Monday 11 June 2012

LEPASKAN SANDERA, MARI BERHADAPAN

Pemimpin Hizbollah Sayyed Hassan Nasrallah benar-benar jengkel dengan ulah para teroris yang telah menculik warga Shiah Lebanon yang tengah menjalankan ziarah ke tempat-tempat suci di Syria. Dan ia lebih marah lagi setelah para penculik yang adalah pemberontak Syria bekerjasama dengan para komprador zionis internasional, menuntut Hizbollah untuk meminta ma'af karena sikapnya mendukung pemerintahan Bashar al Assad.

"Jika Anda mempunyai masalah dengan kami, datanglah dan mari kita selesaikan masalah itu, namun jangan gunakan orang-orang tak berdosa sebagai sandera," kata Nasrallah di sela-sela acara peringatan kematian Ayatollah Khomeini di Beirut awal bulan ini.

"Jika masalahnya adalah dengan kami, ada banyak cara untuk menyelesaikannya. Kami siap untuk menyelesaikannya dengan cara yang Anda inginkan, baik dengan cara damai maupun perang," tambahnya.

Menurut Nasrallah masalah penculikan adalah tanggungjawab pemerintah. "Ini adalah tanggungjawab pemerintah. Mungkin kami bisa membantu, namun ini tanggungjawab sepenuhnya pemerintah. Saya minta keluarga dan kerabat korban penculikan untuk bersabar dan memberi kesempatan kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini," kata Nasrallah.

Kepada para penculik, Nasrallah menghimbau mereka untuk membuktikan klaim mereka bahwa yang mereka lakukan tidak terkait dengan masalah sektarianisme. "Anda mengatakan kemarin bahwa ini tidak ada kaitan dengan sektarianiems, maka Anda harus membuktikannya. Jika Anda mempunyai masalah dengan Hizbollah, atau dengan gerakan Amal (kelompok Shiah Lebanon di luar Hizbollah, maka para sandera itu masalah lain yang terpisah dan Anda bisa datang ke kami dan menyelesaikan masalah dengan kami," kata Nasrallah.

"Menggunakan para peziarah tak berdosa sebagai sandera untuk menyelesaikan masalah Anda, apapun masalah itu, adalah kesalahan besar yang harus ditinggalkan," tambah Nasrallah.

Saat ini terdapat 11 sandera jemaah Shiah Lebanon yang disandera kelompok pemberonak Syria, setelah sebagian dari mereka dibebaskan. Mereka diculik di Aleppo, Syria, tgl 22 Mei lalu dalam perjalanan pulang setelah berziarah ke tempat-tempat suci Shiah di Iran. Sebagian sandera yang dibebaskan, yaitu para peziarah wanita, mengalami penyiksaan.



AL JAZEERA TAYANGKAN SANDERA


Seolah mengkonfirmasi keterlibatan Qatar dalam aksi-aksi penyanderaan para peziarah Shiah oleh kelompok-kelompok ekstremis Salafi, televisi Qatar,  Al-Jazeera hari Sabtu lalu (9/6) "berhasil" menayangkan gambar para sandera di tempat penahanan mereka. Gambar yang direkam antara tgl 5 atau 6 Juni tersebut menunjukkan 11 sandera duduk di dalam ruangan dan mereka satu demi satu memperkenalkan diri dan menyatakan kondisi mereka yang baik.

Di akhir penayangan, para penyandera menyatakan bahwa para sandera akan diserahkan kepada "pemerintahan baru Syria". Mamun mereka mengisyaratkan kesediaan untuk berunding.

"Namun berdasar perkembangan yang terjadi, menyerahkan sandera kepada negara-negara tetangga mungkin bisa dirundingkan," demikian pernyataan mereka.



KETERLIBATAN TURKI, QATAR, SAUDI, AMERIKA DAN ISRAEL


Beberapa waktu lalu beberapa orang pekerja teknik Iran diculik oleh kelompok pemberontak Syria. Namun setelah mengetahui pihak-pihak sebenarnya yang bertanggungjawab serta bukti-buktinya, Iran berhasil menekan Turki untuk membebaskan mereka. Penculikan itu sama dengan yang menimpa para peziarah Shiah Lebanon. Hal ini disebutkan oleh Nidal Hmedeh dalam artikelnya di situs berita "Almanar" tgl 8 Juni lalu berjudul "Qatari-Turkish Kidnapping Strategy from Iranian Engineers to Lebanese Pilgrims....".

Sebagaimana ditulis dalam artikel tersebut, para penculik menyebutkan bahwa para sandera sempat berada di sebuah tempat di wilayah Turki di perbatasan dengan Syria. Penculik juga menyebut mereka sebagai anggota kelompok Ammar Al-Wawi dan Azzaz.

Menurut sumber-sumber dari kelompok pemberontak Syria perubahan nama-nama kelompok yang bertanggungjawab, salah satunya dengan memindah-mindahkan tawanan di antara kelompok-kelompok militan, merupakan strategi untuk membuat kasus tersebut menjadi rumit dan telah dilakukan inteligen Turki, termasuk yang diterapkan terhadap penawanan para teknisi Iran.

Menurut sumber yang sama, selain melibatkan banyak kelompok, penyanderaan juga melibatkan "pasar uang". Qatar adalah yang pertama menawarkan diri melalui Burhan Ghalioun, sejumlah uang senilai $7 juta untuk menjaga para tawanan. Arab Saudi juga memberikan penawarannya yang tidak kalah menarik dan meminta "General Authority for Syrian Revolt" untuk menjaga tawanan.

Keterlibatan Amerika dan Israel juga tidak bisa disingkirkan begitu saja. Seorang sumber dari kelompok pemberontak Syria menyebutkan bahwa kasus penyanderaan ini melibatkan plot yang lebih besar dari sekedar kelompok Al-Wawi dan Free Syrian Army, karena juga melibatkan Amerika dan Israel.

Peneliti Afrika dan Timur Tengah dari "International Relations and Foreign Dialogue Institution in Spain", Mikael Berrah, menyebutkan dibantahnya sendiri pernyataan Turki tentang keberadaan sandera di wilayahnya adalah akibat adanya tekanan dari Amerika karena mereka tahu, Hizbollah telah berhasil dipancing dalam masalah ini.

Sedangkan antifis "Syrian Observatory for Human Rights", Rami Abdulrahman, ketika ditanya mengenai keterlibatan Turki dalam masalah sandera ini menyebutkan bahwa semua faksi pemberontak Syria berhubungan dengan inteligen Turki dan karenanya Turki pasti mengetahui keberadaan mereka.

Pemerintah Lebanon sendiri, dipimpin langsung oleh PM Najib Miqati telah menemui pemerintah Turki untuk mengupayakan pembebasan para sandera, namun sejauh ini belum menunjukkan hasil.



Sumber: almanar.com.lb; 1 Juni 2012, 8 Juni 2012 dan 9 Juni 2012

No comments: