Friday 24 November 2017

Mugabe Depresi Berat, Penggantinya Diktator Baru

Indonesian Free Press -- Jika saja Robert Mugabe tidak terlalu tamak, mungkin ia sudah hidup tenang sebagai pensiunan Presiden Zimbabwe dengan harta simpanan melimpah. Namun, ketamakan telah melenakannya sehingga ia kini harus hidup dalam tahanan rumah.

Seperti dilaporkan sejumlah media internasional yang mengutip media Zimbabwe ZimEye News, 23 November lalu, Mugabe dan istrinya, Grace, berada dalam kondisi depresi berat setelah kudeta yang menggulingkan mereka dari tampuk kekuasaan. Sementara regim baru yang berkuasa bermaksud akan menyeret Grace ke pengadilan atas sejumlah tuduhan kejahatan.

"Media Zimbabwe melaporkan bahwa keluarga mantan penguasa itu berada dalam kondisi depresi yang menyedihkan dan terasing di kediaman mereka yang mewah (Istana Blue Roof) setelah Robert Mugabe lengser dari kekuasaan," tulis Daily Mail.


Menurut ZimEye News, depresi yang dialami Mugabe dan istrinya diperkuat oleh keputusan partai penguasa Zanu-PF yang memecat mereka, kemudian ditambah oleh proses 'impeachment' yang digelar parlemen. Sebelumnya mereka masih berharap Grace masih bisa mendapat tempat terhormat di Zanu-PF, partai yang didirikan suaminya.

"Mantan Presiden Mugabe disebut sangat depresi sehingga tidak lagi mampu mengangkat kakinya, pada saat negerinya merayakan kemundurannya dari kekuasaan," tulis ZimEye News.

Mugabe disebut juga telah memberikan pengakuan dosa kepada penasihatnya, Pendeta Mukonori. Mukonori, ketua ordo Society of Jesus (SJ) disebut-sebut sebagai perantara dalam negosiasi antara Mugabe dengan militer yang berakhir dengan pengunduran diri Mugabe.

ZimEye News menyebut, karena tidak lagi mampu mengangkat kakinya, Mugabe harus menyeret kakinya untuk bergerak. Sementara Grace selama berhari-hari mengurung di dalam kamarnya di ‘Blue Roof’, rumah istana seharga $10 juta berkamar 25 ruang yang terletak di kawasan Borrowdale di pinggiran Harare.

“Mereka sadar bahwa kekuasaan mereka telah berakhir dan karenanya sangat depresi. Namun kekhawatiran terbesar mereka adalah dengan nasib keluarga mereka yang masih belum jelas,” tulis ZimEye News.

Regim baru telah sepakat untuk membiarkan Mugabe hidup dalam tahanan rumah mewahnya. Namun, untuk Grace, mereka telah memutuskan akan menyeretnya ke pengadilan atas sejumlah tuduhan kejahatan, termasuk pencucian uang, menguasai harta harta negara, dan turut campur urusan negara.

"Saya tidak tahu hasil kesepakannya, namun mereka (regim baru) kukuh dengan sikapnya untuk mengampuni Mugabe, namun tidak dengan Grace,” tulis ZimEye News mengutip sumber yang dekat dengan Mugabe.

FP Facebook 'Zimbabweans in Botswana' baru-baru ini mengklaim bahwa tentara menemukan harta senilai $ 8 miliar (Rp 100 triliun) di dalam istana ‘Blue Roof’ ketika mereka menggeledah istana setelah menahan Mugabe minggu lalu.


Diktator Baru Gantikan Mugabe

Sementara sejumlah aktifis HAM menyuarakan keprihatinan atas aksi-aksi penangkapan terhadap sejumlah pendukung Mugabe oleh regim militer, media-media internasional menyoroti pengganti Mugabe, Emmerson Mnangagwa, sebagai calon diktator baru.

"Ruthless ‘Crocodile’ is Mugabe’s heir," tulis AFP, 22 November, tentang Mnangagwa, yang disumpah sebagai presiden baru Zimbabwe pada hari Jumat kemarin (24 November).

Ia dijuluki “Ngwena” atau 'Buaya' karena kekejamannya selama menjadi tangan kanan Mugabe saat diktator tua itu mengkonsolidasikan kekuasaannya setelah kemerdekaan Zimbabwe tahun 1980. Dengan jabatan Menhan yang diberikan Mugabe, keduanya bertanggungjawab atas tewasnya ribuan orang yang dianggap menghalang-halangi mereka selama aksi pembersihan besar-besaran saat itu.

"Setelah kemerdekaan tahun 1980, ia memimpin pembersihan terhadap para pendukung oposisi yang menewaskan ribuan orang di Provinsi Matabeleland dan Midlands," tulis AFP.

Takavafira Zhou, pengamat politik di Masvingo State University menyebut Mnangagwa sebagai “a hardliner to the core.”

Sementara itu WikiLeaks dalam bocorannya tahun 2008 menyebutkan bahwa Mnangagwa telah menumpuk kekayaan luar biasa besar saat Zimbabwe melakukan intervensi ke Republik Demikrat Congo tahun 1998.(ca)

No comments: