Monday 12 September 2011

KORBAN SIA-SIA AMERIKA UNTUK "PERANG TERORISME"


10 tahun sudah "perang terorisme" digelar Amerika dan sekutu-sekutunya. Mereka telah menggelar berbagai operasi militer besar-besaran mulai dari Afrika, Yaman, Irak, Afghanistan, Pakistan hingga ke Filipina Selatan. Jutaan warga sipil telah meninggal dan luka-luka di medan-medan perang itu dengan kerugian material dan immaterial yang tidak terkira.

Dan meski perang itu tidak jelas kapan akan berakhir dan tujuan Amerika dan sekutu-nya pun tidak pernah tercapai, yaitu menciptakan kestabilan politik di kawasan-kawasan yang diserang, kerugian di pihak Amerika dan sekutunya terus saja bertambah. Di Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir bahkan terjadi peningkatan besar-besaran serangan oleh Taliban yang membawa kerugian yang tidak sedikit bagi Amerika dan sekutunya.

Di Irak Amerika dan sekutunya telah kehilangan lebih dari 5 ribu nyawa prajuritnya dan lebih dari 32.000 prajurit yang terluka. Di Afghanistan, dengan korban yang terus meningkat akhir-akhir ini, Amerika dan sekutunya telah kehilangan lebih dari 3.000 nyawa prajuritnya dan 13.000 lebih lainnya luka-luka. Selain itu lebih dari 10.000 tentara bayaran dan agen-agen rahasia Amerika yang bekerja di Irak dan Afghanistan juga harus kehilangan nyawanya atau mengalami luka-luka.

Namun kerugian paska perang yang diderita Amerika tidak kalah mengerikannya. Menurut laporan US Army Surgeon General sekitar 66.935 tentara Amerika menderita gangguan mental yang disebut dengan "acute combat stress reaction". Dan sebagai tambahan US Congressional Research Service telah melaporkan bahwa sebanyak 178,876 veteran perang Irak dan Afghanistan menderita sakit "traumatic brain injuries". Hampir 2.000 orang dari penderita penyakit itu adalah mereka yang harus menjelani operasi amputasi anggota tubuh. Belum lagi tingkat bunuh diri yang tinggi di antara para prajurit yang tengah menjalani tugas di Irak maupun Afghanistan.

Angka bunuh diri di antara para prajurit Amerika telah meningkat 2x lipat sejak "perang teroris" dilancarkan tahun 2001.

US Congressional Research Service pada bulan Maret 2011 lalu juga melaporkan biaya yang dikeluarkan Amerika untuk membiayai operasi militer di luar negeri mencapai $1.3 triliun, $130 miliar per=tahun sejak tahun 2001 (perhitungan para ahli ekonomi lebih tinggi lagi). Saat ini biaya yang dikeluarkan Amerika dalam kampanya "perang teroris" mencapai $386 juta per-hari atau sekiar Rp Rp40 juta per-detik.


Sumber:
"US pays price in blood and treasure for war on terror"; Tom Cloonan; Global Research 8 September 2011.

No comments: