Sunday, 19 February 2012

RANGKAIAN OPERASI FALSE FLAG ISRAEL UNTUK IRAN


Ide bahwa Iran melakukan serangan teroris di negara yang akan menjadi penyelamatnya akibat sanksi ekonomi barat adalah sesuatu yang sangat "bodoh". Dan jika kita percaya dengan mengikuti begitu saja apa yang ditulis media massa bahwa Iran melakukan serangan teroris di India, maka bisa dikatakan kita pun termasuk orang bodoh.

India dan Iran kini tengah terlibat dalam perundingan serius tentang ekspor minyak Iran ke India yang sangat diharapkan Iran bisa menjadi penyelamatnya setelah Amerika dan Eropa menerapkan sanksi ekonomi terhadap Iran. Mengabaikan tekanan Amerika dan Eropa, India memutuskan untuk tetap mempertahankan impor minyaknya dari Iran, kemungkinan dengan jumlah yang lebih besar jika Iran menawarkan harga khusus, dan atau jika bentuk pembayarannya bisa lebih fleksibel seperti menggunakan emas ataupun barter. Tentu Iran tidak bodoh untuk merusak prospeknya sendiri.

Dan aksi teroris di Bankok semakin menambah keyakinan bahwa Iran tidak terlibat dalam serangan bom sebagaimana ditulis media massa akhir-akhir ini.

Menurut penuturan para saksi, peristiwa "serangan teroris" di Bankok sungguh menggelikan dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh agen-agen rahasia terlatih Iran. Dan satu hal lagi, tersangka yang kemudian diketahui melakukan kegiatan-kegiatan asusila seperti berhubungan dengan pelacur-pelacur dan bermabuk-mabukan, bukan kharakter seorang agen rahasia Iran yang telah digembleng dengan matang secara jasmani maupun rokhani. Dan kalau kita mengingat kembali skenario menjatuhkan Iran dengan tuduhan rencana pembunuhan dubes Saudi di Amerika akhir tahun lalu, kita bisa mengerti, Israel berada di belakang semua ini.

Kala skenario rencana pembunuhan dubes Saudi di Amerika terbongkar ke publik, para analis inteligen langsung yakin bahwa semua itu akal busuk Israel belaka. Contohnya, bagaimana mungkin inteligen Iran gagabah mengirimkan sejumlah besar uang kepada para tersangka rencana pembunuhan jika Amerika menerapkan pengawasan ketat terhadap setiap pengiriman uang dalam jumlah di atas $1.000. Dan seperti kita lihat, kasus ini berhenti begitu saja tanpa pernah terdengar lagi beritanya setelah penyidik Amerika justru menemukan jejak Mossad di mana-mana.

Menurut penuturan seorang saksi serangan bom Bankok, Thongma Danoi, tersangka serangan teroris di Bankok terlihat lari dari rumah sewanya yang meledak. Dengan tubuh berdarah-darah ia terlihat membawa dua benda berkawat dan berusaha menyetop taxi. Orang-orang berteriak-teriak tentang bom. Selanjutnya tersangka yang bernama Saeid Moradi melemparkan bom yang dibawanya ke arah taksi yang menolak berhenti. Taksi pun meledak. Namun tak lama kemudian aksi "aneh" Moradi berakhir setelah bom terakhir yang dibawanya meledak dan melukai kakinya hingga harus diamputasi.

Tidak ada korban dalam aksi tersebut kecuali sopir taksi dan tersangka sendiri. Tidak ada diplomat Israel di sekitar kejadian. Dan satu lagi, tidak ada agen rahasia Iran yang professional kecuali orang "bodoh" warga Iran bernama Moradi yang sebelumnya ketahuan menghabiskan malam dengan para pelacur. Namun para pejabat Israel langsung menuduh Iran sebagai pelaku serangan teroris terhadap diplomat Israel. Media-media massa pun dengan seia sekata menyebutkan "serangan teroris terhadap diplomat Israel oleh agen rahasia Iran sebagai bentuk balas dendam atas tewasnya ilmuwan nuklir Iran."

Serangan bom lainnya yang terjadi hampir bersamaan di India dan Georgia, yang juga disebut-sebut sebagai "serangan balas dendam Iran kepada Israel", menunjukkan hal-hal yang sama menggelikannya.

Alih-alih menuduh Iran, kita harus menaruh kecurigaan pada Israel, negara yang para pemimpinnya adalah para teroris (Moshe Dayan, Menachen Begin, Yitzak Rabin, Shimon Peres, Ariel Sharon dll). Lagipula tidak ada pihak yang diuntungkan dengan insiden-insiden tersebut di atas kecuali Israel.



Sumber:

"Iran-Israel ‘Shadow War’ Spreads to Asia"; Rixon Stewart; thetruthseeker.co.uk; 17 February 2012

No comments: