“Apakah kami berbohong, apakah kami melakukan suatu rekayasa ataupun tidak, saya tidak peduli. Hasil akhir menjadi penentu kebenaran. Apakah kebenaran itu? Kekuatan adalah kebenaran, kekuatan adalah kebenaran. Ya begitulah. Kekuatan adalah kebenaran.
Ini adalah permainan kekuasaan Machiavelli. Ini adalah tentang geopolitik, bagaimana permainan kekuasaan dan peperangan terjadi. Saya mengerti benar bagaimana semua itu bekerja karena saya berasal dari keluarga politisi yang berkecimpung dalam dunia politik selama 60 tahun terakhir.
Lihatlah, saya mempunyai akses informasi milik CIA dari seluruh penjuru dunia. Mereka mengundang saya dan saya memberikan nasihat-nasihat kepada mereka. Saya mengetahui dengan pasti apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi.”
Demikian pernyataan Ziad Abdel Nour dalam buku “Faking the Case Against Syria" yang ditulis Trish Schuh tahun 2005. Pernyataan itu mengkonfirmasi apa yang terjadi di Syria saat ini, sebuah konspirasi global untuk mendepak pemerintahan presiden Bashar al Assad dengan cara apapun, termasuk menyembelih dan menembaki anak-anak kecil dan menimpakan kesalahan pada Bashar al Assad.
Pernyataan-pernyataan selebihnya semakin mengukuhkan adanya konspirasi jahat tersebut:
“Pemerintahan Syria dan Lebanon akan diganti, tidak peduli mereka suka ataupun tidak, melalui kudeta militer atau cara lain, dan kami sedang melakukannya. Kami tahu dengan pasti siapa yang bakal menggantikan mereka. Kami bekerjasama dengan pemerintahan presiden Bush.
Regim Bashar al Assad dan Emile Lahoud (presiden Lebanon tahun 2005, seorang Kristen sekutu Syria, Iran dan Hizbollah yang anti-Israel) akan tumbang, tidak peduli mereka salah ataupun benar. Ketika kami menyerbu Irak kami tidak peduli apakah Irak memiliki senjata pemusnah massal ataupun tidak, kuncinya adalah: kami menang. Saddam pun terdepak. Apapun yang kami inginkan bakal kesampaian. Iran? Kami tidak akan pernah membiarkannya memiliki senjata nuklir. Kami akan menemukan caranya, alasan untuk menghancurkan Iran dan kami tidak peduli alasan apapun itu. Tidak ada ruang bagi negara-negara pembangkang di dunia ini.
Saddam mencoba menggertak kami dengan kekuatan. Silakan saja, nyatanya kami lebih kuat. Ia terjungkal. Ia selesai. Demikian juga Iran dan semua negara Arab yang sepertinya akan berakhir. Karena tidak ada ruang bagi kami para kapitalis dan multinasionalis di dunia ini untuk berdampingan dengan regim-regim seperti itu.
Ini semua tentang uang dan kekuasaan. Dan kesejahteraan serta demokrasi harus ditebarkan ke seluruh dunia. Mereka yang mendukung globalisasi (liberalisasi; blogger) akan mendapatkan banyak uang, menjadi bahagia, keluarganya berbahagia. Dan mereka yang menentangnya akan dihancurkan, suka ataupun tidak suka."
Ziad Abdel Nour, adalah penjilat pantat zionisme sejati. Ia adalah pemilik "Blackhawk Partners" perusahaan kontraktor keamanan dan aktif di beberapa kelompok organisasi dan LSM neocon Amerika (penabuh genderang perang demi kejayaan Israel Raya) seperti "United States Committee for a Free Lebanon" dan "Jewish Institute for National Security Affairs". Ia juga berteman dekat dengan para zionis radikal seperti Michael Rubin dari "American Enterprise Institute", Paula Dobriansky, James Woolsey, Frank Gaffney, dan Daniel Pipes. Mereka lah yang menjadi perancang skenario semua peperangan dan teror yang melanda Timur Tengah saat ini.
Ia dan teman-temannya boleh saja membusungkan dada setelah sukses menggulung regim Taliban di Afghanistan serta Saddam Hussein di Irak, plus keberhasilan mengusir tentara Syria dari Lebanon tahun 2005. Namun Tuhan berkehendak lain dan Tuhan adalah sebaik-baik konspirator. Setahun kemudian Israel dihancurkan Hizbollah di Lebanon dan ditendang HAMAS dari Gaza tahun 2009. Akhir tahun 2011 Amerika ditendang oleh regim Nuri Al Maliki dari Irak yang kini justru bersekutu dengan Iran dan membentuk pemerintahan bersama musuh nomor 1 Amerika di Irak, Muqtada al Sadr. Dan sementara Amerika dan sekutu-sekutunya bersiap-siap hengkang dari Afghanistan, Presideh Hamid Karzai justru merapat ke Iran dan Rusia.
Ia tentu tidak akan seoptimis tahun 2005 setelah melihat semua upaya kelompoknya gagal di Syria, meski telah melakukan satu tindakan paling keji, yaitu pembantaian Houla.
Sumber:
""Might Makes Right" Says Conspirator of Syrian-Iranian Conquest"; Tony Cartalucci; dalam almanar.com.lb; 6 Juni 2012
No comments:
Post a Comment