Friday, 1 June 2012

HASIL PENYIDIKAN: PEMBANTAIAN SYRIA OLEH PEMBERONTAK

Laporan ini tentu saja tidak akan pernah dimuat di media-media massa "mapan" dalam dan luar negeri. Tapi blog ini akan menyampaikannya kepada pengunjung sebagai bentuk "check and balance" dari opini publik yang dibentuk media-media massa mapan "zionist ass sucker" yang selalu memojokkan pemerintah Syria, salah satu regim terakhir Arab yang masih berdiri menentang dominasi zionisme.

Laporan awal dari komisi penyidikan pembantaian Houla, Syria, yang dibentuk pemerintah Syria menyimpulkan bahwa pelaku pembantaian di Houla tgl 19 Mei lalu adalah pasukan pemberontak, dan para korbannya adalah anggota keluarga orang-orang yang menolak bergabung dengan pemberontak.



"Para korban berasal dari keluarga-keluarga pecinta perdamaian yang tidak akan mau berdiri menentang negara dan tidak pernah bergabung dalam aksi-aksi demo anti pemerintah atau membantu pemberontakan bersenjata, dan yang menentang keberadaan kelompok-kelompok teroris bersenjata," tulis kantor berita Syria SANA mengutip laporan tim penyidik.

Menurut laporan tersebut ditemukan pula bukti-bukti bahwa para korban tewas karena ditembak dari jarak dekat atau dianiaya dengan benda tajam, bukan oleh tembakan bom. Selain itu laporan juga menyebutkan bahwa para pemberontak yang berada di al-Houla membantai para korban dalam satu proses penyerangan terhadap aparat keamanan yang tidak berada di lokasi pembantaian.

Dalam konperensi pers yang diadakan di kantor kemenlu Syria, Kamis (31/5), ketua tim penyidik Brigjen Qassem Jamal Suleiman mengatakan bahwa penyidikan masih pada tahap awal dan masih akan berlanjut. Ia menambahkan bahwa komisi penyidik mendasarkan penyidikannya pada kesaksian para saksi mata yang melihat pembantaian tersebut terjadi yang bisa diverifikasi langsung. Sebagian saksi tersebut, menurut Suleiman, akan tampil di televisi, untuk meyakinkan kesaksian mereka.


YANG SEBENARNYA TERJADI DI SYRIA

Saya (blogger) pernah melihat rekaman video kerusuhan Houla, Syria, yang ditayangkan sebuah televisi nasional. Video itu menunjukkan aktivitas sekelompok pemberontak Syria. Seorang di antara pemberontak berdiri dengan tenang, kemudian menembakkan senjata RPG-nya ke sebuah gedung tinggi. Ledakan kemudian tampak di bagian atas gedung yang terkena tembakan. Beberapa hari kemudian televisi yang sama kembali menayangkan gambar tersebut, namun bagian pemberontak menembakkan RPG-nya sudah dipotong dan menyisakan gambar ledakan di gedung tinggi. Di bagian bawah gambar tertayang "caption" tentang pemboman yang dilakukan pasukan pemerintah atas Houla.

Kedua rekaman video tersebut juga beredar di seluruh dunia hingga menimbulkan banyak pertanyaan tentang kebenaran "klaim" media massa tentang kesalahan pemerintah Syria dalam tragedi Houla. Jika pasukan pemerintah memang melakukan bombardir, bukankah semua gedung tinggi di Houla sudah hancur? Video itu juga menunjukkan justru para pemberontak-lah yang melakukan penghancuran atas Houla. Gedung tinggi yang ditembak pemberontak dengan RPG sama sekali bukan sasaran militer. Dan sudah menjadi pemberitaan luas bahwa pemberontak juga memiliki senjata mortar, roket hingga rudal jinjing.

Sebagian besar korban pembantaian Houla mengalami luka tembakan jarak dekat. Ini mengindikasikan pelaku pembantaian adalah para pemberontak sendiri yang menguasai Houla. Dan jika sebagian korban lainnya meninggal karena pemboman, para pemberontak juga mempunyai kemampuan untuk melakukannya, jauh dari tuduhan bahwa pemboman itu hanya bisa dilakukan pasukan pemerintah.

Namun meski laporan-laporan saksi mata maupun tim penyidik pemerintah menunjukkan pemberontak sebagai pelaku pembantaian, media massa "mapan", termasuk di Indonesia terus-menerus menjejali masyarakat dengan informasi palsu tentang kejahatan pemerintah Syria hingga menimbulkan kemuakan bagi orang-orang yang bersikap kritis.

"Setiap kali terjadi serangan teroris di Syria, media-media massa barat dan pemerintahnya segera menuduh pemerintah Syria sebagai dalang pelakunya, sehingga semakin meyakinkan para teroris dukungan barat dan Saudi untuk terus meningkatkan serangan terorisnya. Dengan kata lain, dengan dukungan mereka terhadap para teroris, tangan-tangan pemerintahan barat dan Saudi berlumuran darah para korban serangan teroris yang mereka coba mencucinya dengan cara mengalihkan tuduhan kepada pemerintahan Bashar al Assad," kata  analis politik Timur Tengah dari Tehran University, Professor Mohammad Marandi Marandi, kepada kantor berita FNA, Selasa (29/5).

Konspirasi jahat terhadap Syria terkadang bahkan menjadi skandal memalukan. Media massa seprestisius BBC Inggris bahkan rela menanggung resiko kehancuran reputasinya dengan memuat foto palsu demi mendeskreditkan pemerintahan Syria. Pada tgl 27 Mei lalu mereka memuat foto korban pembantaian massal di Irak yang mereka klaim sebagai korban pembantaian di Houla. Kalau saja sang fotografer tidak memprotes, mungkin foto itu masih terus terpajang di halaman situs BBC. Dan bahkan meski Marco Di Lauro telah memprotes, BBC sama sekali tidak menyatakan permohonan ma'af kepada masyarakat tentang foto palsu yang mereka muat.

"Seseorang (BBC) telah menggunakan foto saya secara ilegal untuk keperluan propaganda anti Syria. Hari ini, Minggu 27 Mei pukul 07.00 waktu London, situs BBC memuat foto yang saya ambil di Al Mussayyib Iraq tgl 27 Maret 2003. BBC menyebut foto tersebut sebagai pembantaian di Houla. "Caption" foto tersebut menyebutkan foto tersebut menunjukkan korban pembantaian di Houla dan foto diterima dari seorang "aktifis yang tidak dikenal". Seseorang menggunakan foto saya untuk tujuan propaganda anti pemerintah Syria," kata Di Lauro kepada wartawan.

Foto yang diambil Lauro (dan secara ilegal diklaim BBC) menunjukkan seorang anak yang melompati deretan mayat yang terbungkus kain putih di dalam ruangan suatu sekolah di Al Musayyib, 40 km selatan Baghdad. Mayat-mayat tersebut adalah sebagian dari sekitar 10,000 hingga 15,000 warga Syiah Irak yang dibantai oleh regim Saddam Hussein tahun 1991.

(Faktanya orang-orang Shiah-lah yg selalu menjadi korban tindakan keji para pelaku kerusakan, namun mereka yang selalu dituduh sebagai pelaku kekejian. Tidak ada orang Shiah yang membunuh orang yang tengah beribadah atau merusak tempat-tempat ibadah orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka. Masjid mereka lah yang selalu dibom oleh para pelaku kerusakan dan para peziarah tempat suci mereka yang menjadi sasaran serangan bom. Terakhir para peziarah Shiah Lebanon diculik oleh para pemberontak Syria dan 11 di antara mereka sampai kini masih meringkuk di sel persembunyian.)

Pada bulan Oktober tahun lalu kondisi sebenarnya mulai membaik di Syria setelah pemerintah memulai program reformasi sosial-politiknya secara komprehensif. Dan dua bulan lalu blog ini memperkirakan kerusuhan akan segera berakhir setelah benteng pertahanan pemberontak di Homs berhasil direbut pasukan pemerintah. Namun zionisme internasional, terutama negara-negara Arab pro-zionis seperti Saudi dan Qatar sudah kepalang basah memutuskan tetap bertahan dengan upaya penggulingan regim presiden Bashar al Assad, pemimpin Arab terakhir selain pemimpin HAMAS Palestina, yang berani berkata "tidak" pada zionis internasional.

Media Amerika "Washington Post" telah melaporkan bahwa para pemberontak Syria telah mendapatkan bantuan senjata besar-besaran dalam minggu-minggu terakhir. Senjata-senjata tersebut dibayar oleh negara-negara Arab pro-zionis dan disalurkan oleh inteligen Amerika dan Israel. Menurut harian ini gudang senjata telah dibangun di beberapa tempat seperti di Damascus, Idlib yang berdekatand dengan perbatasan Turki, serta Zabadani yang berbatasan dengan Lebanon. 






Sumber:  
almanar.com.lb; 1 Juni 2012
"Footage Reveals Terrorists’ Role in Houla Massacre"; Fars News Agency; 29 Mei 2012
 



Artikel mendatang: "Lelang Jihad di Saudi". Berisi tentang kegiatan pelelangan anak-anak muda calon pelaku serangan teroris oleh orang tua mereka demi mendapatkan setumpuk uang. Pelelangan dilakukan di suatu tempat di Saudi Arabia.

No comments: