Thursday, 30 November 2017

Benarkah Calon Raja Saudi Sudah Pindah Keyakinan Menjadi Yahudi?

Indonesian Free Press -- Bulan September lalu media-media Israel dan Arab ramai melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Arabia, Pangeran Mohammad bin Salman, telah melakukan kunjungan diam-diam ke Israel. Media independen menyebut, salah satu kegiatan yang dilakukannya di Israel adalah mengunjungi Kuil Sulaiman (National Temple) di Jerussalem.

Kabar tersebut diikuti oleh kabar berikutnya tentang kunjungan dua pejabat tinggi Saudi Arabia ke Sinagog Paris, tempat ibadah yahudi terbesar di Perancis.

Seperti dilaporkan Veterans Today, Rabu (29 November), dengan mengutip laporan Jerusalem Post, pada hari Senin (27 November) dua pejabat tinggi Saudi telah mengunjungi Grand Synagoge Paris. Keduanya adalah mantan Menteri Hukum Saudi yang saat ini menjabat Sekjend Liga Muslim Dunia Dr. Muhammad Abdul-Kareem al-Issa, bersama mantan menteri pendidikan Saudi yang kini menjabat Dubes Saudi untuk Perancis Khalid bin Mohammed Al Angari.

Selain jabatannya di Liga Muslim Dunia, al-Issa juga menjabat sebagai penasihat Pengadilan Kerajaan di Riyadh dan juga penasihat Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Pangeran Mohammad bin Salman (MBS).

"Jerusalem Post melaporkan bahwa dua pejabat tinggi Saudi mengunjungi Grand Synagogue Paris, Senin (27 November). Meski Jerussalem Post tidak menyebutkan tujuan dari kunjungan itu, sejumlah sumber mengatakan kepada Dissociated Press bahwa kedua pejabat itu mengikuti langkah Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, yang diam-diam telah mengubah keyakinan menjadi yahudi di National Temple Israel, dua minggu yang lalu. Menurut sumber-sumber tersebut, upacara pindah keyakinan itu mencakup khitan ulang, yaitu membuang sebagian alat kelamin mereka," tulis Veterans Today.

Laporan ini tentu saja tidak terkonfirmasi oleh sumber-sumber resmi mengingat sensitifitas politiknya yang tinggi. Namun, melihat betapa kejinya tindakan-tindakan Saudi Arabia, khususnya yang dilakukan Mohammad bin Salman, beberapa waktu terakhir, laporan tersebut tentu sangat relevan.

Seperti diketahui, atas perintah Mohammad bin Salman, Saudi Arabia melancarkan kampanye kotor dengan menyerang negara Muslim Yaman, hingga menewaskan puluhan ribu warga sipil tak berdosa. Dan akhir-akhir ini, kita disajikan dengan tindakan tidak berada lainnya yang dilakukan MBS. Ia diketahui telah melakukan penyiksaan terhadap sejumlah Pangeran dan pejabat tinggi Saudi yang dianggap mengancam kekuasaannya. Dan melihat betapa dunia diam membisu dengan apa yang dilakukannya, kita tidak bisa membayangkan hal-hal buruk apa lagi yang akan dilakukannya. Kekhawatiran bahwa ia akan memicu perang di Lebanon sembari melanjutkan peperangan di Suriah, misalnya, sangat masuk akal. Apalagi setelah tindakannya menculik dan memaksa Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri untuk mengundurkan diri di Hotel Ritz Carlton Riyadh, 4 November lalu.(ca)

No comments: