Friday, 17 February 2012

RUSIA DAN RAHASIA DARI FATIMA (2)


"Rusia menjadi penyelamat umat manusia". Inilah ide yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini sebagaimana termuat dalam "Rahasia Kedua Fatima".

Pada tgl 1 Februari lalu Jendral Leonid Ivashov, mantan anggota Dewan Gabungan Kepala Staff Rusia dalam wawancara dengan televisi "Russia Today", memberikan komentar tentang apa yang telah dilakukan Rusia di Syria. "Dengan mempertahankan Syria, Rusia telah mempertahankan dunia dari kejahatan facsisme," katanya.

Tiga hari kemudian di Moskow terjadi satu peristiwa yang cukup menghebohkan. Untuk pertama dalam 1 momen yang sama yang berlangsung di tempat yang berdekatan, aksi demonstrasi pendukung pemerintahan anti-barat Rusia diikuti oleh massa yang lebih besar jumlahnya daripada aksi demonstrasi pro-barat dan anti-pemerintah. Padahal biasanya aksi-aksi demo anti pemerintah selalu diikuti massa yang lebih besar, tidak lain berkat gelontoran dana yang sangat besar dari para kapitalis Rusia (oligarch) dan asing (George Soros) yang keduanya menyatu pada satu kepentingan rahasia bersama, kapitalisme yahudi. Gelontoran dana tak terbatas memungkinkan semuanya itu terjadi.

Namun hari itu keadaan berbalik 180 derajat. Jumlah demonstran pro-pemerintah, menurut hitungan polisi mencapai 136.000 demonstran. Sementara demonstran anti-pemerintah dan pro-barat, juga menurut polisi, hanya berjumlah 38.000 orang. Bahkan media miliki oposisi, Echo Moskvy, mengaku jumlah demonstran pro-pemerintah lebih besar dari demonstran anti-pemerintah dengan perbandingan 80.000 melawan 62.000.

Organiser aksi demo pro-pemerintah sendiri semula hanya menargetkan peserta sebanyak 15.000, jumlah yang masih dianggap terlalu optimistis mengingat selama ini aksi-aksi demonstrasi pro-pemerintah hanya diikuti oleh 3.000 - 5.000 orang. Apalagi dengan kondisi cuaca yang sangat tidak bersahabat saat itu, yaitu beberapa derajat celcius di bawah titik beku. Namun rakyat Rusia telah menentukan sikap untuk tidak berpihak pada pihak-pihak yang terkait dengan musuh mereka di masa lalu, kini dan mendatang.


***

Sebagaimana selalu saya tekankan di blog ini bahwa komunisme adalah salah satu metode yang dilakukan yahudi untuk meraih kekuasaan. Caranya sama di mana-mana gerakan komunisme terjadi: menciptakan kondisi sosial ekonomi dan politik yang kacau, kemudian melancarkan pemberontakan (revolusi). Dan setelah kekuasaan diraih, mereka melakukan pembersihan (sebenarnya pembunuhan massal) terhadap kalangan kelas menengah terpelajar: profesional, agamawan, akademisi, perwira militer, birokrat, dan semua orang yang memiliki kecerdasan untuk melihat kebenaran dan meninggalkan orang-orang bodoh dan lemah yang gampang dieksploitasi.

Dan satu hal lagi, karena untuk melakukan itu semua diperlukan dana yang besar, para kapitalis yahudi dari Amerika, Inggris dan Eropa akan menggelontorkan dana yang dibutuhkan.

Yahudi tidak hanya menyumbangkan ide dan pemikiran tentang komunisme, namun juga menyediakan kader-kadernya yang paling "revolusioner progressif".

Tanpa banyak diketahui orang karena tidak pernah disebut-sebut dalam buku-buku sejarah, salah satu pendiri komunisme Uni Sovyet, Leon Trotsky (mana asli yahudinya Lev Bronstein), adalah penduduk New York. Bankir Wall Street, Jacob H. Schiff, lah yang membiayai semua biaya hidup Trotsky di ibukota yahudi internasional ini, termasuk untuk sewa apartemen yang dilengkapi lemari es yang kala itu termasuk barang paling mewah di dunia. Schiff, yahudi kelahiran Jerman tangan kanan bankir yahudi internasional paling legendaris, Rothschild, juga menyediakan limosin mewahnya untuk membawa Trotsky ke mana-mana, berjumpa dengan kolega-kolega komunisnya demi merencanakan proyek paling ambisius mereka: merebut kekuasaan negara aristokrat Kristen terakhir dan terkuat di Eropa yang masih bertahan dari pengaruh yahudi, yaitu Rusia.

Kala Alexander Kerensky (yahudi kripto alias yahudi yang menyamar sebagai bukan yahudi) menduduki kursi perdana menteri sementara setelah kaisar Nicholas Romanov II mundur dari kekuasaan, Schiff mengirim Trotsky bersama kader-kader komunis revolusioner lainnya ke Rusia melalui Swedia untuk selanjutnya dengan kereta api mereka menyelinap ke ibukota Rusia, St. Petersburg. Bersama mereka Trotsky membawa 20 juta dolar emas yang diberikan oleh Schiff.

Namun baru sampai di perairan Newfoundland, Kanada, kapal yang membawa mereka dihadang oleh kapal patroli Kanada sehingga orang-orang yahudi segera mengirim kepala inteligen Inggris di Amerika Utara, Sir William Wiseman, untuk menyelesaikan masalah. Dan karena Kanada adalah dominion Inggris, tentu saja Wiseman berhasil.

Wiseman adalah kolega dekat “Colonel” Mandell House, penasihat Presiden Woodrow Wilson, tokoh misterius di balik lolosnya UU Bank Sentral Amerika yang menjerat seluruh rakyat Amerika sejak tahun 1913 dalam sistem lintah darat yahudi hingga kini secara efektif hutang pemerintah Amerika telah mencapai $13 triliun, jumlah yang hanya bisa dibayangkan karena diperlukan ratusan truk untuk mengangkut uang sebanyak itu, dan jumlah yang "tidak terhingga" itu harus dicicil oleh seluruh rakyat Amerika setiap tahun dalam bentuk pajak. Wiseman juga berteman dengan Max Warburg (yahudi yang menjadi kepala inteligen dan bendahara kaisar Jerman), orang yang bertanggung jawab atas dihukum matinya Edith Cavell, seorang perawat jenius asal Inggris yang membongkar motif jahat perbankan yahudi ke publik tahun 1915. Menurut Edith dalam tulisannya di sebuah media massa Inggris, para bankir yahudi menyuplai senjata dan amunisi kepada 2 kubu yang bermusuhan dalam Perang Dunia I dan mengeruk keuntungan darinya. Dengan menggantung Edith, selain mencegah rahasia kejahatan semakin terbuka, para kapitalis yahudi juga menciptakan histeria massa anti-Jerman hingga menyeret Amerika ke medan perang dan orang-orang yahudi mendapatkan tiket ke Palestina.

Atas pengabdiannya, yahudi memberi hadiah kepada Wiseman berupa kepemilikan saham di bank Kuhn, Loeb & co. di New York.

Sementara itu dengan skenario liciknya Kerensky mengirim tentara-tentara Rusia ke medan perang Dunia II dan meninggalkan kaisar tanpa pelindung. Pada saat yang sama ribuan kader revolusioner komunis dari beberapa negara menyelinap ke ibukota untuk mengambil alih kekuasaan dan akhirnya membunuh kaisar dan seluruh keluarganya.

Setelah semua itu Kerensky pun mengamankan diri ke .... Amerika. Benar, tepatnya di kota Riley. Bahkan Trotsky, setelah tersingkir dari perebutan kekuasaan dengan saingannya, Stalin (perang antar geng mafia yahudi sebagaimana perang antara Meyer Lanski melawan Bugsy Siegel memperebutkan Las Vegas), mencari perlindungan kepada para bosnya di New York. Namun untuk tidak mempermalukan gerakan komunisme dan membuka kedoknya sebagai alat kapitalis yahudi, ia dilarang memasuki Amerika dan harus puas tinggal di Mexico. Dan karena sudah tidak dibutuhkan lagi sementara ia menyimpan banyak rahasia besar komunisme, ia pun dibunuh dalam pengasingannya, dengan pembunuhan yang khas yahudi, dengan kampak.

Mengapa kita tidak pernah mendengar ataupun melihat tulisan-tulisan maupun film tentang pembantaian rakyat Rusia oleh komunis? Dan mengapa hampir setiap hari kita dijejali oleh hal-hal tentang NAZI, HITLER, HOLOCOUST? Tidak lain karena yahudi menguasai sumber-sumber informasi dunia: media massa, penerbit dan jaringan toko buku.

Dalam tulisan terdahulu saya telah menyebutkan bahwa sebagian ahli sejarah menyebut pembantaian rakyat kulit putih Katholik Rusia oleh komunis yahudi mencapai 60 juta jiwa. Penulis dan korban komunisme Rusia yang selamat, Aleksandr Solzhenitsyn, menyebutkan bahwa komunis telah membantai 66 juta rakyat Uni Sovyet (Rusia, Ukraina dll). Dalam bukunya "200 Years Together" ia mengatakan polisi rahasia Sovyet (NKVD, KGB) didominasi oleh yahudi dan Revolusi Bolshevik adalah pekerjaan orang-orang yahudi. Dan sekali lagi, buku itu tidak bisa beredar luas di dunia karena pengaruh yahudi.

Pada tahun 1984 dalam sebuah wawancara dengan sebuah televisi Solzhenitsyn menyebut Amerika sebagai propinsinya Israel. Ia tahu betul bagaimana yahudi melakukan konspirasi menguasai dunia.


(Bersambung)

No comments: