Saturday, 16 June 2012

TAKUT INTERVENSI, NATO LANCARKAN PERANG PROPAGANDA

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen sangat tepat saat mengatakan pada hari Rabu (13/6) bahwa intervensi militer terhadap Syria bukan jalan yang tepat. Hal ini tidak lain karena Rusia telah menunjukkan tekadnya untuk "pasang badan" melindungi sekutu utamanya di Timur Tengah itu. Terakhir dengan pengiriman sistem pertahanan udara dan helikopter tempur ke Syria, Rusia mengisyaratkan kesiapannya untuk "turun gelanggang".

Tanpa Rusia saja Amerika dan NATO akan kesulitan menundukkan Syria yang didukung Iran, Hizbollah, dan diam-diam juga didukung Lebanon dan Irak. Pengalaman di Irak dan Afghanistan menunjukkan betapa keunggulan militer saja tidak akan cukup menundukkan semangat suatu bangsa. Maka Amerika, NATO dan antek-antek zionis internasional memutuskan untuk melancarkan perang propaganda besar-besaran.


Tidak lama lagi mungkin televisi-televisi lokal Syria bakal mengalami "pembajakan". Tanpa bisa dicegah CIA menayangkan serangkaian siaran yang menggambarkan pembantaian yang dilakukan pasukan pemerintah, disusul oleh aksi-aksi demonstrasi mengutuk pembantaian tersebut, selanjutnya pengunduran diri besar-besaran para pejabat Syria, Presiden Bashar al Assad melarikan diri dan pemberontak mengusai pusat-pusat kota, dan terakhir terbentuknya pemerintahan baru yang menghuni istana kepresidenan.

Operasi disinformasi (tipuan informasi) ini dirancang di Washington oleh Benjamin "Ben" Rhodes, penasihat keamanana nasional untuk strategi komunikasi, ditujukan untuk menghancurkan moral rakyat Syria sehingga memicu terjadinya kudeta atas pemerintahan.

Liga Arab secara resmi telah meminta operator satelit Arabsat dan Nilesat untuk menutup siaran media-media elektronik Syria baik milik pemerintah maupun swasta (Syria TV, Al-Ekbariya, Ad-Dounia, Cham TV, dll.). Langkah serupa juga telah dilakukan terhadap Libyan TV kala zionis internasional berupaya mendongkel regim Moammar Khadaffi.

Sebenarnya semua langkah-langkah tersebut hanya puncak dari gunung es. Sebuah kampanye propaganda besar-besaran tengah dilakukan dan akan dilakukan koalisi Amerika-Israel dan antek-anteknya. Menurut sumber-sumber inteligen internasional, beberapa pertemuan internasional telah dilakukan untuk membahas rencana aksi propaganda anti-Syria tidak lama berselang. Pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan di Doha, Qatar, yang membahas aspek teknis dari kampanye tersebut. Sedang pertemuan ketiga dilakukan di Riyadh, Saudi, yang membahas aspek politik.

Pertemuan pertama dihadiri oleh pejabat-pejabat jaringan media internasional yang merangkap sebagai agen-agen dinas inteligen barat. Media-media yang terlibat di antaranya adalah Al-Arabiya (Saudi), Al-Jazeera (Qatar), BBC (Inggris), CNN, MTV dan Fox (Amerika), France 24 (Perancis), dan Future TV (milik mantan PM Lebanon Saad Hariri). Sudah menjadi pengetahuan luas kalangan inteligen internasional bahwa sejak tahun 1998 para pejabat US Army Psychological Operations Unit (PSYOP) telah disisipkan ke dalam struktur organisasi media CNN. Sejak saat itu "kerjasama" antara inteligen dengan media massa barat terus diperluas.

Mereka menciptakan informasi-informasi palsu berdasar skrip “story-telling” yang dibuat oleh tim Ben Rhodes di Gedung Putih. Sebuah prosedur standar validasi informasi ditetapkan dimana media-media media saling menayangkan informasi palsu yang dibuat oleh satu media. Skenario tidak hanya melibatkan media-media lokal "liberal sekuler" yang menjadi "binaan" CIA seperti Barada, Future TV, MTV, Orient News, Syria Chaab, Syria Alghad, namun juga jaringan media "religius" milik orang-orang wahabi-salafi yang menyerukan slogan-slogan sektarian seperti “Kristen hengkang ke Beirut, Alawit ke kuburan".

Pertemuan kedua melibatkan terutama para ahli informasi dan komunikasi, membahas aspek-aspek teknis seperti bagaimana menciptakan gambar-gambar fiksi, mencampurkan gambar-gambar nyata dengan disain grafis komputer. Dalam beberapa minggu terakhir sebuah studio telah dibangun di Saudi dengan obyek berupa model bangunan Istana Kepresidenan Syria serta jalan-jalan utama kota Damaskus, Aleppo dan Homs. Studio seperti ini sebenarnya telah dibangun di Doha namun diabaikan karena dianggap masih kurang memadai.

Pertemuan ketiga yang berlangsung di Riyadh dipimpin oleh Jendral James B. Smith, dihadiri oleh dubes Amerika, wakil dari Inggris, pangeran Bandar Bin Sultan (saking dekatnya pangeran ini dengan mantan presiden Amerika George Bush, Bush mengadopsi seorang anak yang diberi nama sama dengan nama pangeran Bandar bin Sultan. Media Amerika menyebutnya sebagai Bandar Bush) Dalam pertemuan tersebut dikoordinasikan aksi-aksi propaganda yang melibatkan kelompok oposisi Free Syrian Army, yang sebagian besar anggotanya adalah milisi bayaran pangeran Bandar.

Sebenarnya operasi propaganda ini telah berlangsung selama berbulan-bulan lalu, namun Amerika memutuskan untuk mengintensifkannya setelah jelas bahwa Rusia siap untuk menantang intervensi militer barat dengan kekuatan senjata.

Secara umum operasi ini mempunyai 2 tujuan, pertama menyebarkan informasi palsu dan kedua menyensor informasi-informasi media yang beredar.

Menghancurkan siaran TV-TV satelit untuk kepentingan militer bukanlah hal baru. Di bawah tekanan Israel Amerika dan Eropa menyensor saluran-saluran televisi Palestina, Irak, Libya dan Iran.

Penggunaan informasi palsu untuk tujuan propaganda bukan hal yang baru. Peristiwa-peristiwa sejarah klasik seperti Revolusi Inggris, Revolusi Perancis, dan Revolusi Bolshevik memperlihatkan bagaimana peran informasi palsu untuk menciptakan kondisi sosial politik yang diinginkan. Kalau saat ini orang-orang zionis internasional menggunakannya, mereka hanya meneruskan apa yang dilakukan orang-orang yahudi revolusionis di masa lalu.

Di antara contoh terkini penggunaan informasi palsu untuk propaganda adalah tahun 2011. Dalam pertempuran Tripoli NATO membuat film palsu yang menggambarkan pemberontak menguasai Martir Square. Film tersebut kemudian ditayangkan oleh Al-Jazeera dan Al-Arabiya dan selanjutnya disebarkan ke seluruh dunia. Pada saat itu sebenarnya Tripoli masih dikuasai sepenuhnye oleh pendukung Khadaffi dan Saif Khadaffi muncul di televisi Libya di tengah-tengah Martir Square bersama pasukannya. Namun akibat adanya informasi palsu itu telah terjadi keruntuhan moral pendukung Khadaffi yang berujung pada jatuhnya Tripoli pada pemberontak.

Semua tindakan propaganda tersebut sebenarnya telah melanggar hukum internasional. Resolusi PBB no. 110, 819, dan 381 misalnya melarang adanya "hambatan bagi pertukaran informasi dan ide" dan "semua propaganda untuk memprovokasi atau untuk menimbulkan ancaman bagi perdamaian, merusak perdamaian, dan semua tindakan agresi."

Berdasar hukum, propaganda perang adalah kejahatan bagi perdamaian, kejahatan yang paling keji karena menimbulkan tindakan-tindakan kejahatan perang dan pembunuhan massal.



Sumber:
"NATO preparing vast disinformation campaign"; Thierry Meyssan; Voltairenet; 11 Juni 2012

No comments: