Thursday 16 November 2017

Kudeta Zimbabwe, Tiran Mugabe Ditahan

Indonesian Free Press -- Upaya penguasa tiran Zimbabwe, Robert Mugabe, untuk mewariskan kekuasaan kepada istrinya harus berakhir mengecewakan setelah militer mengkudetanya. Kini, ia harus tinggal di dalam tahanan rumah dan menunggu nasib berikutnya yang tidak menentu.

Seperti dilaporkan BBC, Rabu petang (15 November), Mugabe kini tinggal dalam tahanan rumah di ibukota Harare menyusul terjadinya kudeta militer terhadap kekuasaannya.

"Militer Zimbabwe telah menempatkan Presiden Robert Mugabe di dalam tahanan rumah di ibukota Harere, Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengatakan," demikian tulis BBC dalam laporannya mengutip pernyataan Zuma setelah mengadakan pembicaraan telepon dengan Mugabe.

Menurut Zuma, Mugabe mengaku kondisinya dalam keadaan baik.


Usai kudeta tersebut, tentara berpatroli di jalan-jalan dan menduduki stasiun televisi negara. Mereka mengklaim tengah mengincar para penjahat di sekitar Presiden Mugabe. Langkah tersebut, sebut BBC, merupakan upaya untuk mengganti Mugabe dengan bekas Deputinya, Emmerson Mnangagwa.

Dua minggu lalu Mugabe memecat Emmerson Mnangagwa dan memicu spekulasi kuat bahwa ia akan mendudukkan istrinya, Grace Mugabe, sebagai penggantinya kelak. Mugabe sendiri telah berumur 93 tahun dan dalam kondisi sakit-sakitan. Ia menjadi penguasa terlama di dunia setelah Ratu Elizabeth dan pemimpin tertua yang masih berkusa. Ia menduduki jabatannya sejak Zimbabwe merdeka tahun 1980.

Aksi kudeta dimulai pada hari Selasa (14 November) ketika tentara menduduki stasiun televisi negara ZBC. Selanjutnya, tentara dengan kendaraan militer dan tank-tank menguasai jalanan dan menduduki kantor-kantor pemerintahan, termasuk istana kepresidenan dan gedung parlemen.

Langkah-langkah ini menyusul ketegangan yang muncul setelah Mugabe memecat Mnangagwa dan beberapa pajabat penting lainnya,  dan panglima militer yang dikenal dekat dengan Mnangagwa, Jendral Constantino Chiwenga, berjanji akan menghentikan pembersihan yang dilakukan Mugabe.

Ini adalah kali kedua Mugabe memecat pembantu terdekatnya demi memberi jalan bagi istrinya untuk menggantikannya. Pada akhir tahun 2014 lalu Mugabe juga telah memecat Wakil Presiden Joice Mujuru dari jabatannya atas tuduhan melakukan korupsi dan rencana kudeta. Selain Mujuru, Mugabe juga memecat 7 pejabat menteri yang dituduh terlibat dalam rencana kudeta kepadanya.

Sebagaimana Mujuru, Mnangagwa juga rekan seperjuangan Mugabe dalam perjuangan kemerdekaan Zimbabwe melawan Inggris.

Pejabat militer Mayjend Sibusiso Moyo, dalam pengumuman di televisi setelah tentara mengambil alih kekuasaan, mengatakan bahwa Mugabe dan keluarganya dalam keadaan aman. Namun keberadaan Grace Mugabe sendiri masih menjadi tanda tanya publik.

"Pertunjukan kekuatan militer yang singkat, sejumlah penangkapan ..... dan kemudian bagaimana? Ini semua, tentu saja, saat-saat yang tidak bisa diduga bagi rakyat Zimbabwe dan kini ada peluang langkah-langkah pertunjukan singkat ini berakhir, dan bahwa Presiden Robert Mugabe, dipermalukan dan diluciti kekuasaannya, akan diberi kesempatan untuk mundur dengan hormat," tulis BBC.

Menurut BBC, Mugabe telah salah menyangka dirinya masih cukup kuat untuk menjamin transisi kekuasaan yang menguntungkan diri dan keluarganya. Perilaku Mugabe sendiri, dan juga istrinya, Grace, di mata publik Zimbabwe sudah tidak lagi mengundang simpatik. Di tengah resesi ekonomi dengan inflasi ratusan persen pertahun, tidak menghentikan gaya hidup mewah Mugabe dan istrinya. Mugabe dikenal rakyatnya sebagai penyuka pesta dan makan-makan. Sedangkan Grace diketaui sering menghabiskan uang untuk belanja barang-barang mewah di Hongkong.

Tidak heran jika kudeta ini disambut positif oleh warga Zimbabwe. Chris Mutsvangwa, seorang vetaran, mengataka kepada Reuters: "Ini adalah akhir dari sejarah gelap negara muda Zimbabwe, dimana seorang diktator, setelah menjadi tua, menyerahkan kekuasaannya kepada kelompok pencuri.(ca)di sekeliling istrinya."(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Apa yang terjadi di Zimbabwe dapat juga terjadi di Indonesia