Monday 26 September 2011

AS Upayakan Saluran Komunikasi Khusus dengan Teheran


Keterangan gambar: speedboad berpeluru kendali Iran. Kecil namun mematikan, salah satu senjata andalan Iran.

Beberapa kali insiden di Teluk Parsia yang nyaris menyulut perang dengan Iran membuat Amerika mengupayakan saluran komunikasi khusus (hotline) dengan Iran.

Para pejabat Amerika menyatakan kekhawatirannya dengan berbagai aksi armada kapal cepat Iran yang dikomandoi satuan elit Pengawal Revolusi, yang nyaris menyulut perang dengan satuan militer Amerika dan sekutunya di Teluk Parsia. Kapal-kapal cepat Iran itu meski berukuran kecil namun dilengkapi dengan peluru kendali dan persenjataan berat lainnya.

Dalam beberapa bulan terakhir terjadi sejumlah insiden, termasuk kapal perang Inggris yang "terpaksa" memberikan tembakan peringatan untuk menghentikan aksi provokasi kapal cepat Iran yang berpura-pura hendak menabrak kapal Inggris tersebut. Pesawat-pesawat tempur Iran juga terlibat dalam sejumlah insiden dengan kapal-kapal perang Amerika.

"Iran tampak agresif," kata seorang pejabat militer Amerika yang mempelajari militer Iran.

Para pejabat Amerika dikabarkan mempertimbangkan untuk mengajukan proposal pembentukan saluran komunikasi khusus untuk menghindari salah faham yang mengakibatkan perang. Memang awalnya mereka lebih memilih peningkatan komunikasi antar angkatan laut kedua negara. Namun karena Iran memiliki hubungan erat dengan kelompok-kelompok militan yang dicap teroris oleh Amerika seperti Hizbollah dan Hamas, opsi jalur komunikasi khusus itu mulai mendapat perhatian. Apalagi mengingat bahwa satuan yang terlibat insiden dengan Amerika adalah satuan Pengawal Revolusi yang berada di bawah komando langsung pemimpin tertinggi Iran, bukan AL Iran.

Masih belum jelas apakah proposal Amerika itu sudah sampai di meja para pemimpin tertinggi Iran, kemungkinan melalui para pejabat Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Seorang diplomat Iran untuk PBB di New York menolak berkomentar mengenai isu ini. Deplu dan dephan Amerika juga menolak berkomentar meski seorang pejabat dephan Amerika menyebut proposal semacam itu masih terlalu prematur.

George Little, jubir dephan Amerika menolak mengomentari isu tersebut meski menyebutkan bahwa Amerika menaruh perhatian serius atas aktifitas-aktifitas dan ambisi-ambisi Iran yang "membuat stabilisasi di kawasan Timur Tengah terganggu".

"Kami secara konsisten memperingatkan Iran untuk menghentikan tindakan-tindakan provokasi mereka di Teluk, Irak, atau di tempat lain," kata Little.

Konflik Amerika-Iran di kawasan Teluk Parsia sudah berlangsung sejak lama, dimulai sejak tahun 1980-an, khususnya paska Revolusi Iran yang menyingkirkan regim pro-Amerika di Iran. Dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-1988, Iran menenggelamkan kapal-kapal dagang sekutu Amerika yang dituduh menyuplai kebutuhan perang Irak. Pada tahun 1988 kapal perang Amerika USS Vincennes menembak jatuh pesawat penumpang Iran dan menewaskan 290 penumpangnya. Amerika menyatakan permintaan ma'af dan membayar kompensasi kepada keluarga korban.

Namun mengembangkan saluran komunikasi antara kedua negara sangat rumit. Kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik sejak tahun 1980 dan Amerika telah mengenakan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran terkait program nuklir Iran. Namun Amerika telah memiliki sejarah panjang berkomunikasi dengan "musuh-musuh"-nya. Kala era Perang Dingin Amerika memiliki saluran komunikasi langsung dengan Uni Sovyet. Saat ini Amerika juga berkomunikasi dengan Korea Utara melalui komando PBB di perbatasan Korea Utara-Selatan.

"Kami berkomunikasi dengan Uni Sovyet saat kami saling mengancam dengan senjata nuklir," kata seorang pejabat pertahanan Amerika.

Dalam proposal yang disebutkan ini, pejabat dephan tersebut mengemukakan bahwa saluran komunikasi langsung akan menghubungkan markas komando Armada V AL Amerika di Bahrain dengan markas komando tertinggi AL Iran. Namun para pejabat Armada V Amerika tidak bersedia berkomentar atas proposal tersebut.

Meski proposal tersebut hanya mengkover insiden-insiden di lautan, beberapa pejabat Amerika mengatakan komunikasi itu akan ditingkatkan cakupannya sehingga bisa mengatasi insiden di luar kelautan. Isu ini kini juga tengah dipelajari oleh kantor Policy Planning office, Deplu Amerika.

Presiden Obama dalam pidato politik pertamanya tahun 2009 menyinggung rencana dilakukannya komunikasi lebih intensif dengan pemerintah Iran. Ia menyatakan ingin bernegosiasi dengan Iran tentang masalah nuklir Iran dan penghentian dukungan Iran terhadap kelompok Hizbollah, Hamas dan kelompok militan lainnya yang berjuang melawan Israel-Amerika.

Para diplomat Amerika telah melakukan tiga putaran pembicaraan langsung dengan Iran seputar isu nuklir Iran sejak tahun 2009. Obama juga telah mengirimkan dua surat langsung kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Presiden Iran Ahmadinejad juga pernah mengirimkan surat kepada presiden Amerika. Namun sejauh ini hubungan kedua negara belum banyak mengalami peningkatan.

Para pejabat Iran dalam beberapa waktu terakhir menuduh Iran telah meningkatkan dukungannya terhadap sekutu-sekutunya di Irak, Afghanistan dan Syria, khususnya sejak terjadi fenomena revolusi di negara-negara Arab. Mereka juga menuduh Iran berupaya mendesakkan agenda penarikan pasukan Amerika di Irak dan Afghanistan.

Saat ini AL Amerika hanya memiliki saluran komunikasi antar-kapal dengan kapal-kapal Iran yang beroperasi di kawasan Teluk Parsia. Komunikasi itu untuk mengidentifikasi kapal-kapal yang lewat di jalur padat Selat Hormuz, Teluk Parsia.

Pendapat-pendapat yang skeptis dengan rencana ini menyebutkan komponen-komponen garis keras dalam pemerintahan Iran akan menolak rencana itu dengan dalih tidak ingin berhubungan dengan "musuh". Saluran komunikasi sejenis juga dikhawatirkan menimbulkan kecurigaan sekutu-sekutu Amerika di kawasan tersebut, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Kedua negara telah mendesak Amerika untuk melakukan langkah lebih keras terhadap Iran terkait isu nuklir Iran. Para pejabat Saudi Wahabiah telah menyampaikan kekhawatirannya kalau-kalau Amerika melakukan "kesepakatan rahasia" dengan Iran yang merugikan kepentingan Saudi.



Both countries have pressed the U.S. to take a hard line on Tehran in a bid to end its nuclear work. Saudi concerns have escalated in recent months as democracy movements spread across the region. Riyadh sent troops into Bahrain in a bid to put down a political revolt Saudi officials alleged was being orchestrated by Tehran against the ruling Khalifa family.

Saudi officials have privately voiced concern that the U.S. could reach some form of “grand bargain” with Iran, to the detriment of Riyadh’s interests. Prior to the 1979 Islamic Revolution in Iran, Tehran served as one of Washington’s closest allies in the Middle East and shared deep military and economic ties.


Sumber:

"U.S. Weighs a Direct Line to Tehran"; Jay Soloman and Julien E. Barnes; Wall Street Journal; 19 September 2011

No comments: