Iran kembali menunjukkan ketegarannya menghadapi tekanan zionis internasional terkait isu program nuklir Iran. Pemimpin tertinggi Iran mengancam akan membalas Israel tanpa ampun jika berani menyerang Iran.
"Setiap serangan oleh Israel atas Iran akan berbalik menghantam Israel bagaikan petir yang menyambar," kata pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenai, Minggu (3/6), dalam pidato yang disampaikan pada peringatan kematian pemimpin Revolusi Iran Ayatollah Khomeini tahun 1989.
Di tengah spekulasi yang semakin kuat bahwa Israel dan Amerika akan menyerang Iran musim panas ini, pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa Iran tidak akan melakukan kompromi atas program pengembangan nuklirnya dan siap menghadapi konsekwensi terburuk.
Menurut Khamenei ancaman-ancaman Israel terhadap Iran adalah untuk menutupi kelemahan sendiri. Menurutnya saat ini Israel tengah dilanda ketakutan setelah kehilangan sekutu utamanya, Husni Mubarak. Ia juga menyebut tuduhan-tuduhan tentang pengembangan senjata nuklir Iran sebagai kebohongan. "Saya katakan mereka berbohong. Mereka menipu," kata Khamenei.
"Apa yang mereka takutkan, dan harusnya mereka memang takut, bukanlah senjata nuklir melainkan negera Iran yang Islamis," tambah Khamenei.
Menurut Khamenai sanksi-sanksi yang dikenakan barat terhadap Iran tidak memberikan dampak apapun bagi Iran bahkan justru membuat Iran kuat.
"Rakyat Iran telah membuktikan bahwa mereka bisa berkembang maju tanpa dukungan Amerika, bahkan saat menjadi musuh Amerika," kata Khamenei.
Pernyataan Khamenei ini mendapat perhatian serius negara-negara P5+ (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, Cina dan Jerman) yang terlibat dalam perundingan nuklir Iran yang akan memasuki putaran ketiganya tgl 18 dan 19 Juni mendatang di Rusia.
Amerika dan Israel telah berulangkali menyampaikan ancamannya untuk menyerang Iran jika upaya diplomatik gagal tercapai. PM Israel Nethanyahu bahkan pernah mengingatkan bahwa Israel akan mengabaikan upaya diplomatik yang tengah dijalankan negara-negara P5+1 jika memutuskan menyerang Iran.
REAKTOR NUKLIR ISRAEL DIINCAR
Sementara itu seorang penasihat militer Khamenei pada hari Sabtu (2/6) mengancam Israel dengan mengatakan bahwa Iran akan merespon serangan Israel secara proporsional, di antaranya dengan menyerang reaktor-reaktor nuklir Israel.
Jendral Yahya Rahim Safavi, sang penasihat pemimpin tertinggi Iran kepada kantor berita Iran Fars News Agency, mengatakan, meski Israel dan Amerika berulangkali menyatakan ancamannya, kondisi sesungguhnya tidak mendukung aksi serangan militer terhadap Iran.
"Mereka mungkin bisa memulai serangan, namun mereka tidak akan bisa menghentikan (peperangan) kecuali dikehendaki Iran," kata Safavi.
Menurut Safavi kondisi domestik Amerika dan Israel kurang mendukung dilakukannya perang baru di Timur Tengah. Presiden Obama ingin kembali terpilih menjadi presiden sementara kabinet Israel dalam kondisi retak, sebagian menyetujui serangan dan sebagian lainnya menentang. Peperangan akan memecah pemerintahan koalisi Israel.
Safavi juga memperingatkan bahwa sebagian besar rakyat Israel sendiri dilanda ketakutan jika benar terjadi perang melawan Israel. "Para zionis hidup dalam situasi internasional yang membuat sejuta lebih rakyat Israel akan melarikan diri dari Israel dalam 1 atau 2 minggu jika terjadi perang melawan Iran. Keberadaan rakyat Israel sangat riskan," tambahnya.
Meski demikian, dalam kondisi perang Safavi meyakinkan bahwa Iran akan bertindak "cermat" dan "proporsional". "Kami akan melukai mereka seperti mereka melukai kami," sebuah ungkapan untuk mengatakan bahwa Iran akan membalas menyerang fasilitas nuklir Israel jika fasilitas nuklirnya diserang.
Safavi selanjutnya menegaskan bahwa seluruh Israel dan kepentingan Amerika di Timur Tengah berada dalam jarak jangkau rudal-rudal Iran dan Hizbollah kemungkinan besar akan bergabung dengan Iran untuk melakukan serangan balasan dengan ratusan ribu roket dan rudal.
Sumber:
"Iran supreme leader warns: ‘Thunder will fall on Israel if it attacks’"; AFP; 3 Juni 2012
"Iran official hints Dimona reactor may be targeted"; Dudi Cohen; YNet News; 3 Juni 2012
No comments:
Post a Comment