Wednesday 27 April 2011

TINGKAH POLAH OBAMA SEBALKAN KAWAN DAN BAWAHAN


Barack Obama terkunci di ruang kerjanya, simbol kepresidenan jatuh saat Obama berpidato, dan sistem komputer yang ngadat hingga sebuah pesta kenegaraan kacau balau, adalah sebagian dari beberapa insiden memalukan yang dialami Barack Obama sehingga ia menyebutnya sebagai aksi-aksi "konspirasi" terhadapnya.

Namun situasi yang terjadi pada lingkungan kekuasaan Barack Obama ternyata jauh lebih serius dari sekedar indisen-insiden tersebut. Semuanya dipicu oleh tingkah polah Barack Obama yang "norak" dan "narsis" luar biasa.

Pada saat Obama melakukan kunjungan kenegaraan ke Asia akhir tahun lalu, tiba-tiba ia didesak oleh para penasihat terpercayanya untuk kembali ke Amerika. Menurut beberapa sumber terpercaya hal tersebut untuk menghentikan upaya lawan-lawan politiknya untuk melakukan pemakzulan terhadapnya. Lawan-lawan tersebut bukanlah para politisi partai Republik yang menjadi oposisi, melainkan justru rekan-rekan Obama di Partai Demokrat.

Menurut seorang "insider" Gedung Putih, para penasihat dekat Obama akhirnya mengetahui sebuah "plot" tengah dilakukan oleh para petingga partai Demokrat untuk menyingkirkan Barack Obama dari kekuasaan, setidaknya menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat sehingga tidak mungkin lagi tampil dalam pemilihan kepresidenan mendatang. Salah satu konspirasi yang dilakukan adalah "mengirimkan" Obama ke luar negeri selama mungkin.

Tanpa diketahui publik, kalangan petinggi Partai Demokrat tengah dilanda perang rahasia. Di satu sisi adalah Barack Obama dan pendukungnya dan di sisi berseberangan adalah ketua parlemen Nancy Pelosi, penasihat senior partai Demokrat James Carville, mantan ketua Komite Nasional Demokrat Howard Dean serta dua sosok di belakang layar yaitu wapres Joe Biden dan mantan presiden Bill Clinton.

Sebagian petinggi partai Demokrat menganggap Obama "tidak pantas" untuk menjabat sebagai presiden maupun sebagai tokoh partai, disebabkan tingkah polahnya yang narsis dan "norak". Mereka tidak akan melupakan apa yang dilakukan Obama dalam sebuah acara penggalangan dana yang diadakan partai di Brown University, Rhode Island, 25 Oktober tahun lalu. Para undangan rela membayar $7.500 untuk mendengarkan pidato Obama, namun yang bersangkutan tiba-tiba menghentikan pidatonya dan meninggalkan podium dengan alasan meninabobokkan putri-putrinya dan membereskan anjing piaraan kesayangannya.

Selain itu Obama juga dikelilingi oleh keluarga dan penasihatnya yang sering bertindak di luar kepatutan maupun aturan protokoler. Misalnya sang istri Michelle Obama yang pernah shopping ke Eropa menggunakan pesawat kenegaraan Air Force 1. Figur dekat Obama lainnya adalah penasihat presiden Valerie Jarrett, serta ibu mertua Obama yang numpang di Gedung Putih, Marian Robinson. Di samping itu kepemimpinan Obama tidak membawa pengaruh positif bagi partai. Di bawah kepemimpinan Obama Partai Demokrat banyak kehilangan kursi di parlemen, juga jabatan eksekutif di negara-negara bagian. Misalnya saja calon partai Demokrat Senator Caprio harus menelan kekalahan pemilihan gubernur negara bagian Rhode Island oleh seorang calon independen, karena tidak adanya dukungan dari Obama.

Beberapa waktu lalu seorang mantan pejabat Gedung Putih membeberkan borok-borok Obama di Gedung Putih di sebuah blog milik seseorang dengan nama samaran “Ulsterman.” Beberapa orang staff Gedung Putih juga pernah mengadakan pertemuan dengan wartawan, membuka aib Obama. Sebagian dari mereka mengaku pernah mengalami perlakuan kasar dari Obama. Di antara informasi yang bocor adalah bahwa Obama sering menjalani perawatan medis secara intensif, mengkonfirmasi rumor yang menyebutkan kesehatan Obama yang rapuh. Sebagaimana diketahui publik, Obama adalah mantan perokok berat dan pecandu alkohol, meski ia mengaku sudah menghentikan kebiasaan buruk tersebut.

Wapres Joe Biden dikabarkan telah mendapat desakan dari para petinggi partai Demokrat untuk memakzulkan Obama dengan menggunakan Article 25 Section 4 Konstitusi Amerika, dengan alasan ketidak mampuan mental Obama untuk mengikuti sumpah jabatannya sebagai presiden. Namun Biden enggan melakukan aksi "radikal" tersebut. Meski demikian, Biden dan para pandukungnya berharap bakal mendapatkan alasan untuk memakzulkan Obama berdasarkan tingkah laku tidak patut Obama yang terbongkar ke publik.


Ref:
"Obama Conducting ‘Reign of Terror’ Against Suspected Leakers"; Wayne Madsen Report; 11 November 2010

No comments: