Tuesday, 14 November 2017

Konspirasi Zionis Internasional untuk Lucuti Senjata Nuklir Pakistan

Indonesian Free Press -- Pakistan adalah satu-satunya negara Islam yang memiliki senjata nuklir sebagai pertahanan ampuh menghadapi ancaman asing, khususnya India, yang telah terlebih dahulu memiliki senjata serupa. Penghargaan besar harus diberikan kepada pemimpin Pakistan Ali Bhutto dan Jendral Zia Ul Haq yang menyadari bahaya yang mengancam Pakistan tanpa senjata nuklir. Dan karena itu pulalah maka Jendral Zia harus mengorbankan nyawanya setelah plot zionis meledakkan helikopternya dan mencabut nyawanya pada tahun 1988.

Namun, karena itulah maka kalangan zionis internasional tidak pernah berhenti berusaha untuk melucuti senjata tersebut. Menyadari hal itu, Pakistan telah menerapkan standar tinggi untuk menjaga keamanan senjata-senjata nuklirnya. Berkaitan dengan hal itu, Islamabad telah menerapkan sejumlah prosedur keamanan tinggi, seperti Nuclear Security Action Plan (NSAP), Mobile Expert Support Teams (MEST) dan Nuclear Emergency Management System (NEMS). Selain itu, Pakistan juga telah membentuk pasukan khusus Strategic Plans Division (SPD) berkekuatan 25.000 personil yang bertugas mengamankan asset-asset nuklir Pakistan.


Pakistan adalah negara yang tidak pernah mengalami insiden yang berhubungan dengan fasilitas nuklirnya dan termasuk dalam negara dengan sistem keamanan nuklir terbaik di dunia. Namun demikian, meski para pemimpin Pakistan berulangkali menjamin keamanan nuklirnya, berbagai propaganda negatif terus dilakukan terhadap keamanan asset-asset nuklir Pakistan oleh para pejabat dan media-media asing proksi zionis. Tujuannya, tentu saja agar Pakistan melucuti senjata-senjata nuklirnya.

Plot zionis internasinal menggunakan dua cara yang bekerja simultan. Di satu sisi mensponsori kelompok-kelompok teroris yang menyerang sarana-sarana vital Pakistan, dan pada saat yang sama media-media massa dan pejabat-pejabat mereka menyebarkan kekhawatiran tentang keamanan nuklir Pakistan.

Seperti dilansir Veterans Today, 11 November lalu, meski adanya semua jaminan keamanan itu, para politisi Amerika, Israel, INdia dan Uni Eropa selalu mempropagandakan ketidak amanan aset-aset nuklir Pakistan dan resiko jatuhnya ke tangan teroris. Perlu diingat, pada tahun 2009, ketika kelompok Taliban dengan senjata berat memasuki kota Swat, Dir dan Buner, para pejaban dan media zionis berteriak-teriak tentang ‘Talibinisasi’ seluruh Pakistan, dengan menyoroti ancaman keamanan senjata nuklir Pakistan. Dalam hal ini, Menlu Amerika Hillary Clinton pada 22 April 2009 mengatakan bahwa Taliban telah menjadi ancaman nyata bagi Pakistan. Disusul sehari kemudian ia menyebut bahwa senjata-senjata nuklir Pakistan bisa jatuh ke tangan teroris.

Ketika militer Pakistan berhasil menghancurkan Taliban dan mengusirnya dari Swat, Dir dan Buner, buru-buru memuji ketangguhan militer Pakistan.

Dua tahun kemudian, ketika kelompok militan menyerang pangkalan angkatan laut di Karachi, pada 23 Mei 2011, kembali para pejabat dan media zionis dan INdia beramai-ramai menyebarkan informasi palsu tentang keamanan senjata nuklir Pakistan. Dalam hal ini, pada 9 Juni 2011, mantan Menhan dan Direktur CIA Leon Panetta mengatakan kepada Komite Senat Amerika, “Ada bahaya berkaitan dengan senjata nuklir Pakistan, yang bisa jatuh ke tangan para teroris.”

Sehari setelah insiden itu komandan NATO di Afghanistan, Anders Fogh Rasmussen juga menyuarakan kekhawatirannya tentang keamanan senjata nuklir Pakistan, meski ia juga percaya dengan kemampuan militer Pakistan. Ini diikuti oleh pernyataan Menhan India kala itu, AK Antony pada tanggal 24 Mei 2011 tentang India yang khawatir dengan keamanan senjata nuklir Pakistan:

"Naturally it is a concern not only for us but for everybody our services are taking all precautions and are ready round-the-clock”.

Serangan di Karachi itu berhasil digagalkan dan diikuti lagi oleh serangan serupa di Pangkalan AU Kamra pada 20 Agustus 2012. Media-media dan pejabat Barat kembali menyebarkan kekhawatiran tentang keamanan nuklir Pakistan. Secara 'aneh' pada hari yang sama New York Times, misalnya, melaporkan bahwa pangkalan udara yang diserang itu menyimpan setidaknya 100 senjata nuklir Pakistan.

