Sunday 16 January 2011

Bagaimana Matrix yang Rumit itu Bekerja


Artikel ini dikutipkan dari tanya jawab antara Christoper Bollyn, seorang penulis independen, dengan seorang pembaca di situs Bollyn, bollyn.com tgl 4 Januari 2011.

Pertanyaaan: Jika yahudi bisa menciptakan matrix yang serumit itu, maka mereka tentu sangat cerdas. Itu membutuhkan, tentu saja, banyak otak selain uang yang juga banyak, untuk menggerakkan konspirasi jahat itu ke seluruh dunia. Namun mungkin juga karena mereka sama sekali tidak memiliki etika. Omong-omong saya seorang Hindu dari India dan menurut saya tidak semua orang yahudi itu jahat.

Jawaban: Pada hari dimana saya menerima pertanyaan itu saya baru saja membaca sebuah isu akhir tahun majalah Newsweek yang berisi tentang wawancara dengan "orang-orang dalam berita". Wawancara pertama majalah yang dimiliki oleh seorang zionis itu (Sidney Mortimor Harman, suami dari senator Jane Harman), adalah dengan David Axelrod, manajer kampanye yang telah mengantarkan Obama menjadi presiden, dan kini (Saat itu. Ia telah mengundurkan diri bersama rekan-rekan yahudinya dari jabatan penasihat kepresidenan sebagai bentuk gertakan agar Obama menghentikan tekanan politiknya terhadap Israel dalam isu pembangunan perumahan yahudi di wilayah pendudukan; blogger) menjabat sebagai "penasihat senior" presiden.

Axelrod yang menyebut Chicago sebagai "rumah"nya, adalah putra dari seorang yahudi propagandis komunis dari New York, merangkap sebagai seorang psiko-analis (murid Sigmund Freud; blogger) yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri (sekaligus juga murid Nitcze; blogger) saat Axelrod kuliah di University of Chicago. Menjelang perang dunia II ayah Axelrod lewat tulisan-tulisannya aktif memprovokasi Amerika untuk melibatkan dalam perang, menantang gerakan populis anti perang, American First Movement. David Axelrod adalah orang yang membentuk kebijakan politik Obama.

Rekan-rekan Axelrod di sekitar presiden Obama, semuanya yahudi, di antaranya adalah kepala staffa gedung putih Rahm Emmanuel, Nancy-Ann DeParle yang menjabat direktur White House Office for Health Reform, dan Philip Michael Schiliro yang menjabat Assistant for Legislative Affairs. Rahm Emmanuel adalah putra seorang teroris yahudi anggota gang Irgun yang telah meledakkan markas pasukan Inggris di Pelestina menjelang terbentuknya negara Israel tahun 1948. Emmanuel bahkan pernah tercatat sebagai anggota angkatan bersenjata Israel saat perang Teluk pertama th 1990, dan tak sehari pun pernah bertugas di angkatan bersenjata Amerika. Catatan hitam boleh saja disandang oleh Axelrod dan Emmanuel Namun track record tidak kalah seram disandang oleh Philip Michael Schiliro, salah seorang yang paling bertanggungjawab dalam kebijakan pemutihan perampokan bank besar-besaran (bailout) pada awal pemerintahan Obama.

Sebelum bergabung dalam tim Obama, Phil Schiliro adalah kepala staff senator Henry Waxman dari California, seorang politisi yahudi yang dikenal luas sebagai pendukung kuat zionisme.

Keluarga Schiliro dikenal memiliki track record di dunia kejahatan terorganisasi. Salah seorang anggotanya, Lewis Dennis Schiliro, menjadi kepala FBI cabang New York City pada tahun 1990-an. Menjadi penyidik peristiwa pemboman pertama WTC tahun 1993, insiden pesawat TWA Flight 800 dan Egypt Air 990, dan berbagai kasus kejahatan finansial. Anggota keluarga lainnya, Joseph Schiliro dari East Meadow, Long Island, pada bulan Januari 2010 dijatuhi hukuman karena keterlibatan dalam perdagangan obat terlarang.

Lewis Dennis Schiliro dan Phil Schiliro tumbuh bersama di kawasan Long Island, dan keduanya mempunyai ibu bernama Jean dan ayah bernama Joseph. Pada tahun 1930 hanya ada 55 orang bernama belakang Schiliro di seluruh Amerika, dan mereka semuanya memiliki hubungan keluarga yang dekat. Ini sangat penting karena Lewis Schiliro selanjutnya menjadi menjadi eksekutif di perusahaan asuransi raksasa milik Maurice Greenberg, A.I.G., tidak lama setelah berhenti dari FBI tahun 2000. Di sisi lain Phil Schiliro menjadi tokoh yang berperan menggolkan undang-undang bailout yang memberikan ratusan milir dolar uang pajak rakyat kepada perusahaan-perusahaan keuangan "kotor" seperti A.I.G.. Lebih jauh FBI adalah institusi yang bertanggungjawab menutupi kekajatan konspirasi dalam tragedi WTC 9/11 tahun 2001.

Jadi jika yahudi bisa menciptakan matrix kejahatan yang begitu kompleks, maka mereka tentunya sangatlah cerdas. Paparan mengenai hal-hal tersebut di atas bisa agak membantu memahami bagaimana sebuah konspirasi besar terlaksana.

Amerika Serikat, sebagaimana sebagian besar negara-negara di dunia saat ini, bukanlah sebuah kesatuan politik atau organisasi politik dalam arti sebenarnya. Jutaan warga Amerika mendukung Barack Obama hanya karena ilusi "perubahan" yang didengung-dengungkan televisi dan media massa. Mereka mengira ia adalah warga negara Amerika asli asal Chicago, meski kenyataannya ia keturunan Kenya (ayahnya warga negara Kenya) yang sama sekali tidak memenuhi ketentuan konstitusi untuk menjadi seorang presiden. Mereka menyangka Obama berasal dari keluarga sederhana dan saleh, meski faktanya kedua orang tuanya adalah "petualang cinta" yang melakukan hubungan tanpa pernikahan, dan foto-foto telanjang ibunda Obama muda kini beredar luas di internet. Hanya sedikit yang menyadari bahwa Obama hanya "boneka" dari sebuah gerakan zionis yahudi.

Media massa dan rakyat Amerika bahkan tidak pernah membicarakan fakta bahwa orang tua Rahm Emmanuel, yang pindah ke Amerika tahun 1950-an, adalah seorang teroris yang masih hidup. Dan putra sang teroris itu kini menjadi penentu kebijakan Gedung Putih, termasuk "War on Terror" di Afghanistan, Iran dan Pakistan. Penyembunyian fakta itu oleh media massa tentu mempunyai tujuan khusus, yaitu membuat rakyat tetap bodoh dan menjadi budak-budak zionisme.

Yahudi memang cerdas dan kaya, tapi ada hal lain yang membuat mereka bisa menguasai dunia. Kesadaran dan kemauan kuat mereka untuk berkuasa dengan bekerja secara sistematis, kolektif dan penuh kerahasiaan, termasuk dengan berpura-pura mengganti identitas keyahudian mereka dengan nama dan agama non-yahudi seperti kristen atau Islam. Orang-orang kaya yahudi seperti keluarga Rothschilds menciptakan berbagai organisasi, termasuk organisasi-organisasi rahasia dan semi rahasia, untuk meningkatkan kekuasaan mereka. Mereka menguasai media massa dan partai-partai politik Amerika, termasuk partai-partai alternatif dan gerakan-gerakan sosialnya. Tidak ada kelompok etnis lain yang bekerja seperti yahudi, bahkan organisasi-organisasi kriminal seperti mafia sekalipun. Di sebuah negara yang masyarakatnya tidak sadar politik, gerakan yahudi bisa bekerja dengan sangat efektif, seperti pisau panas membelah mentega.

Sebagai mahasiswa dengan bidang kajian utama sejarah Timur Tengah dan kebijakan politik Amerika, saya (Christopher Bollyn; blogger) telah melakukan kajian ini selama bertahun-tahun. Untuk memahami bagaimana pandangan orang-orang yahudi terhadap bangsa-bangsa lain saya telah mempelajari tulisan Tacitus dan Gibbon, dua orang sejarahwan klasik yang terkenal. Mereka menulis:

"Moses, wishing to secure for the future his authority over the nation, gave them a novel form of worship, opposed to all that is practiced by other men. Things sacred with us, with them have no sanctity, while they allow what with us is forbidden…This worship, however introduced, is upheld by its antiquity; all their other customs, which are at once perverse and disgusting, owe their strength to their very badness. The most degraded out of other races, scorning their national beliefs, brought to them their contributions and presents. This augmented the wealth of the Jews, as also did the fact, that among themselves they are inflexibly honest and ever ready to shew compassion, though they regard the rest of mankind with all the hatred of enemies." (Tacitus, The Histories, 110 A.D.)

"From the reign of Nero to that of Antoninus Pius, the Jews discovered a fierce impatience of the dominion of Rome, which repeatedly broke out in the most furious massacres and insurrections. Humanity is shocked at the recital of the horrid cruelties which they committed in the cities of Egypt, of Cyprus, and of Cyrene, where they dwelt in treacherous friendship with the unsuspecting natives, and we are tempted to applaud the severe retaliation which was exercised by the arms of the legions against a race of fanatics whose dire and credulous superstition seemed to render them the implacable enemies not only of the Roman government, but of human kind." (Edward Gibbon, The History of the Decline and Fall of the Roman Empire (1776))

Sejarahwan Romawi Tacitus, mengatakan, "yahudi memandang bangsa-bangsa lain sebagai musuh yang harus dibenci". Sementara Gibbon yang menyebut yahudi sebagai "unsocial" mengatakan yahudi sebagai "ras fanatik yang dengan kepercayaan tahayulnya menjadikan mereka tidak hanya musuh pemerintahan Romawi, tapi juga musuh seluruh umat manusia."

Permusuhan yang ditebarkan yahudi terhadap orang-orang non-yahudi adalah kunci untuk memahami mereka: orang-orang yahudi memandang diri mereka sebagai masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lainnya, sebuah negara tersendiri, dan loyalitas pertama serta kewajiban mereka hanya untuk bangsa mereka sendiri. Orang-orang yahudi orthodok tumbuh dengan keyakinan kuat bahwa mereka yahudi lebih unggul dari ras lain. Sebagaimana Hinduisme, agama yahudi adalah seperangkat aturan dan nilai-nilai moral yang mengatur kehidupan etnis group tertentu. Berbeda dengan kristen dan Islam yang merupakan agama berdasarkan keimanan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal.

Jaringan kriminal di belakang serangan teroris WTC 9/11 tahun 2001 terdiri dari para zionis yahudi Israel dan antek-anteknya di Amerika. Hampir semua sosok kunci konspirasi tersebut adalah agen inteligen Israel atau orang-orang yahudi orthodok. Mantan asisten jaksa agung Michael Chertoff dan hakim wilayah Alvin K. Hellerstein, dua sosok kunci yang menutup-nutupi konspirasi tersebut adalah orang-orang yahudi orthodok. Mereka tentu sadar sepenuhnya dengan kejahatan yang telah mereka lakukan, dengan mengorbankan ribuan warga tak berdosa. Namun keyakinan yang mereka anut membuat semua dosa itu tidak berarti dibandingkan "kewajiban agama" yang telah mereka lakukan.

Orang-orang orthodok yahudi seperti Chertoff dan Hellerstein menganggap orang-orang non-yahudi hanya sebagai binatang dan budak-budak. Sebagaimana dikatakan Profesor Israel Shahak: "A Jew who murders a Gentile is guilty only of a sin against the laws of Heaven, not punishable by a court. To cause indirectly the death of a Gentile is no sin at all." (Professor Israel Shahak, "The Laws Against Non-Jews")

No comments: