Tuesday 15 November 2016

Bahkan Pendukung Ahok pun Berubah Jadi Pembenci

Indonesian Free Press -- Berita ini dimuat di situs Tempo.co, media yang sebelumnya adalah pendukung setia Jokowi-Ahok, 13 November lalu. Ini menjadi bukti bahwa Ahok memang telah menjadi obyek kebencian yang meluas di antara warga Jakarta, akibat tindakannya menistakan Al Qur'an pada tanggal 27 September lalu.

================

Pendukung Berbelok Jadi Benci Ahok, Mengapa? 


TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mendapat serangan dari pendukungnya sendiri di Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Warga hari ini membentangkan spanduk menolak Ahok bertuliskan, "Kita Semua Bersaudara!!! Penistaan Agama Bukan Saudara Kita (Ahok). Warga Pondok Pinang (Tolak Ahok)". Spanduk itu dibentangkan di perempatan Jalan Pondok Pinang Raya, masuk permukiman warga.


"Tadinya kami mendukung Pak Ahok, tapi ternyata (Ahok) menyinggung prinsip dasar bermanusia," kata Nanang, Ketua RT 01/RW 02, Kelurahan Pondok Pinang, hari ini, 13 November 2016.

Nanang menyatakan kecewa dengan pernyataan Ahok yang dinilai menistakan agama Islam. Apalagi, hampir 100 persen warga Pondok Pinang beragama Islam. Mereka pun membentangkan spanduk penolakan terhadap Ahok.

Penolakan terhadap Ahok juga meluas di sejumlah wilayah di Jakarta. Termasuk di kawasan Kebon Sirih, warga juga membentangkan spanduk tolak Ahok dan sejumlah titik di Ancol, Jakarta Utara. Beberapa kali, Ahok juga ditolak kehadirannya di lokasi kunjungan.

Nanang menerangkan, sebagian warga sudah kehilangan empati terhadap Ahok. Pada 4 November 2016, warga Pondok Pinang ikut demonstrasi di Istana Negara. Rencananya pada 25 November mendatang mereka juga akan ikut demo lanjutan menuntut agar Ahok dijebloskan ke penjara.

Menurut Nanang, dulu warga sangat mendukung Ahok, sebelum pria asal Belitung itu memberi pernyataan tentang Surat Al-Maidah 51. Menurut dia, warga terkesan dengan program kerja Ahok, termasuk perhatian Ahok terhadap masyarakat. "Warga menerima BPJS, KJP, dan ngurus KTP di kelurahan tanpa pungli," ujar dia. Sayangnya, dia melanjutkan, kinerja positif itu sirna di mata warga karena pernyataan Ahok.(
AVIT HIDAYAT)

5 comments:

Nur Fatimah said...

Aduh aku jadi bingung ni dengan surah al maidah, aku kan muslimah kerja di bank. tempat kerja aku itu yang punya bukan orang muslim. 90% pegawai termasuk 2 orang direktur orang muslim, tapi pemegang saham non-muslim. Apa kami harus mengundurkan diri karena pemimpin kami non-muslim?

cahyono adi said...

Sdr Nur Fatimah terima kasih mau komentar di blog ini. Bekerja di perbankan saja sudah mengandung subhat yang sangat besar karena unsur ribawi. Apalagi dengan bekerja di bawah kepemimpinan non-Muslim. Apakah kita bisa berbangga dengan pekerjaan kita di hadapan Allah dan Rosul-Nya kelak di hari pengadilan? Sebaiknya memang tidak demikian. Masih ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus bekerja seperti sekarang. Tapi lakukanlah dengan rasional, yaitu setelah ada persiapan yang baik, baik mental maupun ekonomi.

mawankyo said...

Nur fatimah lebih baik berhenti karena alasan bank yg sumber riba bukan karena bosnya nya non muslim. banyak ulama yg mengatakan boleh bekerja di perusahaan yg pemiliknya non muslim karena bos perusahaan disini bukan yg termasuk al maidah 51 hehe, anda bisa buka misalnya ceramah ustad khalid basalamah.

Unknown said...

Yang mendukung jadi pembenci,yang membenci jadi pendukung...biasa itu mah...

Unknown said...

Nanang jdi membenci,nining jd mendukung