Bertahun-tahun para zionis internasional mengeruk milaran dolar dari pemerintah-pemerintah dan dunia bisnis Eropa dengan cara "memeras" mereka dengan alasan kompensasi bagi para korban "holocoust". (Lebih lengkapnya tentang ini baca buku "Holocoust Industry" karangan Profesor Walt dari Amerika. Proyek pemerasan nan canggih ini dipimpin oleh Edgar Bronfman, salah seorang paling kaya dan berpengaruh di Amerika Utara yang pernah menjadi patronnya "boss of the boss" mafia Amerika seperti Meyer Lansky dan Bugsy Siegel. Selanjutnya kedua gembong mafia berdarah yahudi yang mendirikan kota judi Las Vegas ini menjadi boss-nya para "mafioso" berdarah Italia termasuk Al Capone. Fakta bahwa keluarga Bronfman tidak tersentuh hukum sementara Al Capone harus mendekam dalam penjara Alcatraz membuktikan hal itu. Silakan baca "The New Jerussalem" karya Michael Collin Piper)
Namun kebusukan tidak bisa disembunyikan selamanya. Pemerintah Hongaria, yang selama bertahun-tahun terpaksa harus membayar kompensasi untuk korban "holocoust" jutaan dolar akhirnya menghentikan pemberian kompensasi dan menuntut "Claims Conference", LSM "temuan" lain para zionis yang ditugaskan mengelola dana kompensasi untuk mengembalikan $8 juta yang telah dibayarkan. Alasan tuntutan tersebut adalah karena "Claims Conference" dianggap telah mengkorupsi dana tersebut dengan cara-cara yang disebutnya sebagai "deceitful tactics", “depriving”, dan “disgraceful”. "Claims Conference" yang berbasis di New York adalah LSM yang didirikan oleh orang-orang yahudi internasional untuk menyalurkan dana-dana kompensasi korban holocoust haril pemerasan terhadap pemerintah-pemerintah dan dunia usaha di Eropa. Korban pemerasan terbesar tentu saja pemerintah Jerman, disusul kemudian oleh para bankir Swiss.
Menurut data sekitar 500.000 warga yahudi Hongaria menjadi korban "holocoust" alias penindasan terhadap orang-orang yahudi selama Perang Dunia II. Lima tahun lalu pemerintah Hongaria setuju untuk memberi dana kompenasasi senilai $21 juta kepada para korban "holocoust" dan ahli warisnya. Dana tersebut disalurkan selama 5 tahun.
Dua tahun lalu, setelah tokoh nasionalis Viktor Orban menjadi penguasa Hongaria, komisioner Andras Levente Gal mulai mempertanyakan pengelolaan dana kompensasi yang telah dikeluarkan Hongaria. Pemerintah pun menghentikan penyaluran dana sisanya.
“Adalah tidak mungkin untuk mengidentifikasi individu-individu penerima dana kompensasi jika didasarkan pada dokumen-dokumen yang diberikan Claims International," tulis situs resmi kementrian hukum dan administrasi publik Hongaria baru-baru ini perihal kasus ini.
Claims Conference tentu saja membantah pernyataan tersebut dengan mengatakan telah memberikan data-data yang valid, termasuk data detil para korban "holocoust" yang dibuat dalam 400 halaman dokumen. Mereka juga menyebut sejak kontroversi ini mencuat, pemerintah Hongaria telah menghentikan penyaluran dana kompenasasi. Mereka bersikukuh siap menyediakan data yang diminta pemerintah jika pemerintah Hongaria berjanji akan menyalurkan dana kompensasi lima hari setelah data tersebut diserahkan.
Claims Conference mengklaim bahwa "setiap sen yang diterima telah diserahkan kepada para korban holocoust dan tak sesen-pun digunakan untuk biaya administrasi atau keperluan lain". Sebuah klaim yang terlalu muluk mengingat reputasi "Claims International" yang sangat buruk terkait penyaluran dana kompenasai korban "holocoust". Selain kasus di Hongaria, beberapa kasus serupa telah muncul sebelumnya.
Selain orang-orang "kotor" seperti Keluarga Bronfman yang membangun bisnisnya dengan memproduksi minuman keras dan selama era pelarangan minuman beralkohol di Amerika menjadi aktor utama penyelundupan minuman keras di Amerika (kini keluarga Bronfman malang melintang di semua sektor bisnis global, dari industri manufaktur hingga dunia hiburan, penerbitan dan media massa. Mereka dikenal sebagai donatur penting Partai Demokrat Amerika), "industri holocoust" juga diisi dengan orang-orang seperti Ellie Wiesel, legenda korban "holocoust" yang bahkan gagal membuktikan satu tanda dasar seorang korban "holocoust", yaitu tato nomor yang diterakan di lengan semua penghuni kamp tawanan Jerman dalam Perang Dunia II. Suatu saat ia membual, entah dalam keadaan sadar ataupun tidak, "terseret sejauh satu blok setelah ditabrak mobil, tanpa luka berarti". Atas semua kebohongannya sebagai korban "holocoust", ia diberi hadiah sebagai penerima anugerah Nobel Perdamaian dan "penjilat pantat yahudi" Oprah Wimfrey memujinya setinggi langit dalam acara yang dipandunya. Oh ya, sebuah majalah liberal Indonesia ternama pernah menulis profilnya, tentu berdasar versi yahudi.
Sampai tahun 1970-an sebenarnya isu "holocoust" tidak pernah terdengar di seluruh kolong dunia. Isu ini pertama kali mencuat setelah seorang yahudi bernama Collins ---saya (blogger) lupa nama lengkapnya, membentuk organisasi neo-Nazi Amerika dan menebarkan kegaduhan tentang gerakan neo-Nazi. Tidak lama setelah ketahuan belangnya sebagai orang yahudi yang menyamar, ia menghilang dari publik. Bertahun-tahun kemudian ia muncul kembali dengan identitas lain, sebagai seorang arkeolog yang mengklaim menemukan tumpukan harta karun, sebagaimana cerita dalam film-film "Indiana Jones" yang ditulis oleh orang-orang yahudi dan diperankan oleh juga yahudi Harrison Ford. Saat ini tidak orang-orang yahudi tidak pernah berhenti mengkampanyekan isu "holocoust". Hollywood dan "History Channel" terus-menerus membuat film tentang "holocoust". Guru-guru dan murid-murid di Amerika di Eropa diwajibkan mengikuti tur ke Israel untuk belajar tentang "holocoust" dengan biaya ditanggung rakyat dan pemerintah. Para pemain bola yang berpartisipasi dalam turnamen Piala Eropa di Polandia baru-baru ini pun diwajibkan mengunjungi kamp-kamp tawanan tempat orang-orang Yahudi ditawan dalam Perang Dunia II. Dengan itu semua orang-orang yahudi terus mengeruk keuntungan.
MENINGKATNYA SENTIMEN ANTI-YAHUDI DI HONGARIA
Kegaduhan soal "holocoust" di atas terjadi saat sentimen anti-yahudi meningkat tajam di Hongaria, (sebenarnya juga di seluruh Eropa bahkan dunia seiring terbukanya akses informasi di dunia maya, saat ini). Sebuah polling yang diadakan suatu lembaga riset mengungkapkan bahwa orang-orang Hongaria menganggap "orang-orang yahudi membual tentang holocoust".
Tersinggung dengan hasil pooling itu, Elie Wiesel mengembalikan hadiah yang pernah diberikan pemerintah Hongaria kepadanya sebelum kasus ini mencuat. Ia menuduh rakyat Hongaria tengah "cuci tangan atas kejahatan masa lalunya". Organisasi-organisasi yahudi internasional juga memprotes pemerintah Hongaria yang enggan menangkap seorang pelaku yang dituduh melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yahudi dalam Perang Dunia II.
Sebagaimana rakyat Eropa Timur lainnya yang kental dengan ajaran
Katholik, rakyat Hongaria selama berabad-abad telah terlibat dalam
dialektika sosial politik yang intensif dengan orang-orang yahudi.
Sentimen anti-yahudi telah tertanam kuat di benak rakyat Hongaria selama
berabad-abad, sebagian besar disebabkan tingkah polah orang-orang
yahudi yang tidak simpatik. Tidak heran jika sebagian besar dari mereka
menjadi pendukung Jerman dalam Perang Dunia II, seperti halnya juga
rakyat Italia, Rumania, Austria, Polandia dan rakyat Eropa Timur
lainnya.
Ref:
"Hungarian government stops payments to Holocaust survivors: demands a return of payments made"; World Jewish Congress.org; 31 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment