Friday, 10 November 2017

Langkah Fatal Saudi Arabia

Indonesian Free Press -- Pada saat ini Saudi Arabia melakukan langkah-langkah drastis untuk 'menyesuaikan diri' dengan tuntutan zionis bagi negara Saudi yang lebih liberal, demokratis dan bahkan sekuler. Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri 'de facto' Pangeran Mohammad bin Salman telah mengumumkan bahwa ia tidak hanya akan membuat wahabisme lebih modern, juga akan 'membersihan' hadis dari unsur-unsur kekerasan dan kontradiktif.

Hal-hal serius pun telah dilakukan Bin Salman, seperti menangkapi sejumlah besar Imam masjid yang dianggap radikal. Kemudian, ia mencabut larangan mengemudi bagi para wanita. Dan setelah menyerahkan sebagian urusan pengamanan sarana-sarana vital termasuk Masjidil Haram kepada perusahaan zionis Inggris, dalam waktu dekat perusahaan migas negara, Aramco, bakal mencatatkan diri di bursa saham New York. Investasi asing di bidang migas, perdagangan dan pariwisata pun dipastikan akan semakin marak.


Namun, demi menyenangkan zionis Amerika yang tidak bisa lagi digertak dengan suplai migas, Saudi berjalan terlalu jauh. Setelah kalah memalukan di Suriah, terlibat perang dingin dengan bekas sekutunya Qatar, dan terjebak dalam kubangan perang di Yaman, Saudi baru saja mengumumkan perang terhadap Lebanon.

Pada akhir pekan lalu di hotel milik zionis Ritz Carlton di Riyadh, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri, di samping Mohammad bin Salman, mengumumkan kepada dunia tentang pengunduran dirinya. Mungkin saja alasan pengunduran diri itu untuk mencegah Saad Hariri, sebagai perdana menteri negara berdaulat, mengambil sikap yang menyulitkan Bin Salman, seperti melindungi saudara dan kerabatnya yang tengah diburu oleh pasukan Bin Salman yang tengah berupaya mengkonsolidasikan kekuasaan untuk menggantikan ayahnya sebagai Raja. --- Bin Salman telah menangkap puluhan Pangeran, Menteri dan mantan Menteri dan perwira yang dianggap menentang kekuasaananya.

Sedangkan Hariri, diduga kuat adalah anggota keluarga kerajaan Saudi yang tunduk pada perintah Raja dan Putra Mahkota ---. Namun implikasinya sangat berat, terutama bagi warga Lebanon. Pengunduran dirinya membuat Lebanon vakum pemerintahan dan itu itu berarti riskan oleh serangan Israel. Bahkan, tanpa serangan Israel pun Lebanon terancam oleh perang saudara seperti Suriah. Apalagi dengan campur tangan Amerika.

Dengan kata lain, Hariri telah mengumumkan perang kepada negaranya sendiri. Bahkan Hariri, dalam pengumuman pengunduran dirinya melemparkan bola panas dengan menuduh Hizbollah dan Iran telah mengkudeta pemerintah dan berusaha membunuhnya. Ini sejalan dengan pernyataana Menteri Urusan Teluk Saudi, Thamer al-Sabhan, hari Senin (6 November) yang menyebutkan bahwa Lebanon telah menyatakan perang kepada Saudi karena agresi yang dilakukan oleh Hezbollah kepada Saudi.

“Kami akan memperlakukan Lebanon sebagai negara yang telah menyatakan perang kepada Saudi Arabia karena agresi Hezbollah. Lebanon telah disandera oleh Hizbollah dan di belakang Hizbollah adalah Iran," katanya kepada wartawan.

Adalah langkah tidak masuk akal bagi Saudi untuk berperang melawan Hizbollah dan Iran setelah kalah di Suriah dan tengah terjerembab di Yaman. Pada saat yang sama, Iran justru tengah memanen kemenangan-kemenangan gemilang. Di Irak dan Suriah saat ini pasukan Iran telah berada semakin dekat dengan Israel. Iran juga berhasil menggagalkan proyek kemerdekaan Kurdistan-Irak sebagai negara satelit Israel.

Tentu saja langkah Hariri, sebagaimana langkah-langkah Mohammad bin Salman, dilakukan dengan koordinasi dengan Amerika. Penasihat Presiden Amerika yang juga menantu Donald Trump, Jared Kushner telah tiga kali mengunjungi Saudi Arabia tahun ini. Yang terakhir tidak berselang lama sebelum pembersihan besar-besaran oleh Mohammad bin Salman dan pengunduran diri Hariri. Atas hal itu bahkan redaktur The Washington Post, David Ignatius, menulis:

"Bulan lalu, Jared Kushner, penasihat senior dan menantu Trump melakukan kunjungan pribadi ke Riyadh. Kedua pangeran itu menghabiskan beberapa malam bersama hingga jam 4 dinihari, saling berbagi cerita dan mengatur strategi."

Kemudian, beberapa hari sebelum langkah pembersihan Bin Salman dan pengunduran diri Hariri, Thamer al-Sabhan menyerukan penggulingan terhadap Hizbullah dan menjanjikan akan melakukan 'langkah-langkah yang mengagumkan'.

Namun, Iran juga sudah siap dengan segala kemungkinan, termasuk melawan Saudi Arabia. Mengetahui sekutunya, Hizbollah menanggung resiko serangan Israel-Amerika paska mundurnya Hariri, Iran pun mengumumkan kesiapan untuk melindungi Lebanon. Dan pada hari yang sama setelah pengumuman pengunduran diri Hariri dan pembersihan besar-besaran di Saudi, sebuah rudal jarak jauh diluncurkan dari Yaman ke ibukota Riyadh. Rudal ini jatuh setelah diberondong sistem pertahanan udara Saudi.

Sejumlah pengamat dan pemerintah Saudi meyakini, rudal tersebut dibuat oleh para pakar Iran yang dikirim untuk mendukung para pejuang Yaman. Dengan kata lain, ini adalah 'tembakan pertama' perang langsung antara Saudi-Amerika-Iran melawan Iran-Hizbollah, yang kali ini akan didukung Suriah dan Rusia.(ca)

1 comment:

sayednoordin said...

perang semakin hampir...dua pasukan..liga rusia,iran,syria,hisbullah vs usa,zionis,saudi,inggeris..nato..