Adalah sangat beralasan bahwa sebagai negara Islam besar yang memiliki kekuatan nuklir, Pakistan menjadi 'sasaran tembak' plot zionis-India. Berbasis di Afghanistan, CIA, RAW (Dinas Inteligen India), Mossad (Israel) dan MI6 Inggris telah membangun jaringan rahasia yang mengakar kuat di kelompok-kelompok militan seperti Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) dan kelompok Taliban. Dengan menggunakan kelompok-kelompok ini, mereka merancang dan menjalankan aksi-aksi subversif di berbagai lokasi di Pakistan. Lebih jauh, dinas-dinas inteligen itu bekerjasasma dengan kelompok Daesh (ISIS, ISIL) untuk memperlemah Pakistan.

Sejauh ini militer dan inteligen Pakistan telah berhasil menghancurkan jaringan terorisme di negaranya. Namun upaya-upaya untuk melemahkan Pakistan dan melucuti senjata nuklirnya tidak pernah berhenti. Pada bulan Juni 2011, Presiden Iran kala itu, Mahmoud Ahmadinejad mengungkapkan kepada publik bahwa “ada informasi yang akurat bahwa Amerika berusaha untuk menyabot fasilitas-fasilitas nuklir Pakistan demi untuk menguasai Pakistan.” Ahmadinejad juga menambahkan bahwa demi rencana itu Amerika akan menggunakan PBB dan lembaga-lembaga internasional lainnya sebagai alat penekan terhadap Pakistan.

Pada saat yang sama, memdia-media dan pejabat-pejabat Amerika dan Barat seolah menutup mata pada keamanan senjata-senjata nuklir INdia yang buruk. Sejumlah kasus pencurian dan penyelundupan material nuklir telah dilaporkan terjadi di India. MIsalnya saja pada bulan Juli 1998, inteligen India menahan 8 kg bahan nuklir dari 3 insinyur nuklir India di

Chennai, setelah mereka mancuri dari fasilitas penelitian nuklir setempat. Kemudian pada 7 November 2000 polisi India menahan dua orang beserta 57 pon uranium curian.

Selanjutnya pada 26 Januari 2003, CNN melaporkan bahwa perusahaan India, NEC Engineers Private Ltd telah mengapalkan 10 pengiriman ke Iraq, berisi sejumlah material mencurigakan seperti peralatan-peralatan terbuat dari titanium serta pompa-pompa centrifugal yang digunakan untuk memperkaya uranium. Kemudian, pada 12 Juni 2004, Berkeley

Nucleonics Corporation, sebuah perusahaan Amerika didenda $

300.000 karena mengekspor sejumlah komponen nuklir ilegal untuk fasilitas nuklir Bhaba Atomic Research Center di India.

Dan itu belum berhenti, karena sejumlah kasus serupa lainnya juga dilaporkan terjadi. Namun, Amerika justru memberikan 'previlege khusus' kepada India. Dalam kunjungannye ke India tahun 2010, Presiden Barack Obama, misalnya, mengumumkan pencabutan 'daftar larangan' terhadap perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam program nuklir India dan mendukung India duduk di kursi DK PBB termasuk keanggotaan dalam klub negara-negara nuklir PBB (NSG). Dan dengan dalih mengimbangi nuklir Cina, Amerika terus menggelontorkan bantuan material maupun politis bagi program nuklir India.

Di sisi lain, INdia adalah negara dengan sistem keamanan terburuk terkait dengan asset-asset nuklirnya. Menurut Veterans Today, tidak ada satupun dari 8 reaktor nuklirnya yang memiliki standar keamanan yang mencukupi. Pada saat yang sama, INdia terus menumpuk cadangan material nuklirnya hingga telah bisa membuat 2.600 senjata nuklir.

Perlu dicatat juga bahwa INdia juga bekerjasama dengan Israel dalam pengembangan senjata nuklirnya. Sebagai bukti, pada 18 Februari 2008, Dubes Israel di India, Mark Sofer, dalam wawancara dengan media India 'Outlook', mengatakan “Kami tentu saja memiliki hubungan pertahanan dengan India, namun dengan segala hormat sebagian dari hubungan itu harus menjadi rahasia.”

Dan kini, di bawah kepemimpin Donald Trump, Amerika semakin memberi peluang bagi penyebaran nuklir, dan dengan demikian memberi peluang lebih besar untuk jatuhnya senjata-senjata nuklir ke tangan teroris. Dalam wawancara dengan CNN beberapa waktu lalu, Trump mengatakan, “Semakin banyak senjata nuklir membuat dunia makin aman. Kami tidak bisa lagi mengontrol kebijakan pertahanan sekutu-sekutu kami di Eropa, Asia dan Timur Tengah. Jepang, Korsel, dan Saudi Arabia mungkin perlu senjata itu untuk menghadapi ancaman mereka.”

Harus diingat juga bahwa sejumlah sumber independent seperti Veterans Today, telah berulangkali melaporkan tentang hilangnya sejumlah senjata nuklir milik Amerika dan negara-negara sekutunya. Jauh sebelum itu, dalam buku 'By Way of Deception' yang menghebohkan saat dirilis tahun 1990-an juga disebutkan adanya kasus kehilangan senjata nuklir.(ca)

1 comment:

Unknown said...

Sebegitu strategisnya Nuklir.. Indonesia wajib memilikinya