Monday, 6 February 2012

GANTUNG PARA SUBVERTOR HUTANG


Beberapa tahun lalu presiden SBY dengan bangga dan menepuk dada mengumumkan kepada rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah terbebas dari hutang luar negeri setelah melunasi semua kewajiban terhadap IMF. Namun ternyata hal itu adalah tipuan murahan. Pura-pura melunasi hutang IMF, pemerintah justru menambah besar hutang dari sumber-sumber lintah darat lain. Akibatnya, hutang pemerintah Indonesia justru semakin membengkak dari tahun ke tahun.

Berikut adalah data jumlah hutang luar negeri pemerintah Indonesia yang dirilis Departemen Keuangan baru-baru ini.

Tahun 2007 jumlah utang Rp 1.389 triliun (rasio terhadap PDB 37%). Berupa pinjaman Rp 586 triliun dan surat utang Rp 803 triliun

Tahun 2008 jumlah utang Rp 1.637 triliun (rasio 33%). Beruba pinjaman Rp 730 triliun dan surat utang Rp 906 triliun

Tahun 2009 jumlah utang Rp 1.591 triliun (rasio 29%). Berupa pinjaman Rp 611 triliun dan surat utang Rp 979 triliun

Tahun 2010 jumlah utang Rp 1.677 triliun (rasio 27%). Berupa pinjaman Rp 612 triliun dan surat utang Rp 1.064 triliun

Tahun 2011 jumlah utang Rp 1.803 triliun (rasio 25%). Berupa pinjaman Rp 616 triliun dan surat utang Rp 1.188 triliun

Tahun 2012 jumlah utang Rp 1.937 triliun. Berupa pinjaman Rp 615 triliun dan surat utang Rp 1.322 triliun

Peningkatan hutang tersebut tentu saja diikuti juga dengan peningkatan beban bunga yang harus dibayar. Datanya adalaha sbb:

2007 pembayaran bunga utang Rp 79,806 triliun
2008 pembayaran bunga utang Rp 88,43 triliun
2009 pembayaran bunga utang Rp 93,782 triliun
2010 pembayaran bunga utang Rp 88,383 triliun
2011 pembayaran bunga utang Rp 106,584 triliun
2012 pembayaran bunga utang Rp 122,218 triliun

Presiden SBY dikabarkan prihatin dengan kondisi ini dan terus mengingatkan para menterinya untuk tegas mengurangi utang luar negeri. Ini adalah penipuan lain SBY. Menteri Keuangan tidak akan pernah bisa menambah hutang tanpa persetujuan presiden. Lagipula seharusnya ia tahu, kecuali seorang idiot moron kuadrat, pemerintah tidak pernah bisa menghabiskan anggaran (APBN) yang telah ditetapkannya sendiri. Jadi mengapa pemerintah selalu ngotot menetapkan defisit APBN yang harus dipenuhi dengan hutang luar negeri? Semestinya bukan saja tanpa harus menambah hutang, pemerintah justru mendapatkan surplus dana anggaran yang jumlahnya sangat signifikan, mencapai Rp 100 triliun lebih setiap tahunnya, jumlah akumulatifnya lebih dari cukup untuk membangun jembatan Selat Sunda dan membangun infrastuktur besar-besaran di seluruh pulau di Indoensia serta mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

SBY telah meminta persentase utang pemerintah terhadap PDB di 2014 harus ditekan menjadi paling besar 22%. Ini juga penipuan lain. Sebagai seorang doktor ekonomi ia semestinya tahu bahwa tidak ada angka ideal dari jumlah hutang luar negeri. Hutang tetap hutang besar maupun kecil. Dahulu para ahli ekonomi (provokator kapitalisme) menetapkan standar ideal hutang berdasarkan konsep DSR (debt service ratio) atau rasio jumlah pembayaran hutang terhadap nilai ekspor dalam setahun. Namun seiring semakin membengkaknya hutang, rasio itu dianggap tidak cocok lagi untuk mengimbangi nafsu berhutang pemerintah, maka digantilah dengan konsep rasio hutang terhadap PDB.

Saya ilustrasikan sbb: PDB sebuah negara adalah $1.000 miliar, total ekspornya $10 miliar, total hutang luar negeri $10 miliar. Dengan mengunakan konsep DSR, rasio hutangnya adalah $10 miliar/$10 miliar x 100% = 100%. Namun dengan menggunakan konsep rasio PDB menjadi $10 miliar/$1.000 miliar x 100% = 1%.

Tampak rasio PDB menjadi lebih kecil yaitu hanya 1%, padahal jumlah hutangnya sama saja dengan rasio DSR yang mencapai 100%. Inilah trik untuk mengelabuhi masyarakat.

Beban pembayaran bunga yang tinggi tentu saja menyerap kemampuan pemerintah untuk membangun dan pada akhirnya mengurangi tingkat kesejahteraan rakyat. Lebih parahnya lagi hutang yang tidak perlu itu bukannya digunakan untuk hal-hal produktif yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, namun justru digunakan untuk berfoya-foya para pejabat pemerintah. Tunjangan ini itu, fasilitas ini itu, studi banding kesana kemarin, membangun kantor-kantor mewah dan sebagainya.

Saatnya bagi SBY untuk tidak lagi sekedar berwacana, menebar citra dan berkeluh kesah. Rakyat sudah muak dengan itu semua. Hentikan konspirasi menghancurkan negeri dengan motif hutang luar negeri. Atau suatu saat kelak rakyat, yang harus menanggung beban hutang yang Anda ciptakan, akan mengencingi makam Anda dan memaki-maki Anda beserta keturunan Anda. Krisis Yunani dan yang sebentar lagi juga akan menimpa Amerika dan negara-negara Eropa, cukup untuk menjadi pelajaran.

2 comments:

onez said...

parah tu pemimpin g punya hati nurani, bukannya mensejahterahkan rakyat marah bikin sengsara rakyat. untung sy g kasih suara tu buat c pak "beye". hmm.. btw 2 tahun lagi siapa ni yg bakal jadi antek nya barat yang bakal berkuasa d tanah air setelah pak beye lengser??

Adidoel said...

sepertinya si lumpur lapindo! makanya kita harus mampu menghadirkan pemimpin yang sanggup mensejahterakan rakyat bukan dengan hutang... sudah rakyat tertanggung hutang ditambag mereka harus berhutang kepada bank karen kebutuhan