Indonesian Free Press -- Perkembangan serius terjadi dalam konflik Suriah minggu ini setelah Amerika dan Rusia, hari Senin lalu (22 Februari) sepakat untuk melaksanakan gencatan senjata mulai 27 Februari 2016 mendatang.
Ini adalah untuk pertama kalinya terjadi, kedua negara terkuat di dunia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam konflik, menyepakati gencatan senjata. Dan ini bisa menjadi awal yang sangat baik bagi berakhirnya konflik yang telah menelan ratusan ribu nyawa dan mengusir jutaan warga Suriah dari tempat tinggalnya.
Padahal, hanya beberapa hari berselang Turki dan Saudi melakukan persiapan serius untuk menyerang Suriah. Ribuan pasukan Turki telah berada di perbatasan Suriah dan ribuan pasukan Saudi dan koalisi yang dipimpinnya berada di Saudi Utara menggelar latihan perang 'Badai Utara', yang ditafsirkan para pengamat sebagai kesiapan Saudi menyerang Suriah. Di sisi lain, Saudi juga telah mengirim pesawat-pesawat tempurnya ke Turki untuk persiapan melakukan operasi udara di Suriah.
Tidak hanya itu, Turki bahkan telah melakukan 'pemanasan' dengan melancarkan serangan artileri ke Suriah, sembari terus-menerus mengeluarkan ancamannya untuk menyerang Suriah.
Namun, tidak-tiba saja Amerika dan Rusia mengumumkan gencatan senjata, tanpa peduli dengan retorika perang yang diumbar Turki dan Saudi. Ada apa? Yang pasti kesepakatan itu mengisyaratkan bahwa Amerika tidak akan campur tangan jika Rusia bertindak keras menyerang Turki, jika Turki meneruskan niatnya menyerang Suriah.
Sebagaimana diketahui, Rusia menganggap serius ancaman Turki dan Saudi untuk menyerang Suriah. Perdana Menteri Medvedev, misalnya, mengingatkan bahwa tindakan Turki dan Saudi itu bisa memicu perang nuklir. Sementara kementrian luar negeri Rusia menyebut tindakan Turki memborbardir Suriah sebagai tindakan yang 'tidak bisa diterima'.
Rusia telah mencoba cara diplomatik untuk menyelesaikan konflik yang memanas dengan membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB. Namun draft resolusi yang dirancang Rusia, yang isinya larangan Turki menembaki Suriah dan pengakuan integritas wilayah Suriah, ternyata ditolak Amerika dan sekutu-sekutunya di PBB pekan lalu.
Maka, Rusia pun terpaksa melakukan langkah 'tegas'. Rusia telah menambah kekuatan laut dan udaranya di Suriah. Rusia juga telah menambah kekuatan di pangkalan udaranya di Armenia yang berbatasan dengan Turki. Semuanya mengisyaratkan bahwa Rusia telah bersiap menghadapi skenario buruk, yaitu serangan Turki ke Suriah.
Namun semua itu belum cukup jika Turki benar-benar mewujudkan ancamannya. Ada pasukan kecil Rusia dan asset-asset vital Rusia di Suriah yang terancam jika Turki benar menyerang Turki. Maka, Rusia pun melakukan langkah tegas dengan menggertak Turki.
Wartawan senior Associated Press Robert Parry mengatakan kepada media Rusia bahwa dirinya telah mendapatkan informasi dari sumber terpercaya di pemerintah Rusia bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengingatkan Turki bahwa Rusia akan meluncurkan rudal nuklir taktis untuk melindungi pasukannya di Suriah.
"Jika Turkey, dengan ratusan ribu pasukannya yang telah berada di perbatasan, dan Saudi Arabia dengan pesawat-pesawat tempur canggihnya mewujudkan ancamannya menginvasi Suriah untuk menyelamatkan anak buahnya, termasuk Al Nusra Front, dari serangan Rusia dan Suriah, maka Rusia harus bertindak untuk menyelamatkan 20.000 personil militernya yang berada di Suriah.
Seorang sumber yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin mengatakan kepada saya bahwa Rusia telah mengancam Presiden Turki Tayyip Erdogan bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir taktis jika diperlukan untuk melindungi pasukannya di Suriah. Dan karena Turki adalah anggota NATO, konflik ini akan dengan cepat berkembang menjadi perang nuklir," kata Parry, seperti dilansir situs The Economic Collapse, 21 Februari lalu.
Ini mirip dengan skenario yang blog ini paparkan dalam tulisan sebelumnya. Bagaimana pun Turki tidak akan mendapatkan apapun kecuali kehancuran, jika berani menyerang Suriah.(ca)
2 comments:
Elakkan perang..jika tidak,negara yang cantik dan rakyat yang tidak bersalah..akan terkorban.Para pemimpin sedap-sedap duduk di kerusi empuk..main buah catur mereka.
Ankara agaknya lupa, moncong SS-18 Satan telah tertuju pada nya..
Semoga PD 4 tidak meletus
Post a Comment