Wednesday 27 June 2012

KUDETA GAYA LAMA AMERIKA DI PARAGUAI

Gambar: Frederico Franco usai dilantik menjadi presiden setelah mengkudeta Fernando Lugo


"Kehancuran suatu bangsa dimulai saat hukum diperlakukan berbeda antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin," demikian sabda Nabi Mohammad S.A.W suatu ketika.

Pada tgl 1 Agustus 2004 terjadi kebakaran hebat di Ycuá Bolaños Supermarket, salah satu supermarket terbesar di Paraguai. Takut orang-orang berlarian membawa barang-barangnya tanpa membayar, sang pemilik supermarket memerintahkan penjaga keamanan untuk menutup semua pintu keluar. Akibatnya sebanyak 394 orang tewas terbakar hidup-hidup di dalam supermarket. Dan sebagaimana pernyataan Nabi tersebut di atas, sang pemilik supermarket, putranya, dan seorang petugas keamanan hanya mendapat hukuman ringan atas aksi biadab mereka yang telah melakukan pembunuhan massal.


Inilah Paraguai adanya. Saat diwawancarai CNN bersamaan dengan proses pemakzulan terhadap Presiden Paraguai Fernando Lugo, Jumat (22/6), Wapres Frederico Franco membuat pengakuan mengejutkan. Wartawan CNN mengajukan pertanyaan "standar" tentang ketidakadilan di Paraguai. "Benarkah 2% warga negara Paraguai memiliki 80% tanah?" tanya sang wartawan. Tanpa ekspresi sedikitpun yang menunjukkan keprihatinan ataupun canda, Franco menjawab, "Tidak, yang benar adalah 10% rakyat Paraguai memiliki 80% tanah."

Bagi Franco kesenjangan sosial tersebut dianggap biasa, dan itulah tipikal kalangan borjuis Paraguai sebagaimana ia. Pemakzulan terhadap Presiden Lugo, seorang pendeta pro-rakyat miskin, disebabkan oleh suatu insiden "kecil" yang biasanya cukup dipertanggungjawabkan oleh pejabat lokal. Sekelompok petani tanpa tanah di Canindeyu menduduki tanah subur di daerah perkebunan di Timur Laut negeri. Pada tgl 15 Juni polisi melakukan langkah keras yang mengakibatkan terjadinya bentrokan berdarah yang mengakibatkan 11 petani dan 6 polisi tewas.

Wapres Federico Franco yang melihat kesempatan untuk menjatuhkan Lugo dan merebut tahta kepresidenan langsung berupaya melakukan pemakzulan. Konstitusi yang dibuat paska tumbangnya diktator militer Stroessner (1954-1989) memungkinkan hal itu, meski caranya dianggap tidak patut.

Pada tgl 20 April 2008 untuk pertama kali setelah 61 tahun, Partai Colodaro yang dibentuk Stroessner, kehilangan kekuasaan setelah kalah dalam pemilu melawan Fernando Lugo. Namun akibat pemakzulan terhadap Lugo, Franco dan Partai Colorado yang militeristik pun sukses menduduki kursi presiden hingga pemilu mendatang yang dijadwalkan bulan April 2013. Saat itu Franco dan kelompok militer serta elit kapitalis pendukungnya telah memiliki cukup amunisi untuk memenangkan pemilu daripada saat Paraguai dipimpin oleh Lugo. 

"Legal tapi tidak legitimet," komentar Presiden Ecoador Rafael Correa tentang pemakzulan terhadap Lugo. Negara-negara Amerika Latinpun beramai-ramai mengecam pemakzulan "aneh" yang hanya membutuhkan waktu hanya sehari tanpa kesiapan Presiden Lugo untuk mempertahankan diri. Argentina dan Uruguai langsung memanggil pulang duta besarnya di Asuntion, ibukota Paraguai, dan negara-negara Amerika Latin lainnya menganggap pemakzulan sebagai kudeta serta menyatakan tidak akan mengakui pemerintahan Franco. Minggu depan akan diadakan pertemuan UNASUR, organisasi kerjasama negara-negara Amerika Selatan, untuk membahas sanksi terhadap Paraguai.   

Berbeda dengan pemerintah dan media massa Amerika Selatan, pemerintah dan media massa Amerika seolah diam seribu bahasa mengenai krisis politik di Paraguai. Dan saat akhirnya memberikan keterangan pers soal pemakzulan terhadap Presiden Paraguai, Selasa (26/6), Presiden Barack Obama memberikan keterangan yang mendukung langkah pemakzulan dan menyebutnya sebagai "bukan kudeta".

“Sesuatu telah membusuk di negeri Denmark,” kata tokoh Marcellus dalam drama karangan Shakespeare. “Banyak hal telah membusuk di Paraguay,” kita bisa katakan saat ini.

Beberapa menit setelah parlemen Paraguai memakzulkan Presiden Lugo, polisi menembak mati beberapa demonstran di depan gedung parlemen. Peristiwa itu ditayangkan langsung oleh televisi Venezuela "teleSUR", namun CNN yang sebelumnya mewawancarai Wapres Franco menyembunyikan peristiwa dramatis tersebut. CNN dan media-media massa Amerika juga berupaya menyembunyikan reaksi keras negara-negara Amerika Selatan terhadap pamakzulan tersebut.

Proses pemakzulan terjadi hari Jum'at sore (22/6), saat orang-orang tengah mempersiapkan liburan akhir pekan. Presiden Lugo sendiri hanya memiliki waktu beberapa jam untuk mepersiapkan diri setelah pengumuman rencana pemakzulan oleh parlemen yang dilakukan pada hari Kamis. Tidak hanya prosesnya yang begitu mendadak, kesalahan yang ditimpakan pada Presiden Lugo juga tidak proporsional. Proses pemakzulan tersebut seolah mengolok-olok konstitusi.

Tidak adanya reaksi pemerintah Amerika dan media Amerika dan fakta bahwa kekuasaan kini telah beralih ke tangah sekutu utama Amerika menunjukkan Amerika terlibat dalam kudeta tak berdarah ini.



Sumber:
"American-backed Putsch in Paraguay"; Roy Tov; roytov.com; 24 Juni 2012

No comments: