Indonesian Free Press -- Kejahatan pengecut dan keji kembali diperlihatkan oleh kaki tangan zionis internasional yang jengkel setelah rencana mereka untuk menghancurkan Suriah mengalami kegagalan dengan bebasnya Aleppo dari para teroris. Duta Besar Rusia untuk Turki ditembak mati di sebuah galeri di Ankara, Senin malam (19 Desember).
Presiden Vladimir Putin pun bereaksi keras dengan mengancam akan membalas dengan keras aksi tersebut kepada para pelakunya.
"Satu-satunya respon yang akan kemi lakukan atas pembunuhan ini adalah dengan meningintensifkan perang melawan terorisme. Para penjahat itu akan merasakan panasnya pembalasan," kata Putin menanggapi aksi pembunuhan tersebut.
"Kami akan mengetahui siapa yang mengorganisir pembunuhan ini, siapa yang memberikan perintah pembunuhan," tambahnya.
Duta besar Andrei Karlov (62 tahun) dikabarkan ditembak berulangkali dari arah belakang ketika tengah memberikan sambutan atas sebuah acara. Pelaku, yang kemudian disebut-sebut sebagai anggota kepolisian khusus Turki yang tengah cuti, berteriak: ‘Jangan lupakan Aleppo. Kami meninggal di Aleppo, kamu mati di sinsi!’
Polisi Turki mengklaim telah menembak mati pelaku, Mevlüt Mert Altintas (22 tahun) melalui aksi tembak menembak selama 15 menit.
Penembakan ini terjadi setelah beberapa hari Turki, yang mendukung pemberontakan di Suriah, dilanda aksi-aksi demonstrasi menentang peran Rusia di Suriah.
Vladimir Putin dan para pejabat Rusia belum 'menunjuk hidung' terduga pelaku penembakan. Putin sendiri hanya menyebut pelakunya adalah 'teroris' yang berusaha menggagalkan proses penyelesaian damai krisis Suriah dan menghancurkan hubungan Rusia dengan Turki.
Seorang pendukung Putin dan anggota parlemen Rusia menyebut penembakan itu direncanakan oleh 'dinas rahasia NATO'. Presiden Turki Erdogan menyebut pelakunya adalah anggota kelompok pendukung tokoh oposisi Fethullah Gullen. Namun, Veterans Today menyebut Erdoganlah penanggungjawab aksi tersebut bersama para zionis internasional.
"Sumber-sumber kami mengindikasikan bahwa serangan ini dilakukan atas perintah PM Israel Netanyahu dengan melibatkan kerjasama penuh dengan otoritas Turki untuk menciptakan kondisi yang bisa mendorong Donald Trump melancarkan perang suatu saat," tulis Veterans Today, kemarin (20 Desember).
"Netanyahu tengah melakukan permainan paling berbahaya dengan mempermainkan Turki, Rusia, Amerika, Jerman, dan kekuatan-kekuatan dunia lainnya untuk berperang satu sama lain. Ia berfikir bahwa dengan menyebarkan permusuhan dan ketidak percayaan, menaburkan bibit peperangan, akan membuat Zionist Likud yang berkuasa di Israel akan mendapatkan apa yang diiginkan. Namun, ia mungkin saja tengah menanam benih kehancuran bagi dirinya sendiri dan ia akan membawa Israel hancur bersama dirinya," tambah Veterans Today.
Menurut Veterans Today, insiden ini dirancang seperti pembunuhan Franz Ferdinand yang memicu Perang Dunia II tahun 1914. Namun kali ini sangat boleh jadi Vladimir Putin tidak akan terpancing untuk bertindak gegabah.(ca)
2 comments:
dengan TKP ada di Turki, Turki berpotensi besar terlibat atau minimal mengatahui/membiarkan..
satu2nya balas dendam Putin yang paling ampuh bagi dalang pembunuhan dubesnya adalah, membebaskan seluruh Suriah dari teroris dan konflik..
Yg jelas turky terlibat apalagi dilakukan polisi khusus turky terlalu serakah mestinya berpolitik seperti Iran jangan barnafsu meluaskan negara dg invasi kini sudah kuno tak jamannya lagi gunakan pengaruh dan kebaikan jangan dengan menghalalkan segala cara di Irak dan Suriah menginvasi dan mendukung teroris merusak negara tetangga ikut memanfaatkan teroris mengeruk keuntungan dari penderitaan negara tetangga terlalu dalam dosa turky semoga ada balasannya
Post a Comment