Wednesday, 4 September 2013

BAHKAN POLITISI AMERIKA ANGGAP TUDUHAN SENJATA KIMIA SYRIA "PALSU"

(LAPORAN INTELIGEN BERASAL DARI ISRAEL)

Politisi "oposan" terkenal dan mantan anggota legislatif yang pernah menjadi capres Amerika, Ron Paul, menganggap tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Syria sebagai kepalsuan. Ia menyebut serangan senjata kimia di Syria sebagai operasi "false flag" yang dilakukan pemberontak dukungan Amerika untuk menyudutkan pemerintah Syria.

"Kita tidak begitu yakin tentang siapa yang meledakkan gas-gas itu. Kelompok yang kemungkinan paling diuntungkan dari kejadian itu adalah Al Qaida. Merekalah yang meledakkan gas-gas, banyak orang tewas dan kemudian menyalahkannya pada Assad," kata Ron Paul yang terkenal sebagai tokoh gerakan "oposisi" Amerika yang menamakan diri sebagai "Tea Party".

Paul mengatakan bahwa rencana intervensi militer terhadap Syria mengikuti skenario yang telah terjadi menjelang invasi atas Irak tahun 2003 ketika pemerintah Amerika menuduh regim Saddam Hussein memiliki sejumlah besar senjata pemusnah massal. Tuduhan tersebut kemudian terbukti palsu.

“Lihatlah berapa banyak kebohongan yang dikatakan kepada kita tentang Saddam Hussein. Banyak propaganda. Ini terjadi sepanjang waktu," tambah Paul.

Senada dengan pernyataan Paul, koran terkenal Amerika Wall Street Journal minggu lalu mengungkapkan bahwa tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Syria adalah hasil rekayasa yang dilakukan inteligen-inteligen barat.

Menurut Wall Street Journal informasi-informasi yang mendasari tindakan politik Amerika di Syria diperoleh dari dinas inteligen Israel, Mossad, yang diberikan kepada dinas inteligen Amerika CIA. Hal seperti ini juga terjadi dalam kasus Perang Irak dan Perang Libya. Dalam artikel berjudul “U.S., Allies Prepare to Act as Syria Intelligence Mounts” itu, Wall Street Journal menyebutkan:

"Satu hal yang penting dari kasus yang muncul datang dari inteligen Israel, yang memberikan kepada dinas inteligen Amerika (CIA) informasi-informasi inteligen dari dalam pasukan khusus Syria yang mengendalikan senjata-senjata kimia Syria. Demikian pernyataan para diplomat Arab. Informasi-informasi inteligen tersebut yang bisa diverisikasi oleh CIA menunjukkan bahwa beberapa tipe senjata kimia telah dipindahkan ke beberapa kawasan di sekitar Damaskus dimana kemudian terjadi serangan-serangan senjata kimia seminggu yang lalu, demikian kata sumber-sumber diplomat Arab."

Menurut laporan tersebut, Mossad dan CIA jelas telah berkompromi dalam hal obyektifitas dan legitimasi laporan-laporna inteligen itu. Tidak hanya tidak terbukti atau memberikan bukti-bukti imparsial, laporan-laporan inteligen itu hanya memenuhi agenda-agenda, kepentingan dan tujuan kedua pemerintahan (Amerika dan Israel).

Lebih jauh laporan itu juga mengungkapkan bahwa sejak tahun 2007 Israel dan Amerika telah melakukan konspirasi bersama secara terbuka untuk menumbangkan pemerintahan Bashar al Assad dengan merekayasa terjadinya aksi-aksi kekerasan sektarian.
 
Selanjutnya Wall Street Journal melaporkan:

"Dalam sebuah email hari Minggu, penasihat keamanan nasional Susan Rice mengatakan kepada dubes Amerika untuk PBB Samantha Power dan para pejabat tinggi lainnya bahwa misi PBB tidak ada gunanya karena bukti-bukti senjata kimia telah disimpulkan. Amerika secara tidak resmi telah mendesak PBB untuk menarik tim penyidiknya untuk memberi kesempatan Presiden Barack Obama melakukan langkah berikutnya berupa aksi militer, demikian perkataan para pejabat."

Amerikalah, dan bukan Syria, yang tengah berusaha menutupi, dengan rekayasa-rekayasa yang tidak kredibel, mengkompromikan sumber-sumber inteligen dan ancaman serangan militer yang bisa membahayakan tim pemeriksa PBB jika mereka gagal menyelesaikan penyelidikan dan menarik diri.



REF:
"Ron Paul says chemical attack in Syria was a ‘false flag’"; Press TV; 2 September 2013

"CONFIRMED: US Claims Against Syria — There is no Evidence"; Tony Cartalucci; Land Destroyer Report; 28 Agustus 2013

No comments: