“Kami punya pandangan tentang apa yang akan kami lakukan dan bagaimana kita akan melakukannya terkait situasi yang berkembang di Syria yang mengarah pada penggunaan kekuasan senjata. Kami telah memiliki rencana," kata Presiden Rusia Vladimir Putin kepada awak media Associated Press dan televisi pemerintah Rusia Channel 1 , di kediaman Putin di Mowkow, Rabu (4/9).
Putin tidak menyebutkan "rencana" yang akan dilakukan Rusia terkait perkembangan di Syria, namun besar kemungkinan adalah pengerahan bantuan senjata-senjata canggih besar-besaran yang akan berpengaruh signifikan terhadap keseimbangan kekuatan antara Syria dan sekutu-sekutunya dengan lawan-lawan mereka.
Wawancara yang diadakan menjelang pertemuan G-20 di St. Petersburg Rusia ini menunjukkan bahwa Rusia tidak pernah bergeser sedikit pun dari sikap teguhnya untuk mendukung regim Syria di hadapan Amerika dan sekutu-sekutunya.
Selama konflik Syria yang telah berlangsung lebih dari 2 tahun terakhir, publik dunia memang sering mendengar berbagai jenis senjata canggih buatan Rusia yang dikirim ke Syria. Sebut saja misalnya rudal anti kapal "Yakhount" dan rudal anti serangan udara "S-300". Senjata terakhir ini sangat ditakuti Amerika dan sekutu-sekutunya karena kemampuannya mendeteksi dan menembak dengan tepat berbagai sasaran secara simultan dari jarak jauh, serta daya tahannya terhadap serangan berbagai jenis senjata elektronik. Demikian takutnya Amerika dengan senjata itu hingga memaksa mereka melobi ketat PBB dan pemerintah Rusia untuk membatalkan pengiriman senjata itu ke Iran dan Syria.
Akibat tekanan PBB Rusia membatalkan pengiriman S-300 ke Iran, meski kedua negara telah meneken kontrak jual-beli beberapa unit sistem S-300. Sampai saat ini pun Rusia secara resmi membantah telah mengirim rudal-rudal S-300 ke Syria. Namun para analis militer percaya secara diam-diam Rusia telah mengirim rudal-rudal itu ke Syria, khususnya setelah ancaman serangan Amerika ke Syria semakin meningkat. Selain itu diketahui juga bahwa Syria telah memiliki beberapa unit sistem (seperangkat senjata yang meliputi radar, peluncur dan rudalnya) S-300 yang didapatkan di pasar gelap. Presiden Bashar al Assad sendiri pada bulan Mei lalu telah mengatakan secara terbuka bahwa Syria telah memiliki senjata ini.
Terkait dengan "rencana" Rusia terkait konflik Syria akhir-akhir ini, Putin secara tersirat menyebutkan kemungkinan akan melanjutkan pengiriman senjata S-300 ke Iran yang disebutnya sebagai "sekutu regional Syria", yang terbengkalai karena tekanan PBB. Meski telah mengembangkan sistem pertahanan udara sendiri yang tergolong cukup canggih, Iran dianggap masih memiliki kelemahan dalam sistem pertahanan udara jarak jauhnya. Dan dengan senjata-senjata S-300 itu dipastikan Iran mampu menutupi kelemahan tersebut dengan efektif.
Dalam wawancara tersebut Putin kembali mengkritik kredibilitas tuduhan Amerika terhadap pemerintah Syria sebagai pelaku serangan senjata kimia. Menurutnya tuduhan tersebut "sangat absurd".
“Kami tidak memiliki fakta-fakta detil tentang apa yang sebenarnya terjadi. Apakah itu senjata kimia atau hanya semacam polusi udara?" kata Putin.
MILITER SYRIA REBUT KOTA STRATEGIS ARIHA
Sementara itu di medan perang Syria dikabarkan milisi pro-pemerintah dengan dukungan militer Syria berhasil merebut kembali kota strategis Ariha setelah melalui pertempuran sengit dengan pemberontak. Dengan direbutnya kota tersebut, pemerintah Syria berhadap bisa membuka kembali jalur suplai antara wilayah pantai di Latakia dengan provinsi Idlib dimana kota Ariha berada.
Kota Ariha berada di dekat jalan raya utama menuju kota Idlib di Utara Syria. Penguasaa kota itu memungkinkan pemerintah mengkonsolidasikan kekuatannya yang berada di Latakia dengan provinsi Idlib yang saat ini berada di bawah kepungan pemberontak.
Dalam pertemuran di Ariha tersebut para anggota milisi melakukan penetrasi ke dalam kota di bawah lindungan serangan artileri militer Syria.
Operasi di Ariha ini merupakan bagian dari opeasi militer besar-besaran yang dilakukan militer Syria untuk membersihkan Provinsi Idlib dari keberadaan para pemberontak. Selain di kota-kota, militer Syria dan milisi juga melakukan serangkaian serangan ke daerah-daerah pinggiran hingga ke kawasan pegunungan.
Pada tgl 25 Juli lalu Sekjen PBB mengatakan bahwa korban tewas selama konfli di Syria telah mencapai angka 100.000 jiwa. Sementara itu laporan terakhir menyebutkan bahwa terdapat 4,25 juta penduduk Syria yang terpaksa menjadi pengungsi dengan 1,8 juta di antaranya meninggalkan negaranya.
REF:
"Syria: Putin’s Veiled Warning to Obama"; News Brief; 4 September 2013
"Syrian forces retake strategic town of Ariha"; Press TV; 4 September
No comments:
Post a Comment