Sunday, 5 February 2012

IRAN, SASARAN BERIKUT PARA BANKIR KAPITALIS YAHUDI


Kini terbuka sudah alasan zionis internasional menyerang Libya dan membunuh Moammar Khadaffi. Libya, bersama Syria dan

Iran, adalah sedikit dari beberapa negara yang masih "merdeka" dari infiltrasi perbankan internasional (baca yahudi) dan tidak memiliki hutang kepada negara dan lembaga keuangan asing. Dan Moammar Khadafi telah merencanakan untuk semakin melepaskan Libya dari jeratan perbankan internasional dengan mencampakkan dolar sebagai alat pembayaran penjualan minyaknya.

Lupakan soal isu nuklir, tujuan utama negara-negara barat menyerang Syria dan Iran adalah untuk menjadikan keduanya budak sistem keuangan internasional yahudi yang telah melilit dunia sejak beberapa abad lalu dan semakin mencekik di era modern ini.

Namun rakyat Syria dan Iran, sebagaimana juga Lebanon, Mesir, Tunisia, Irak, dan Afghanistan (kecuali Saudi Wahabiah dan negara-negara Arab badui di kawasan Teluk Parsi), telah sadar dengan bahaya itu. Mereka pun melawan, dan dalam hal Iran, perlawanan dipastikan akan lebih kuat.

"Barat harus sadar bahwa mereka tidak akan bisa memaksa Republik Islam Iran untuk tunduk kepada keinginan mereka dan meremehkan semangat Iran untuk meraih kejayaan dan kebebasan, menciptakan teknologi canggih dan menjaga hak-haknya," kata Kazem Jalali, anggota parlemen Iran baru-baru ini mengomentari sanksi ekonomi yang diterapkan Amerika dan Uni Eropa.

"Barat tengah berupaya mempolitisasi keadaan sebelum dilakukannya pembicaraan nuklir dengan Iran karena mereka sadar bahwa sanksi ekonomi terhadap Iran tidak akan berhasil karena dunia tidak terbatas pada mereka saja," tambahnya.

Tindakan sanksi ekonomi kepada suatu negara yang tidak melakukan pelanggaran internasional seperti Iran (Iran adalah anggota IAEA dan program nuklirnya adalah program yang legal) merupakan pelanggaran hukum internasional, setara dengan aksi
militer. Sanksi-sanksi tersebut di antaranya berbentuk larangan membuat kontrak baru perdagangan dan eksplorasi minyak dengan Iran dan menghentikan kontrak yang tengah berjalan terhitung mulai Juli tahun ini. Sanksi ekonomi juga berupa pembekuan asset-asset Iran di seluruh Eropa dan Amerika.

Namun seperti kata Jalali, sanksi-sanksi itu tidak akan efektif mempengaruhi ekonomi Iran. Iran masih memiliki pasar minyaknya sendiri. India, baru-baru ini menyatakan akan tetap membeli minyak Iran dengan menggunakan emas sebagai alat pembayarannya agar tidak bersinggungan dengan sanski yang diterapkan Amerika dan Eropa. Cina juga tidak bergeming untuk tetap membeli minyak Iran meski menkeu Amerika secara pribadi telah melakukan lobi ke Cina. Cina dan India adalah importir terbesar minyak Iran mencapai 40% total ekspor minyak Iran yang mencapai 2,5 juga barrel per-hari. Beijing juga menggunakan emas sebagai alat pembayaran minyak Iran.

Iran boleh saja terisolasi di Amerika dan Eropa, namun Iran masih memiliki sekutu-sekutu kuat. Iran dan Venezuela telah menandatangani proyek kerjasama senilai $4 miliar, termasuk di bidang perbankan. India telah menjamin akan membeli minyak
Iran karena Iran telah menjadi mitra bisnis yang menguntungkan India sejak lama. Yunani menentang sanksi ekonomi Uni Eropa karena mereka menikmati kemudahan yang diberikan Iran berupa fasilitas pembayaran berjangka untuk pembelian minyaknya. Korsel dan Jepang juga meminta pengecualian (untuk tidak turut mengenakan sanksi) karena mereka tergantung dengan suplai minyak Iran. Dan hubungan ekonomi Iran dengan Rusia semakin kuat dari tahun ke tahun.

Dan sekutu ekonomi terkuat Iran adalah Cina, importir terbesar minyak Iran. 15% dari total konsumsi minyak dan gas Cina berasal dari Iran, membuat Cina, sebagaimana juga Rusia, manganggap keamanan Iran sebagai keamanan mereka sendiri. Nilai perdagangan kedua negara mencapai $30 miliar setahun dan pada tahun 2015 nanti diproyeksikan akan mencapai $50 miliar. Pada dasarnya Cina bahkan akan diuntungkan dengan adanya sanksi Amerika dan Eropa karena Cina akan mendapatkan harga yang lebih murah.

Untuk memahami fenomena global dewasa ini adalah dengan memahami hubungan antara kepentingan zionisme dengan mata uang dolar sebagai alat pembayaran internasional. Minyak adalah "darah" bagi perekonomian dunia. Dan dolar adalah alat pembayaran bagi perputaran minyak di dunia. Sementara perang adalah "metode" untuk "mengatasi" masalah tersumbatnya perputaran tersebut.

Siapa bisa membantah bahwa kepentingan negara Israel tergantung pada perputaran dolar sebagai alat pembayaran minyak? Tentu saja rencana pembayaran minyak dengan emas mengganggu kepentingan Israel dan zionisme. Dan lebih mengganggu lagi jika
sebuah negara "bandhel" seperti Iran, atau Libya dan Syria, akan menggunakan cara lain dalam bisnisnya, lepas dari jeratan sistem keuangan global.

Melonjaknya harga minyak dunia akan memberikan keuntungan besar bagi para pedagang minyak dunia yang semuanya adalah para kapitalis zionis. Sudah barang tentu sebagian keuntungan itu akan mengalir ke Israel, negara bentukan keluarga Rothschild, bapak kapitalis internasional berdarah yahudi (Anda liberal idiot yang menganggap semuanya itu sebagai "teori konspirasi" belaka, silakan berkunjung ke gedung Mahkamah Agung Israel. Di sana, di atap gedung, terdapat dua simbol besar penyembahan setan, yaitu salib terbalik dan piramida dengan satu mata di tengahnya sebagaimana pada gambar mata uang dollar).

Setelah menghancurkan dan menguasai ladang minyak Irak dan Libya, para kapitalis internasional itu mengalihkan sasarannye ke ladang-ladang minyak Iran. Dengan menghancurkan ladang-ladang minyak Iran, harga minyak akan meroket dan durian runtuh akan menimpa para kapitalis yahudi internasional. Perang juga menjadikan sumber penghasilan lain bagi mereka yang tidak kalah menggiurkan: perdagangan senjata. Bahkan plastik pembungkus mayat terbuat dari bahan turunan minyak bumi.

Rockefeller, tokoh besar kapitalis internasional lainnya asal Amerika, mengatakan, "kompetisi adalah suatu dosa." Apalagi jika kompetitornya adalah negara seperti Iran meski Iran sebenarnya bukan ancaman bagi Amerika ataupun Israel, 2 negara yang telah menumpuk ratusan hingga ribuan bom nuklir yang tentu saja Iran sadar betul, menyerang keduanya berarti bencana besar bagi Iran. Namun jika Iran diserang, tentu ia tidak akan duduk berpangku tangan.

Mantan komandan Mossad, Meir Dagan, mengatakan dalam suatu acara talkshow, "Serangan Israel atas Iran akan menyeret dunia ke perang regional."

Menurut Dagan, sekutu Iran, Hamas dan Hizbollah akan membombardir Israel dengan roket dan rudal. Syria juga akan terlibat dalam perang dengan menggempur Israel. Israel dipastikan akan mengalami kehancuran hebat.


Sumber:
"Iran, Gold and Oil – The Next Banksters War"; Sartre – BATR January 29, 2012; dalam thetruthseeker.co.uk; 3 Februari 2012

No comments: