Hazim al Ahmasiy

94. Hudzaifah bin al Yaman al Absiy

95. Hujur bin ‘Adiy al Kindiy beliau adalah Sahabat Rasullullah yang shaleh. Beliau adalah salah seorang pengikut Imam Ali bin Abi Thalib dan pecinta ahlul ba’it yang paling setia. Pernah suatu ketika Imam Ali memerintahkan untuk menyerang pasukan Muawiyah yang melakukan provokasi, dan hanya Hujur bin 'Adiy beserta kabilahnya serta beberapa pendukung Ali lainnya yang maju. Beliau syahid dengan cara dikubur hidup-hidup atas perintah Muawiyyah karena beliau menolak mencaci maki Imam Ali bin Abi Thalib RA. Ibnu Abdul Barr penulis kitab "al Isti’ab" dan Ibnu Atsir penulis kitab "al Kamil" menyebutkan: ” Sesungguhnya Hujur bin ’Adiy al Kindiy adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang dekat dan utama yang telah dibunuh oleh Muawiyah bin abu Sofyan bersama tujuh orang sahabat lainnya, hanya karena keenganan mereka untuk melaknat dan mencaci maki Ali bin Abi Thalib. Kitab "Tarikh" Ibnu Asakir dan al Baihaqi dalam kitabnya "al Dala’il" menyebutkan Muawiyyah memerintahkan orang-orangnya mengubur hidup-hidup Hujur bin ’Adiy al Kindiy dan Abdurrahman bin Hassan al Anzi.

96. Jabalah bin Amr bin Aus as Sa’idiy

97. Jabir bin Abdullah al Anshariy,

98. Ja’dah bin Hubairah al Makhzumiy, ibunya Ummu Hani adalah saudara kandung Imam Ali

99. Ja’far bin Abu Sofyan bin al Harits bin Abdul Muthalib al Hasyimiy

100.Jajah bin Sa’id al Ghifary, beliau dikenal aktif dalam kegiatan mengingatkan khalifah Usman bin Affan dari beberapa tindakan yang dinilai kurang tepat.

101.Jarad bin Malik bin Nuwairah at Tamimiy, syahid bersama ayahnya saat peristiwa al Bithah

102.Jarad bin Thuhyah al Wahidiy, ayah Syabib bin Jarad yang syahid dalam peristiwa Tuff, bersama imam Hussain.

103.Jariah bin Qudamah as Sa’diy beliau yang ditugaskan Imam Ali bersama limapuluh orang dari kaum Tamim untuk pergi ke Bashrah untuk menghadapi kaum pemberontak.

104.Jariah bin Zaid

105.Jundab bin Junadah (Abu Dzar al Ghiffary)

106.Jundab bin Zuhair Azdi, beliau adalah komandan pasukan infantri pada saat perang Jamal

107.Ka’b bin Amr bin Abbad al Anshariy ( Abu al Yusr)

108.Khalid bin Mu’ammar as Sausy

109.Khalid bin Rabi’ah al Jadaliy

110.Khalid bin Sa’id bin al Ash al Amawiy, adalah orang yang bersama imam Ali menolak untuk segera mengakui kekhalifahan Abu Bakar.

111.Khalid bin al Walid al Anshariy.

112.Khalid bin Zaid (Abu Ayub) al Anshariy

113.Khalifah bin Adiy al Bayadhiy

114.Kharsyah bin Malik al Bayadhiy

115.Kharsyah bin Malik al Audiy

116.Khabbab bin al Aratt Attamimiy ( al khuza’iy)

117.Khuwalid bin Amr al Anshary

118.Khuzaimah bin Tsabit al Anshariy (Dzu asy Syahadatain)

119.Kumail bin Ziyad, beliau adalah sahabat Imam Ali bin Abi Thalib. Dikenal sebagai pemimpin kelompok hafizh Al Qur’an. Kepada beliau imam Ali mengajarkan do’a Nabi Khidir, sebuah do’a yang Rasulullah SAW mengajarkan kepada Imam Ali. Do’a tersebut kemudian populer dengan sebutan Do’a Kumail, do’a yang dibaca rutin satu pekan satu kali oleh para pecinta Ahlul Ba’it. Kumail bin Ziyad syahid dieksekusi oleh bani Umayyah karena kecintaanya kepada Ahlul Ba’it.

120.Malik bin Asytar, beliau berasal dari Yaman (Arabia selatan), salah satu panglima Imam Ali bin abi Thalib. Berperawakan gagah tinggi besar, beliau syahid dengan cara diracun oleh orang-orang suruhan Muawiyyah. Beliau syahid di Ain Syam. Pernyataan beliau yang terkenal berkenaan dengan Ahlul Ba’it khususnya Imam Ali adalah: ”Ali bin Abi Thalib adalah washi al awshiya, pemegang wasiat dari kalangan pemegang wasiat dan warits ’ilm al anbiya, pewaris ilmu Rasul ” [25]

121.Malik dan Mutim bin Nuwairah

122.Malik bin at Tayyihan Miknaf bin Sulaim (datuk abu Mikhnaf al Ghamidiy)

123.Maitsam bin Yahya at Tammar, sahabat Imam Ali bin Abi Thalib yang dibunuh oleh jendral Muawiyyah bernama Ubaidillah bin Ziyad. Beliau syahid dibunuh dengan cara keji, tangan, kaki dan lidah beliau dipotong dan jenazahnya digantung dipohon kurma. Syahidnya beliau sebagi hukuman atas penolakan beliau mengutuk dan mencaci maki Imam Ali dan Ahlul Bayt.

124.Miqdad bin Amr al Kindiy

125.Mirdas bin Malik al Aslamiy

126.Miswar bin Syaddad bin Umair al Qurasyuy

127.Mughirah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muththalib, saudara Imam Hasan lain ibu, diberi tanggungjawab Imam Hasan untuk menggalang kekuatan di Kufah.

128.Muhajir bin Khalid bin Walid al Makhzumiy, beliau menuruni kecintaannya kepada imam Ali as dari ibunya yang seorang syi’i (ibunya adalah putri dari Anas bin Mudrik bin Ka’b)

129.Muhammad bin Abu Bakar (ash shidiq) bin Abu Quhafah at Tamimiy, beliau adalah putra dari Khalifah I Abu Bakar ra, adik dari ummul mukminin Aisyah. Beliau dikenal sebagai pembela ahlul ba’it. Beliau sempat berkorespondensi dengan Muawiyyah untuk mengingatkan perlakuan Muawiyyah yang menyerobot keimamahan ahlul ba’it. Surat tersebut didokumentasikan dalam kitab "Muruj adz Dzahab" karya Mas’udi [26]. Ucapan beliau yang terkenal berkenaan dengan keimamahan ahlul ba’it adalah : ”Ali bin Abi Thalib adalah pewaris pusaka dan penerus posisi Rasulullah saw” [27}. Beliaulah yang ditugaskan Imam Ali mengawal Ummul Mukminin ’Aisyah setelah berakhirnya Perang Jamal [28]. Beliau syahid dibunuh oleh pasukan Amr bin Ash, sekutu Muawiyyah. Beliau syahid bersama Kinanah bin Bisyr. Jenazah Muhammad bin Abu Bakar diperlakukan secara keji oleh pasukan Muawiyyah pimpinan Amr bin Ash. Kepala beliau dipenggal oleh Muawiyyah bin Khudaidi, dan tubuhnya dimasukan dalam tubuh bangkai keledai dan kemudian dibakar [29]. Setelah peristiwa itu Aisyah tidak lagi bisa melihat daging keledai.

130.Musyayab bin Najiyyah bin Rabi’ah al Fizariy, ia syahid dalam peperangan para tawabbun bersama Sulaiman bin Shard al Khuza’iy

131.Nu’man bin Rib’i Anshari, beliau komdandan pasukan infantri Imam Ali pada saat terjadi Perang Jamal.

132.Nu’aim bin Mas’id bin Amir al Asyja’iy

133.Nadhlah bin Ubaid al Aslamiy

134.Qais bin Abi Qais

135.Qais bin Kharsyah al Qaisiy

136.Qais bin Maksyuh al Bajaliy

137.Qais bin Sa’d bin Ubadah al Anshary, beliau adalah salah seorang dari para panglima Imam Ali bin Abi Thalib

138.Qardhah bin Ka’b al Anshariy, beliau adalah gubernur pemerintahan Imam Ali untuk wilayah Sawad. Beliau bersama Ziyad bin Khashafah dan Ma’qil bin Qais Riyahi menghadapi kelompok yang mirip-mirip gerakan khawarijj pimpinan Khirrit bin Rasyid dari Bani Najiyah yang melakukan pembunuhan terhadap kaum muslimin yang berwilayah kepada Imam Ali.

139.Qutsam bin Abbas bin Abdul Muththalib. Menurut ummul mukminin ‘Aisyah beliau bersama Imam Ali yang memegangi tangan Rasulullah saw di akhir hayat beliau SAW [30]. Beliau adalah gubernur Mekkah pada pemerintahan Imam Ali, menjadi buruan pasukan Muawiyyah dibawah pimpinan Yazid bin Syajarah Rahawi. Beliau berhasil meloloskan diri dari pengejaran, Jendral Muawiyyah yang bengis dan kejam bernama Busr bin Artha’ah yang sedang melakukan pembantaian para pendukung Imam Ali dan melakukan pembakaran rumah Abu Ayub al Anshari dan Jabir bin Abdullah al Anshari kemudian menunjuk Abu Hurairah sebagai Gubernur Makkah. Para sejahrawan menuliskan di antaranya "Tarikh" Ath Thabari, "Syarah al Nahj al Balaghah" Ibnu Abi al Hadid, al Samhudi, Ibnu Khalkan dan Ibnu Khaldun. Mereka menyebutkan bahwa Abu Hurairah bersama pasukan Basr bin Artha’ah yang melakukan pembunuhan dan pembakaran dan kemudian Abu Hurairah ditunjuk sebagai gubernur Mekkah setelah Qutsam bin Abbas bin Abdul Muthalib mundur dari Mekkah.

140.Rabi’ah bin Qais al Adwaniy

141.Rafi’ bin Abi Rafi’ al Qibthiy

142.Rifa’ah bin Rafi bin Malik al Anshary

143.Rusyaid al Hujuri, sahabat Imam Ali bin Abi Thalib yang syahid dalam operasi pembersihan para pendukung Ali atas instruksi Muawiyyah. Beliau syahid dengan cara mengenaskan dengan tubuh terpotong-potong karena tindakan jendral Muawiyyah yang bernama Ubaidillah bin Ziyad.

144.Sa’d bin Amr al Anshry

145.Sa’id bin Harits bin Abdul Muthalib

146.Sa’id bin Namran al Hamdaniy

147.Sa’id bin Naufal bi Harits bin Abdul Muththalib

148.Sa’id bin Sa’d bin ‘Ubadah al Anshary

149.Salamah bin Abi Salamah atau Umar bin Abi Salamah (anak tiri Rasulullah SAW bawaan dari Ummu Salamah). Ibunda beliau, Ummu Salamah, ketika menjelang terjadinya Perang Jamal menuliskan surat kepada Imam Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, jika istri-istri Nabi tidak dilarang meninggalkan rumah, tentu aku ikut Anda. Sekarang aku izinkan putraku yang paling aku cintai, yaitu Umar bin Abi Salamah untuk ikut Anda”. [31] Ummu Salamh pula yang meriwayatkan bahwa Ahlul Ba’it tidak termasuk istri-istri Rosul SAW. Di berbagai kesempatan beliau bersama-istri-istri Rosul SAW yang lain mengingatkan umat Islam akan pesan Rasulullah SAW agar mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib sepeninggal beliau saw. Salah satu perkataan Ummu Salamah adalah: “Aku seru kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah. Pada saat ini sepengetahuanku tak ada orang yang lebih baik dari pada Ali bin Abi Thalib”. [32] Istri Rasulullah SAW yang lain ummul mukminin Maimunah juga melakukan seruan yang sama, beliau berkata: “Ikutlah bersama Ali bin Abi Thalib, karena dia tak pernah menyimpang dan tak pernah menyesatkan dan tak pernah mencelakakan siapapun.“ Kata-kata ummul mukminin Salamah dan Maimunah ini diucapkan menghadapai kelompok Aisyah, Thalhah dan Zubeir yang mengobarkan Perang Jamal terhadap Imam Ali bin Abi Thalib [33]

150.Salman al Farisy

151.Salman bin Tsumamah al Ja’fiy

152.Sammak bin kharsyah

153.Sa’nah bin ‘Uraidh at Timawiy, ia pernah berdialog dengan Muawiyah di Madinah yang mana dalam dialog disebut beliau menyebut nama Imam Ali bin Abi Thalib. Mendengar itu Muawiyah tersinggung dan merasa kedudukanya direndahkan sehingga Muawiyah berkata: ”Kukira orang ini telah pikun, maka perintahkan kepadanya agar ia pergi !!!” Sa’nah menjawab, ”Tidak, aku tidak pikun, tetapi aku mohon darimu wahai Muawiyah, Demi Alloh !!! tidakkah Anda ingat ketika kita sedang duduk dihadapan Rasulullah SAW, lalu Ali datang dan beliau menerimanya seraya bersabda: ALLOH MEMERANGI SIAPA YANG MEMERANGIMU (ALI) DAN MEMUSUHI SIAPA YANG MEMUSUHIMU.” Mendengar itu Muawiyah segera memutuskan pembicaraan.

154.Shabih Maula Ummu Salamah

155.Shaify bin Rab’iy al Ausiy

156.Shaleh al Anshariy al Salimiy

157.Sha’sha’ah dan Shaihan (putra Shauhan) beliau adalah seorang qurra’ dan pernah diusir dari Iraq sebagai akibat pengaduan beliau kepada khalifah Usman bin Affan lantaran pernyataan Said bin Ash yang menyebutkan “ tanah Iraq adalah miik kaum Qurasy”. Beliau diusir ke Kuffah bersama para qurra lainnya di antaranya : Malik Asytar, Zaid, Syuraih bin Aufi, Hurqush bin Zuhair, Zaid, Jundab bin Zuhair, Ka’ab bin Abada, Adi bin Hatim, Kinam bin Hadzri, Malik bin Habib, Qais bin Utharud, Ziyad bin Hafsah, Yazid bin Qais. (34) Dalam Perang Jamal beliau bertindak sebagai utusan Imam Ali yang mengajak berdamai Thalhah dan Zubair. Beliau pula yang menjadi utusan damai kepada Muawiyyah menjelang Perang Shiffin. Di berbagai kesempatan beliau mengingatkan klan Rabiah, Hamdan, Bani Abdul Qais dan Khuza’ah agar tetap setia mengikuti perintah Rasulullah SAW dengan mengikuti Imam Ali. Beliau pernah memuji sikap klan Abdul Qais yang memilih Ahlul Ba’it, beliau berkata: “Ketika kemurtadan sudah merajalela, kalian tetap menjunjung tinggi agama. Dan ketika sebagian orang ramai-ramai mendukung Thalha, Zubeir dan Abdullah bin Wahab Rasibi, kalian justru menyatakan bahwa:”Kami mengikuti Ahlul Ba’it dan melalui Ahlul Bait itulah Allah menurunkan rahmat dan barakah-Nya kedada Kami,“ semoga Allah menurunkan rahmat dan barakahnya kepada kalian” [35]

158.Sinan bin Syaf’alah al Alusiy, beliau yang meriwayatkan bahwa sabda Nabi saw bersabda : Telah disampaikan oleh Jibril kepadaku bahwa ALLAH swt- ketika menggawinkan Fatimah dengan Ali- telah memerintahkan kepada Ridwan agar memerintahkan kepada pohon thuba untuk berdaun sebanyak bilangan parapecinta ahlul ba’it” (hadis ini dikeluarkan darinya oleh Abu Musa sebagaimana tercantum dalam biografi Sinan dalam buku al Ishabah)

159.Suhail bin Amr al Anshariy

160.Sulaiman bin Hasyim al Mirqal az Zuhriy

161.Sulaiman bin Shard al Khuza’iy, beliau yang bertekad sangat kuat untuk menuntut balas atas kematian imam Husain sehingga beliaupun syahid

162.Sufyan bin Hani bin Jubair al Jaisyaniy

163.Suwaid bin Ghaflah al Ja’fiy

164.Syaiban bin Muhrits

165.Syarahil bin Murrahal Hamadaniy, Ibn as Sakan, Ibn Syahin, Ibn Gani dan Ath Thabraniy meriwayatkan darinya bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda kepada Ali : “Bergembiralah, wahai Ali: hidup dan matimu bersama-sama aku.” Keterangan tersebut tercantum dalam kitab "al Ishabah".

166.Syuraih bin Hani bin Yazid al Haritsiy beliau adalah komandan pasukan Imam Ali yang membawahi 400 pasukan.

167.Tamam bin Abbas bin Abdul Muthalib al Hasyimi

168.Thahir bin Abi Halah at Tamimiy.

169.Tharif bin Aban al Anmariy

170.Tsabit bin Qais bin Khuthaim Azh Zhafariy

171.Tsabit bin Ubaid al Anshariy

172.Tsa’labah bin Qaizhiy bin Shakir al Anshary

173.Ubaid bin Azib

174.Ubaid bin At Tayyihan (Atik al Anshariy)

175.Ubaidullah bin Abbas bin Abdul Muththalib

176.Uba’idah bin Amr as Samaniy

177.Ubaidullah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muththalib

178.Ubaidullah bin Suhail al Anshariy an Nubaity

179.Umarah bin Hamzah bin Abdul Muththalib

180.Ubay bin Ka’ab, beliau adalah pemuka para pembaca Al Qur’an (qurra’). Ibn Syuhnah menyebutkan dalam "Tarikh"-nya bahwa beliau bersama imam Ali menolak berbai’at kepada Abu Bakar.

181.Umarah bin Syihab ats Tsauriy

182.Umru-ul Qais bin Abis al Kindiy

183.Uqbah bin Amr bin Tsa’labah al Anshary

184.Urwah bin Malik al Aslamiy, beliau adalah salah satu darai beberapa oramg dari Klan Aslam yang beroleh pujian dari Imam Ali bin Abi Thalib.

185.Urwah bin Syifaf bin Syuraih ath Thai-iy beliau turut berperang melawan kaum khawarij, dan beliau mendengar Ibahwa Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Takkan selamat dari mereka sepuluh orang dan takkan terbunuh dari kita sepuluh orang”, dan sejarah mencatat taksiran Imam itu tepat.

186.Urwah bin Zaid Khalil

187.Urwah bin Nimran bin Fadhfadh bin Amr al Muradiy al Uthaifiy, beliau adalah ayah dari Hani yang syahid dalam membela Muslim bin Aqil utusan imam Husain AS.

188.Usaid bin Tsa’labah al Anshariy, beliau adalah seorang veteran perang Badr.

189.Utbah bin Abi Lahab

190.Utbah bin Daghl ats Tsa’labiy

191.Utsman bin Hunaif al Anshariy beliau pernah ditunjuk Imam Ali sebagai penguasa Bashrah, pada saat krisis Jamal beliau menunjuk Abu al Aswad dan Imran bin Husain sebagai komisi damai menemui pasukan Jamal pimpinan Aisyah-Zubeir-Thallah yang hendak menyerbu Bashrah.

192.Uwais bin Amir al Qaraniy, beliau seorang tabi’in terkemuka yang pernah dinubuatkan Rasulullah saw. Ia memeluk agama Islam pada masa hidup Rasulullah tetapi tidak berjumpa dengan beliau. Ibn Hajar menyebutkan dalam bagian III bukunya "Al Ishabah". Beliau dikenal sebagai salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib

193.Wad’ah bin Abi Zaid al Anshariy

194.Wahb (Abu Juhaifah) bin Abdullah as Siwaiy

195.Walid bin Jabir bin Zhalim ath Thaiy

196.Ya’ la bin Hamzah bin Abdul Muththalib al Hasyimi

197.Ya’la bin Umair an Nahdiy

198.Yazid bin Hautsarah al Anshary

199.Yazid bin Nuwairah al Anshariy

200.Yazid bin Thu’mah al Anshary

201.Zaid bin Arqam al Khazrajiy

202.Zaid bin Aslam al Balawiy

203.Zaid bin Hubaisy al Asadiy

204.Zaid Binjariah al Anshariy

205.Zaid bin Syurahil al Anshariy

206.Zaid bin Wahab al Juhany

207.Zhalim (Abu al Aswad) bin Amr ad Du-aliy

208.Ziyad bin Mathraf, Beliau yang diambil riwayatnya oleh al Barudiy, Ibn Jarir dan Ibn Syahin, sebagimana tersebut dalam kitab "al Ishanah" Ibn Hajar. Beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa ingin hidup seperti hidupku dan mati seperti matiku serta masuk surga, maka hendaknya ia memperwalikan Ali dan keturunannya sepeninggalku."

209.Zuhair (Abu Zaenab) bin Harits bin ‘Auf.


Demikian uraian tentang nama-nama para syi’ah awal yang dikumpulkan dalam kitab "al Fushul al Muhimmah" yang diambil dari sumber utama kitab "al Ishabah". Memperhatikan nama-nama di atas, banyak ditemukan figur-figur sahabat dengan kredibilitas moral dan loyalitas kepada Islam yang sangat tinggi. Lalu timbul satu pertanyaan:

1. Mengapa para sahabat-sahabat mulia ini berpihak kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan menolak (lebih tepatnya menunda) berbai’at kepada hasil-hasil Saqifah dan kemudian meneruskan kesetianya kepada Imam Ahlul Ba’it lainnya sepeninggal Imam Ali ?
2. Apakah kesetiannya ini adalah hasil dari ijtihad (sebagaimana sebagian besar mayoritas memiliki pandangan seperti ini) yang didorong oleh faktor-faktor hubungan emosional persahabatan, pertemanan dan kekrabatan ?
3. Ataukah kesetian tersebut sepenuhnya bermotif politik kekuasaan, karena para sahabat di atas satu pandangan dengan Imam Ali bin Abi Thalib, sebagaimana kita temukan dari bentuk-bentuk pragmatisme politik pada masa modern ini?
4. Ataukah motif sahabat mengikuti Imam Ali tersebut adalah manifestasi dari pola-pola pergiliran kekuasaan pada waktu itu, yang umumnya kekuasaan bersifat monarkhis, dilimpahkan dari keturunan berikutnya?
5. Ataukah motif-motif sahabat mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib dan ahlul ba’it didasarkan motif idiologis yang trensenden dan spiritual ?

Pada tulisan ke 4 kami akan mencoba melacak latar belakang dari sikap para sahabat yang ditulis di atas dalam judul: WASIAT NABI SAW DALAM SAMBUTAN YANG SEPI (Landasan Syi’ah dalam periwayatan Ahlu Sunnah 4). Sebagai kelanjutan dari tulisan ke 2 ini kami memilih untuk membahas PARA PEWARIS SABDA NABI saw DALAM KUMPULAN HADIS SUNNI (Landasan Syi’ah dalam periwayatan Ahlu Sunnah 3)….

Wallahu ‘alam bhi showab.

[1] Artikel sebelumnya berjudul, “Rasulullah Pendiri Madzhab Syi’ah, Tinjauan Normatif mengapa memilih Madzhab Syi’ah (Landasan Syi’ah dalam Periwayatan Ahlu Sunnah) dimuat diblog Madzhab Cinta: http// lenteralangit.wordpress.com

[2] Doktrin mendasar dari syi’ah adalah, adanya wasiat Rasulullah yang memerintahkan umatnya bahwa pasca beliau saw umat agar berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Ahlul Ba’it dan Itrah Rasulullah, akan dibahas kemudian pada tulisan ke tiga.

[3] S.H.M Jafri mencoba melacak keberadaan syi’ah awal melalui study komparatif, dengan melacak dari sumber sejahrawan ahlu sunnah dan syi’ah, hasilnya ia tuliskan dalam buku “Origin and Early Development of Shi’a Islam”.

[4] Meriwayatkan dalam kitabnya "Hilayah al Awliya".

[5] Rujuk ke "Tarikh" Ya’qubi, II hal 126, "Tarikh" Baladzuri I hal 588, Thabari, Ibn Abi Al Hadid menyebutkan dalam juz II hal 50.

[6] Untuk melihat secara detail sahabat-sahabat senior yang menolak berbai’at kepada hasil pemilihan sepihak di Saqifah dapat dilihat di "Tarikh" Ya’qubi juz II, "Tarikh" Baladzuri juz I hal 588, Kitab "Syarh Nahj al Balaghah" karya Ibn Abil Hadid juz II hal 50, "al Mawaqif" karya Fakhrurazi, kitab "Raudhah al shafi" karya Muhammad Khawan Syah. Kami mengutip dari Abdil Barr dalam kitabnya "al Isti’ab", yang menceritakan: Sa’ad bin Ubadah, sekelompok Khazraj dan Quraisy tidak berba’iat kepada Abu Bakar, delapan belas tokoh juga menolak untuk berbai’at. Mereka adalah para pengikut Ali bin Abi Thalib di antaranya: Salman al Farisi, Abu Dzar al Ghifari, Miqdad bin Aswad al Kindi, Ubay bin Ka’ab, Ammar bin Yasir, Khalid bin Said bin Ash, Buraidah al Aslami, Khizaimah bin Tsabit, Abu Haitsam bin Taihan, Sahal bin HUnaif, Ustman bin Hunaif, Abu Ayyub al Anshari, Jabir bin Abdullah al Anshari, Hudzaifah al Yaman, Sa’ad bin Ubaidah, Qais bin Sa’ad Abdullah bin Abbas dan Zaid bin Arqam.

[7] Biografi lebih detail silahkan rujuk ke kitabnya Ibn Sa’ad "Isti’ab". Kami hanya menulis secara sekilas.

[8] Bakal terjadinya Perang Jamal, Perang Shifin dan Perang Nahrawan dikabarkan pula oleh Rasulullah saw. Beliau SAW mengabarkan bahwa Ali bin Abi Thalib akan mengalami peperangan melawan kelompok yang disebut Rasulullah sebagai kelompok al Nakitsin (pada Perang Jamal menghadapi Aisyah-Thalha-Zubeir), kelompok al Qasithin (pada Perang Shifin menghadapi Muawiyah dan Amru bin ‘Ash) serta al Mariqin (pada Perang Nahrawan menghadapi kaum Khawarij) dan Rasulullah memerintahkan para sahabat agar membantu Ali bin Abi Thalib. Kalangan ulama Ahlu Sunnah banyak yang meriwayatkan hadis ini, salah satunya adalah al Nasa’ dalam kitabnya al Khasha’ish hal 40 dengan sanad bersambung ke Abu Sa’id al Khudry.

[9] Keterlibatan Abu Hurairah bersama Busr bin Artha’ah yang kejam dalam aksi pembunuhan dan penghacuran rumah-rumah para pecinta ahlul ba’it dan Imam Ali ini dituliskan dalam :"Tarikh" al Thabari. Ibnu al Atsir dalam "al Kamil", dan Ibnu abi al Hadid dalam "Syarh Nahj al Balaghah". .

[10] Ibn ‘Abdil Barr pada Riwayat hidup Ali bin Abi Thalib RA, Kitab "al Isti’ab". Peritiwa peperangan antara Imam Ali bin Abi Thalib telah diberitahukan oleh Rasulullah, beliau menyebutkan dalam hadis yang panjang dan Rasulullah memerintahkan untuk memerangi kelompok-kelompok penentang Imam Alli bin Abi Thalib. Rasulullah menyebut kelompok-kelompok penentang ini dengan kelompok al Nakitsin, al Qasithin dan al Mariqin. Selebihnya silahkan merujuk ke al Jawzi dalam kitab "al Tadzkirah", al Qandawizy dalam kitab "Yanabi’ al Mawaddah", Abdurrahman al Nasa’iy dalam "al Khasha’ish", Muhammad bin Thalhah al ‘Adawy dalam kitab "Mathalib al Sa’il", Al Kanji al Syafi’I dalam kitab "Kifayah al Thalib".

[11] Hadis Rasulullah ini sangat banyak diriwayatkan dalam kompilasi hadis di kalangan ahlu sunnah. Ibnu Hajar meriwayatkan dalam "al Ishabah" juz VII hlm 168 yang dikeluarkan oleh Abu Ahmad dan Ibnu Munaddah yang bersumber dari Ishaq bin Basyar al Asadi dari Khalid bin al Harits dari Hasan dari Abu Laila al Ghafariyah. Disebutkan pula oleh Ibnu Abdul Barr dalam kitab "al Isti’ab" juz II hlm 657. Ibnu Atsir menyebutkan dalam kitab "Usd al Ghabah" juz V diriwayatkan pula dalam kitab "Majma’ al Zawa’id" juz IX hlm 102 dari Abu Dzar al Ghifari dan Salman al Farisi. Thabrani dan al Bazzar meriwayatkan dari Abu Dzar, disebutkan pula oleh al Manawi dalam kitab "Faidh al Qadir" juz IV hlm 358. Al Mutaqimenyebut dalam kitabnya "Kanzul al Ummal" juz VI hlm 156. Al Muhib al Thabari menyebutkan dalam "Riyadh al Nadhirah" juz II hlm 155 dan lain sebagainya

[12] "Musnad" Ahmad 2/161 no 6499, Al Bukhari berkata dalam "Tarikh Al Kabir" juz 8 no 3557 dan masih banyak lagi.

[13] Ammar berasal dari klan Arab Selatan, dialog ini dapat disimak di kitab "Tarikh"-nya Thabari juz I hal 2785.

[14] Lihat di Thabari juz I hal 2786

[15] Lihat di kitab "Khuthath al Syam", kitab yang ditulis oleh Profesor Muhammad Kurdi Ali yang atas perintah Lembaga milik ahlu sunnah wal jama’ah al Majma’ al Ilmi al; Arabi untuk melakukan penelitian tentang asal-usul syi’ah.

[16] Ibnu Hajar meriwayatkan dalam "al Ishabah" juz VII hlm 168

[17] Lihat hasil penelitian ulama-ulama ahlu sunnah yang dibukukan dalam kitab "Khutath al syam" juz 5 hlm 251-256.

[18] Yang tercatat dalam "Shahih" Bukhari pada bagian akhir bab Perang Khaibar, disebutkan bahwa yang menolak berbai’at di antaranya adalah Salman al Farisi, Abu Dzar al Ghifari, Miqdad bin Aswad al Kindi, Ubay bin Ka’ab, Ammar bin Yasir, Khalid bin Said bin Ash, Buraidah al Aslami, Khizaimah bin Tsabit, Abu Haitsam bin Taihan, Sahal bin HUnaif, Ustman bin Hunaif, Abu Ayyub al Anshari, Jabir bin Abdullah al Anshari, Hudzaifah al Yaman, Sa’ad bin Ubaidah, Qais bin Sa’ad Abdullah bin Abbas dan Zaid bin Arqam. Nama-nama tersebut ditulis dalam Sahih Muslim pada bagian Jihad Bab “Sabda Rasulullah saw, Kami (para Nabi) tidak diwarisi) diceritakan mengenai penolakan kepada Abu Bakar ra dengan sanad samapi Um al Mukminin ‘Asyah ra. Lihat pula di kitab al Mawaqif karya Fakhrurrazi, kitab Raudhah al Shafi karya Muhammad Khawan Syah, Kitab al Isti’ab karya Abdil Barr.

[19] Pemakaman Imam Ali bin Abi Thalib secara rahasia dapat dilihat di kitab "Maqtal al Imam Amir al Mu’minin" hal 79.

[20] Ancaman tersebut dapat dilihat di kitab "al Imamah was siyasah"

[22] Lihat di "Tarjamat al Imam al Husayn" karya Ibn Sa’ad hal 149.

[23] Pembunuhan itu diceritakan dalam kitab "Ansyab al Asyraf" jilid II hal 367

[24] Peristiwa wafatnya Abdullah bin Mas’ud sebagai akibat tindakan keras khalifah Usman diceritakan dalam kitab "Ansyab al Asyraf" Jil V hal 31, 36,
37. Ibn Abil Hadid menuliskan dalam "Syarah Nahj al Balghah" Jil III hal 42 dan 43.

[25] "History of Caliphs" karya Rasul Ja’fariyan hal 385.

[26] "Tarikh" Ya’qubi juz II hal 179.

[27 Lihat surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah di kitab "Murur adz dzahab" juiz III hal 20.

[28] Kitab "Waqa’at Shiffin" hal 118-119.

[29] Kitab "Ansab al Asyraf" jil II hak 249, diriwayatkan pula dalam kitab "al Isti’ab" jilid 1 hal 235, "Tarikh" al Thabari jilid 4 hal 79, Ibnu Katsir jilid III hal 180, Ibnu Khaldun jilid 2 hal 182

[30] "Musnad" Ahmad jil 6 hal 34, 38.

[31] Kitab "al Gharat", jil 1 hal 276-289.

[32] Kitab "al Futuh" jil II hal 284.

[33] Kitab "al Mu’jam al Kabir" jil XXIV hal 10 dan kitab "al Majma’ az zawa’id" jil IX hal 135.

[34] ibid

[35] Kitab "Ansyab al Asyraf" jil IV hal 39-43.

No comments: